Jong-soo mengatakan tidak mungkin Gil Ra-im melupakan tanggal kematian ayahnya. Juga lupa bahwa mereka berdua adalah tuan rumah selama 3 hari pada acara pemakaman senior Kim Ji-hoon. Joo-wonim diam menatap Jong-soo, berpikir apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
Di rumah Oska, Oska berkata tidak mungkin Joo-won tidak mengenali Ji-hyeon. Speed dial nomor 1 di ponsel Joo-won adalah nomor telepon Ji-hyeon. Ra-imwon terpaku mendengarnya. Oska mengatakan sebelumnya Joo-won juga melupakan nomor kode rumahnya bahkan memasak untuknya, waktu itu ia juga merasa seperti ini, bahwa Joo-won bukanlah Joo-won. Ra-imwon menelan ludahnya dan berusaha menjelaskan tapi Oska memotong perkataannya dan bertanya apakah Joo-won sepenuhnya terganggu jiwanya hingga harus masuk rumah sakit jiwa. Oska mengambil teleponnya dan mengatakan akan menelepon Ji-hyeon agar kembali ke rumahnya.
Ra-imwon langsung berdiri dan merebut ponsel Oska, “Oppa, tunggu sebentar!” Oska terkejut dan menjauhi [Joo-won],”Oppa?!”
“Tolong jangan telepon rumah sakit, sebenarnya aku….bukan Kim Joo-won. Aku Gil Ra-im.” Kata Ra-imwon sambil maju mendekati Oska. Oska ketakutan mendengarnya (mungkin dikiranya Joo-won kesurupan atau gila kali ya^^), “Whoaaa…Mengapa kau bersikap begini?!”
Ra-imwon duduk kembali dan menjelaskan, “Aku tahu apa yang kukatakan akan sulit dipercayai dan ini bukanlah hal yang dapat dijelaskan secara ilmu pengetahuan. Tapi ini yang sebenarnya.”
Oska melotot pada Ra-imwon “Yaaa!!” tapi ia memelankan suaranya dan bertanya khawatir, “ Joo-won?... Joo-won? Sejak kapan kau bersikap seperti ini? Apa yang sebenarnya Ji-hyeon lakukan?”
Ra-imwon mengatakan dirinya tidak gila, ia benar-benar Gil Ra-im dan mengatakan beberapa perkataan yang pernah diucapkan Oska padanya untuk membuktikan dirinya adalah Ra-im. Oska tambah ketakutan, ia bertanya, “Ahhh…apa ada kamera tersembunyi (kaya Candid Camera/punk’d) ?”
“Oppa..”
“Hentikan…hentikan!! Aku berusia 35 tahun, kau pikir aku akan percaya hal seperti itu?” seru Oska.
Ra-imwon mengatakan ini yang sebenarnya , ia mengulang perkataannya pada Oska saat mereka baru pertama kali bertemu (Ra-im menjadi pemeran pengganti Kim Sun-ah) , bahkan sebelum mengenal Joo-won (jadi tidak mungkin Joo-won mengetahui perkataan itu). Oska bergidik ketakutan.
Jong-soo berkata [Ra-im] benar-benar bersikap aneh saat ini. Ia bertanya apakah Ra-im pernah terluka kepalanya saat ia tidak ada. Joo-wonim mengatakan ia mengakui sikapnya memang aneh. Tapi keanehannya bukan secara fisik (gegar otak), jiwanya yang telah tertukar. Jong-soo bingung. “Terserah kau mau percaya atau tidak. Tapi itu adalah kenyataannya saat ini. Aku adalah Kim Joo-won. ‘Orang yang menghasilkan banyak uang’ Kim Joo-won.”
Jong-soo tertawa tak percaya, “Apa?”
“Ketika kita ke Jeju dan beberapa hari setelah kembali Ra-im bersikap aneh bukan? Sama seperti sekarang. Jangan menatapku dengan aneh seperti itu. Kami juga korban.” Telepon Joo-wonim berbunyi. Ia menunjukkan pada Jong-soo dan mengatakan ini bukan ponsel Ra-im, kan? Jong-soo khawatir dengan apa yang dilihatnya. Joo-wonim mengangkat teleponnya, dari Ra-imwon yang mengatakan kalau ia sudah ketahuan oleh Oska dan menyuruhnya segera datang. Joo-wonim mengajak Jong-soo pergi dengannya, ia akan membuktikan kata-katanya.
Mereka berempat bertemu di rumah Oska. Ra-imwon dan Joo-wonim duduk berdampingan, sementara Oska dan Jong-soo di sisi yang lain memperhatikan mereka. “Jadi di sini Gil Ra-im (menunjuk Joo-won), di situ Kim Joo-won (menunjuk Raim)?” Ra-imwon dan Joo-wonim mengangguk. Oska dan Jong-soo tertawa, “Dasar berandal!”
“Itu yang sebenarnya. Pada album ke-6mu, kau mengatakan ‘my baby ring’. Itu adalah sebutan untuk Park Chae-rin tapi kau berbohong dan mengatakan itu nama anjingmu, bukan? Dan pada foto album ke-4mu, otot-ototmu adalah hasil rekayasa photoshop. Kau menjauhkan mic-mu saat kesulitan mencapai nada tinggi ketika menyanyi.” kata Ra-imwon.
“Hei! Hei! Hei! Bukan hanya fansku tapi semua orang di negara ini juga tahu.” seru Oska.
“Apa kau bangga?” sahut Joo-wonim ketus, “perlukah aku mengatakan nomor telepon gadis yang meninggalkan rumah ini tadi pagi?”
Oska masih tidak mau mempercayainya, “kalian sungguh berusaha keras.”
Joo-wonim menegakkan tubuhnya dan berkata,” Hyung (kakak laki-laki, panggilan Joo-won pada Oska), aku punya kepercayaan diri. Kepercayaan diri untuk tidak jatuh cinta padanya. Karena dia wanita yang tidak memiliki apa-apa aku percaya diri tidak akan merasakan apapun padanya. Tapi mengapa tidak berjalan sesuai rencanaku?” ini adalah kata-kata yang pernah diucapkan Joo-won di telepon pada Oska.
Ra-imwon tersentuh mendengarnya, sementara Oska melongo dan akhirnya berkata, “apakah kau benar… Kim Joo-won?” Joo-wonim mengangguk membenarkan, dan ini adalah Gil Ra-im.
Jong-soo melihat [Joo-won] tak percaya. Ra-imwon berkata, “Ketika kau mendapat telepon di tengah malam, aku tahu apa kata-kata pertama yang diucapkan sutradara. ‘Di rumah sakit mana?’ ‘Apa dia mati?’” Jong-soo terpukul mendengarnya. Melihat reaksinya Oska tahu kata-kata itu benar. Mereka percaya Ra-im dan Joo-won telah tertukar.
Jong-soo bertanya bagaimana ini bisa terjadi. Ra-imwon menjawab mereka juga belum tahu taoi sepertinya mereka kembali normal saat hujan, hanya mereka belum benar-benar yakin. Oska bertanya, sejak kapan ini terjadi. Joo-wonim menjawab sejak di Jeju. Oska dan Jong-soo mengingat keanehan mereka di Jeju dan menyadari bahwa saat itu bukan [Ra-im] dan [Joo-won] yang sebenarnya.
Oska kesal tapi tidak bisa mengungkapkan kekesalannya pada wajah Ra-im. Jong-soo bertanya, “Jadi siapa yang megatakan ‘kau telah tertangkap basah olehku’?” Joo-wonim mengangkat tangannya, “Sorry!” Jong-soo kesal sekali, “jadi ,’sampai kau mati, jangan mengatakan perasaanmu’ adalah kau juga?” “Itu aku, tapi aku sudah dimarahi Gil Ra-im sebelumnya.” kata Joo-wonim tenang. Jong-soo marah tapi meihat wajah [Ra-im] ia segera membalikkan tubuhnya.
Giliran Oska yang bertanya panik, “Jadi, di tempat sauna…di sauna, siapa itu?”
Ra-imwon menutup mulutnya,”Oh, apa yang harus kulakukan?” dan buru-buru pergi karena malu.
Oska tercengang, “Jadi Ra-im melihat….aduh, dia melihat semuanya….kalau begitu, yang bersama Seul….” Ia melihat Joo-wonim yang pura-pura tidak tahu. Oska tidak tahan lagi , “Kau brengsek!” Ia hendak memukul Joo-wonim tapi ditahan oleh Jong-soo. “Tubuh Ra-im akan terluka. Tahanlah. Bila semuanya kembali normal, kau bisa melakukan semaumu.” Jong-soo mengancam Joo-wonim, tunggu saja apa yang terjadi saat kau kembali normal.
Joo-wonim dan Ra-imwon kembali ke rumah Joo-won. Ra-imwon mengkhawatirkan pendapat Oska padanya, ia pasti menganggap diriku wanita aneh. Joo-wonim kesal, apa oppa itu sangat berarti bagimu, apa kau berpacaran dengannya, kau berkencan dengan oppa yang ini. Ra-imwon mengatakan dirinya dan Oska memiliki hubungan melebihi hubungan antara pria dan wanita. Bagus kalau begitu (bagus kalau Oska menganggap Ra-im aneh), sahut Joo-wonim, jangan bertemu dengan Oska lagi dan aku tidak perlu bertemu sutradara lagi karena aku juga dengan sutradara Im memiliki perasaan seperti itu, melebihi hubungan antara pria dengan pria. Mereka berdebat dan bertengkar seperti biasanya.
Oska dan Jong-soo melihat keduanya dari luar. Oska berkata ia tidak yakin apakah itu Gil Ra-im atau bukan tapi aku yakin dia bukan Kim Joo-won. Oska bingung bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi. Ia bertanya pada Jong-soo apakah ia mempercayainya. Jong-soo berkata tidak ada yang berubah jika tidak mempercayai mereka. Dengan tidak mempercayai mereka telah tertukar artinya mereka gila dan Jong-soo lebih membenci hal itu. Ah benar juga, kata Oska, tapi….Oska memandang Jong-soo lekat-lekat, apa kau menangis, matamu basah sekali. Mataku biasanya basah seperti ini, kata Jong-soo buru-buru pergi haha… Oska tidak percaya dan mengejarnya.
Sekretaris Kim menghadiahi Ah-young sepasang sepatu boot sebagai hadiah kenaikan pangkat. Ia berkata walau hari dingin ia ingin kaki Ah-young tetap hangat dan nyaman. Ah-young segera memakainya dan berkata aku biasanya tidak mengenakan sepatu seperti ini. Kenapa, tanya Sekretaris Kim. Karena tiap aku mengenakannya, aku terlihat manis sekali, kemanapun aku pergi, aku pasti menjadi pusat perhatian, kata Ah-young. Sekretaris Kim jadi menyesal telah memberi sepatu itu hehe..
Ah-young berkata ia mendengar Sekretaris Kim mengajukan pengunduran diri saat ia dipecat. Sekretaris Kim dengan bangga mengatakan ia memang memiliki sisi pahlawan seperti itu. Itulah masalahnya, kata Ah-young, jika yang satu dipecat yang satu harus bekerja untuk mendapatkan uang, tapi kau malah mengundurkan diri? Apa kau membeli nasi dengan cinta? Tidak, kau membelinya dengan uang. Sekretaris Kim melongo, Ah-young kau juga memiliki sisi (matre) seperti itu...
Ibu Joo-won mengungkapkan kekesalannya pada ibu Oska. Ia menceritakan [Ra-im] mengancam akan membawa [Joo-won] ke luar negeri. Ia bertanya apa yang harus ia lakukan. Ibu Oska mengatakan untuk membiarkannya saja. Semakin kau menginjak seseorang mereka akan berkembang semakin cepat. Bagaimana bisa aku membiarkannya, protes ibu Joo-won, aku bahkan terbangun di tengah malam memikirkannya. Ibu Oska mengatakan gadis itu bukan seseorang yang bisa kita remehkan mengingat ia bisa mempengaruhi seseorang seperti Joo-won. Biarkan saja mereka menikah, tambahnya., tapi jangan daftarkan dalam keluarga kita, bukankah tidak ada masalah.
Ibu Joo-won kaget, suruh Woo-young saja yang melakukan hal seperti itu. Ibu Oska membalas, Woo-young bertemu dengan wanita di tempat parkir departemen store, seorang pemeran pengganti bisa lebih baik atau lebih buruk dari itu. Ibu Joo-won bingung, dari mana kau tahu ia seorang stuntwoman aku tidak pernah mengatakannya. Merasa keceplosan bicara, ibu Oska bersikeras ibu Joo-won pernah mengatakannya dan buru-buru pergi. Ibu Joo-won kesal. Ia tahu niat ibu Oska. Jika Joo-won menikah dengan seorang stunt woman dan membuat kakeknya marah hingga membatalkan warisannya, maka warisannya kemungkinan besar akan diberikan pada Oska seluruhnya.
Ibu Oska mendatangi Oska di studionya. Ia membawakan suplemen mahal untuk Manager Choi dan asistennya. Namun di balik pemberiannya ada maksud lain. Ia berkata sudah cukup Manager Choi mendapat uang dari penampilan Oska, dan jangan menyuruhnya bekerja lagi. Manager Choi sampai terbatuk-batuk mendengarnya. Oska bertanya apa yang ibu katakan. Ibu Oska tidak ingin Oska terus menyanyi, sudah cukup ia bermain-main, ibunya mulai tidak suka melihat hidup Oska sepeti itu. Ibunya tidak suka melihat Oska dijelek-jelekkan orang terus. Oska memotong pembicaraan ibunya dan dengan sopan memintanya pergi.
Setelah ibunya pergi Oska merenung. Manager Choi pikir Oska benar-benar akan mengikuti kemauan ibunya untuk berhenti. Bukan, kata Oska, kata-kata ibunya menyadarkannya bahwa selama ini hidupnya salah. Dan ia memutuskan meminta maaf pada semua orang yang disakitinya.
Manager Choi memberikan jadwal orang-orang yang telah Oska sakiti selama ini berdasarkan abjad dan ada ratenya haha…Oska melihat daftarnya dan terkejut, sebanyak inikah. Manager Choi berseloroh, tadinya kupikir ini daftar undangan pesta akhir tahun.
“Aku berselisih dengan PD Inkigayo? Kapan?”
“Pada pembuatan album ke-6mu. Kau berjanji untuk tampil di sana sebagai pemunculan kembali Oska tapi pada akhirnya kau tampil di channel lain. “
“Tapi ia masih mengijinkan pembuatan album ke-7ku?....Hoho, pro sekali!!” kata Oska.
Asistennya mengangguk, “Kau bahkan menolak tampil selama 2 minggu karena mereka menampilkan Big Bang sebagai penampil terakhir (biasanya yang terakhir yang ditunggu-tunggu).”
“Apa? Aku berani mengacau dengan Big Bang?” tanya Oska. Kedua temannya mengangguk. “Aku benar-benar kasar, “ gumam Oska.
Manager Choi bertanya mengapa Oska tiba-tiba melakukan semua ini. Oska menjawab ia ingin kembali pada Seul. “Sekarang ini ia Joo-won, tapi ketika Ra-im adalah Ra-im, ia mengatakan aku lebih tua dari 10 tahun jadi mungkin saat ini berusia 17 tahun.” kata Oska, maksudnya ia menjadi orang yang baru. Manager Choi dan asistennya bingung.
Aku akan meminta maaf di media, menjadi dewasa dan kembali pada Seul. Oska melihat daftar kembali dan melihat dua orang dengan rating teringgi (bintang 5), Choi Dong Gyu dan Lee Jong-won (asistennya). Manager Choi mengangguk, asistennya mengatakan itu adalah penilaian positif. Manager Choi menambahkan, daftar itu adil. Oska mengangguk, baik. Aku minta maaf karena diriku kalian menanggung begitu banyak kesukaran dan penderitaan, mulai sekarang aku tidak akan membuat kalian menderita. Manager Choi dan asistennya heran melihat Oska yang baru.
“Jika ada satu hal yang kunantikan, bahkan 20 tahun kemudian, kuharap yang mengatur semua jadwal penampilanku adalah kalian berdua. Kalian menerima permintaan maafku bukan?” Manager Choi dan asistennya masih bingung bahkan Manager Choi mencubit pipi asistennya untuk memastikan bahwa semua itu nyata. Oska mulai menelepon orang-orang dalam daftar itu dan meminta maaf.
Sun mendatangi Seul dan mengembalikan kontrak. Ia meminta maaf tidak bisa menandatangani kontrak dengan Seul. Sambil tersenyum untuk menyembunyikan kekagetannya, Seul bertanya apa alasannya. Sun mengatakan karena Oska, ia ikut bertanggungjawab atas masalah yang dihadapi Oska. Ia hanya ingin menjalani hidupnya yang buruk dan tidak mau hidup bertentangan dengan hati nuraninya. Seul bertanya apa dengan tidak menandatangani kontrak, tanggungjawab itu hilang. Tidak, kata Sun jujur, tapi yang jelas lebih ringan.
Seul mengijinkan Sun pergi tapi meminta bantuannya untuk terakhir kali. Seul meminta Sun menggunakan koneksinya dengan orang-orang dunia music untuk mencari artis-artis lain pernah bekerja dengan Kwon. Sun tersenyum, apakah kau berpikir hal yang sama denganku. “Kau juga?” tanya Seul. Sun mengatakan Oska mungkin bukan satu-satunya korban. Biasanya mereka melakukan hal seperti ini pada banyak orang dan mencoba menangkap salah satunya. Oska yang bodoh telah terperangkap, kata Sun.
“Bodoh?”
“Dia terlalu tua untuk disebut naïf. Tapi ahjumma, kenapa kau membantu Oska, kukira hubunganmu tidak baik dengannya.”
Seul menjawab, “aku ingin hanya aku satu-satunya yang mengganggu Oska.”
Ra-imwon termenung sendiri di kafe.
Kilas ajaib: (berada dalam tubuh masing-masing)
Ra-im ingat saat ia di puncak gunung bersama Jong-soo. Ia bertanya apakah menurut Jong-soo ia dapat mencapai tahap akhir audisi Dark Blood. Saat itu Jong-soo bertanya padanya apakah jika ia lulus ia akan menjadi seorang aktris saja. Ra-im bertanya apa Jong-soo berpikir dirinya tidak punya kemampuan sebagai seorang sutradara.
Jong-soo: “Bila kuingat saat terbangun di tengah malam karena sebuah telepon, aku tidak dapat menanganinya dengan baik. Kalimat pertama yang keluar dari mulutku adalah ‘di rumah sakit apa? ‘apakah dia mati?’. Ketika aku mengantar kepergian mereka yang tewas tanpa salam perpisahan, aku berpikir apakah seharusnya aku yang berada di sana, apakah mereka telah menggantikanku. Bahkan berpikir ‘sebelum seseorang meninggalkankku lagi, aku harus mengundurkan diri’. ‘Lusa, aku harus mengundurkan diri.’ Aku berpikir demikian setiap hari. Itulah yang akan kaurasakan jika kau mempunyai timmu sendiri. Jadi ketika kau masih bisa mengucapkan perpisahan pada teman-temanmu, sebelum kau mendapat telepon seperti itu, kuharap kau dapat meninggalkan pekerjaan ini.”
Ra-im menarik nafas panjang. Joo-won duduk di hadapannya. “Lihat, lihat, lagi-lagi kau minum cappuccino.” Ra-im mendelik.
“Munja washong…munja washong…” sms Ra-im berbunyi. Pesan dari Jung-hwan yang mengabarkan kalau ia lolos, dan maju ke babak audisi final. Ra-im ternganga…”Oh, aku lolos, aku bisa ikut final audisi.” “Apa?!!” tanya Joo-won kaget.
Ra-im gembira sekali, dengan semangat ia menyuruh Joo-won latihan mulai hari ini. “Apa yang sedang kaubicarakan, apa kau benar-benar memintaku ikut audisi?” tanya Joo-won. Ra-im kecewa, “Kau sudah berlatih sampai sekarang.”
Joo-won mencoba menyadarkan Ra-im, “Aku melakukannya hanya untuk membuatmu senang, bagaimana bisa aku ikut audisi. Katakanlah hal yang realistic. Apa kau pikir aku bisa lolos?”
Ra-im menjawab, “tidak, aku tidak melakukannya agar bisa lolos audisi. Walau aku yang ikut audisi, tidak menjamin aku bisa lolos. Tapi aku tidak bisa diam saja. Untuk mencoba berada dalam audisi final adalah impian sepanjang hidupku. Jadi, berdirilah di sana menggantikanku. Walau mungkin ini hanya audisi biasa, satu orang dapat mendampingi orang yang ikut audisi. Jadi walau hanya menyaksikanmu menjalani audisi, itu akan menjadi pengalaman hebat untukku.”
Joo-won memandangnya dengan penuh pengertian.
“Aku mohon.” Kata Ra-im lagi.
“Ini bukan suatu hal yang begitu saja bisa kau minta dan mohon. Aku mengerti isi hatimu. Tapi bagaimana aku melakukannya? Aku bahkan tidak bisa masuk ke dalam lift.” sahut Joo-won.
Ra-im kaget, “Kau tidak bisa naik…lift?” Belum sempat Joo-won menjelaskan, ponsel Ra-im berbunyi.
Kilas ajaib berakhir (mereka kembali tertukar)…moga-moga ngga bingung ya J
Jong-soo menelepon Ra-imwon, tapi begitu mendengar suara [Joo-won] ia jadi kesal dan menyuruh Ra-imwon menggunakan sms saja. Jong-soo menyuruh Ra-imwon ke kantornya untuk membicarakan audisi. Tentu saja Joo-wonim mengikutinya.
Lucunya Jong-soo tidak mau melihat wajah [Joo-won] jadi ia berbicara pada [Ra-im] dengan menghadap Joo-wonim. Jong-soo bertanya bagaimana Ra-im akan ikut audisi dengan situasi seperti ini. Ra-imwon mencoba meyakinkan Jong-soo kalau saat itu ia pasti sudah kembali normal. Tentu saja Jong-soo tidak yakin. “Mengapa tidak kaukatakan padanya kalau kau melatihku, “ujar Joo-wonim. Ra-imwon memberi isyarat padanya agar tidak membicarakan itu. Tapi sudah terlanjur.
Jong-soo marah mendengar hal itu. Ia berkata apakah situasinya dapat selesai hanya karena Ra-imwon melatih Joo-wonim selama beberapa hari. Joo-wonim memandang Jong-soo dengan kesal. Jong-soo bahkan menambahkan, “Dengan anak manja ini, apa yang kauharapkan dapat dicapai? Masalah ini mempengaruhi masa depan karirmu.” Ra-imwon hanya tertunduk diam.
Joo-wonim menatap Jong-soo dan bertanya, “Bagaimana jika aku mengikuti audisi?” Jong-soo dan Ra-imwon sama-sama kaget.
Kilas ajaib (mereka dalam tubuh masing-masing….lagi)
Joo-won: apa yang akan kaulakukan jika kau melakukannya?
Jong-soo terdiam. “Benarkah?” tanya Ra-im.
Joo-won berkata,”Ya, aku akan melakukannya. Jika kau begitu menginginkannya sampai hidupmu menjadi taruhannya, maka aku akan melakukannya. Jika aku mencobanya, siapa tahu keajaiban terjadi.” Ra-im senang sekali, ia tersenyum pada Joo-won. “Tapi ada satu syarat.” Haha..dasar Joo-won emang paling pintar merusak kesenangan seseorang. “Syarat?” tanya Ra-im.
Kilas ajaib berakhir (mereka dalam tubuh tertukar)
Ra-imwon ternganga melihat Joo-wonim datang kerumah membawa semua barang-barangnya.
Astagaaa…kilas ajaib lagi (kembali ke tubuh-tubuh masing-masing)
Ra-im melongo memandang Joo-won. “Apa yang kaulakukan?” tanyanya.
"Agar kita bisa tinggal bersama. Kita tadi sudah membicarakannya. Bawakan tas-tasku, lenganku pegal. Pijat.” sahut Joo-won enteng.
“Jika itu bukan tubuhku yang akan digunakan untuk audisi aku pasti sudah memukulinya.” kata Ra-im kesal.
“Kata-katamu harus manis agar audisimu juga berjalan manis,” senyum Joo-won. Joo-won menggunakan audisi Ra-im untuk mendapatkan keinginannya.
Ra-im: Kembalilah sekarang juga!
Joo-won: Maka aku tidak akan ikut audisi.
Ra-im : Hei!
Joo-won: karena hanya ada satu kasur, mari kita gunakan bersama.
Ra-im: Apa kau gila?
Joo-won: Maka aku tidak akan ikut audisi. Menggunakan kasur bersama termasuk dalam satu syarat itu.
Ra-im: Aku benar-benar akan memukulmu!
Joo-won: Maka aku tidak akan ikut audisi.
Ra-im: Apa kau mau mati?!
Joo-won: Sekarang aku bahkan tidak mengijinkanmu pergi kerja. Aku sudah berbicara dengan Sekretaris Kim, mulai besok kita akan rapat di rumah. Ini bukanlah meeting yang bisa kauhadapi hanya dengan acting. Jadi mulai sekarang 24 jam sehari kita akan menempel satu sama lain.
Joo-won mengatakan itu dengan wajah gembira. Sementara Ra-im mendengar dengan kesal.
“Ah, mengapa aku tidak memikirkannya sebelumnya, “kata Joo-won, lalu ia melenggang pergi, “Aku mau shower.” Dia berhenti dan berbalik, “Kau tidak ikut? Kita memutuskan untuk memandikan satu sama lain.”
“Apa kau minta dipukuli?” sahut Ra-im kesal.
“Kalau begitu aku tidak akan ikut audisi.” Kata Joo-won kalem.
“Yaaa!!!!” teriak Ra-im kesal. Haha.. inilah balasan Joo-won:
Malam harinya Ra-im pura-pura tidur sementara Joo-won memandanginya.
“Kau tertidur?” tanyanya. Ra-im diam saja. “Aku tahu kau belum tidur.” kata Joo-won lagi.
Sambil tetap memejamkan matanya Ra-im berkata, “Aku penasaran akan sesuatu.”
Apa itu, tanya Joo-won. Ra-im membuka matanya dan memandang Joo-won, bertanya obat apa yang ada di kamar mandi. Awalnya Joo-won pura-pura tidak tahu apa-apa, Ra-im berkata apakah penyakitnya terlalu serius hingga harus disembunyikan. Joo-won diam sejenak lalu bertanya apakah Ra-im pernah dengar tentang klaustrophobia. Ra-im menjawab, bukankah itu rasa gelisah akibat berada di tempat sempit.
Joo-won berkata,” Jika hanya gelisah pastilah bagus sekali, tapi bagiku itu melebihi gelisah dan aku akan merasa takut. Itulah sebabnya aku tidak bisa naik lift. Aku bisa pingsan atau terjadi ketidaknormalan aliran darah. Akibat paling serius adalah aku mungkin terkena serangan jantung. Ini adalah rahasia. Hanya kau yang boleh tahu.”
Ra-im prihatin mendengarnya, dan berkata jadi itulah sebabnya semua orang kaget ketika aku naik lift. Ra-im berkata itu terjadi pada hari pertama ia masuk kerja sebagai [Joo-won]. Joo-won berseloroh hal itu pasti membuat kekacauan di otak Direktur Park dan memuji Ra-im. Ra-im tersenyum.
Kilas balik berakhir. (mereka kembali tertukar)
Mereka saling berpandangan. Joo-wonim bergerak mendekati wajah Ra—imwon. “Tapi, semakin aku lihat….” Ra-imwon merasa gugup dan menjauhi Joo-wonim, “Kenapa? Ada apa?” Joo-wonim menatapnya dalam-dalam dan berkata,” Aku benar-benar tampan. Bagaimana orang-orang bisa tahan berbicara denganku, mereka bisa gila.” (Gubrakkk…)
“Dasar gila,” gerutu Ra-imwon lalu membalikkan tubuhnya.
“Apakah aku perlu meminjamkan tanganku?” seloroh Joo-wonim.
“Itu tanganku.”
“Wanita seperti apa yang begitu kaku. Bantal tangan, ya? Berbaliklah, ya?”
Mereka menghabiskan hari-hari mereka bersama. Joo-wonim berlatih keras untuk audisi. Mereka juga mengadakan rapat direksi di rumah. Selama rapat Joo-wonim berada di situ pura-pura membaca buku, namun diam-diam memberi isyarat pada Ra-imwon. Ketika Joo-wonim memberi isyarat untuk menolak proposal, Ra-imwon berakting seperti [Joo-won] bahkan melemparkan proposalnya ke hadapan Direktur Park.
Seul dan Sun berusaha menghubungi para artis yang pernah berurusan dengan Kwon, namun mereka menemui jalan buntu karena para artis itu tidak mau terlibat. Oska frustasi melihat komentar-komentar negatif mengenai dirinya di internet.
“Oska mati! Berhentilah menyanyi!”
“Kau seharusnya malu pada dirimu sendiri. Jika kau tidak punya bakat, sedikitnya milikilah kesadaran.”
“Aku tidak mengenal dirinya tapi dia tidak baik. Pergilah ke ne****!! Aku adalah fans Oska sejak album pertama, tapi semuanya yang berhubungan dengan Oska akan kubakar. Matilah kau Oska!”
Memang kadang-kadang netizen bisa berkata-kata dengan kejam, mudah-mudahan kita di Indo tidak begitu ya, berilah pendapat dengan tetap sopan :)
Oska terpukul membaca itu semua. Ia bermaksud membela dirinya dengan berpura-pura sebagai seorang fans tapi dia segera mengurungkan niatnya karena tahu hal itu sia-sia.
Joo-wonim dan Ra-imwon meneruskan latihan mereka hingga akhirnya Joo-wonim berhasil melakukan seperti yang Ra-imwon inginkan.
Kilas ajaib (mereka dalam tubuh masing-masing)
Ra-im bersorak gembira karena Joo-won telah berhasil menyelesaikan latihannya, ia memuji Joo-won karena begitu cepat menguasai semuanya. Joo-won tersenyum melihat Ra-im melompat kegirangan. Ra-im berkata itu karena ia benar-benar menganggap Joo-won keren. Ia bertanya bagaimana jika Joo-won memenangkan audisi secara ajaib.
Joo-won berkata bukankah ini juga adalah keajaiban, seorang wanita tanpa latar belakang keluarga bagus-tak punya uang- tak berpenampilan bagus, adalah seseorang yang sangat spesial bagi seseorang yang memiliki segalanya.
Ra-im mendelik, tapi tidak sekesal dulu hehe…soalnya bener sih.
“Jujurlah padaku, ketika aku mengejarmu, aku tahu kau berkata ‘pergilah, ‘menghilanglah’, tapi di dalam hatimu kau berteriak ‘kyaaaaa…’kesenangan, bukan? Karena kau begitu gembira.”
Ra-im tersenyum, “Mulai sekarang, mengapa kau tidak percaya saja pada seleramu? Aku adalah tipe wanita yang Kim joo-won, seorang pria yang memiliki segalanya, inginkan.”
“Lihat, lihat, pantas saja aku tergila-gila..” kata Joo-won. Ra-im tersenyum malu.
Joo-won berkata, ketika tadi aku berteriak ‘kyaaa’ tiba-tiba aku ingat sesuatu, hari itu di gunung benarkah kau tidak berteriak. Ra-im bertanya gunung yang mana. Jeju, kata Joo-won, bahkan Oska juga mendengarnya.
Ra-im heran, apa kau yakin itu suaraku? Bukan suara binatang? Joo-won berkata ia juga tidak yakin, ia mnedengar suara wanita jadi dipikirnya itu adalah Ra-im. Ra-im berkata itu bukan dirinya.
“Setelah dipikir lagi, bukankah rumah makan itu juga aneh? Ponsel tidak bekerja, dan pemiliknya aneh sekali. Dipikir-pikir lagi ia memberiku paha ayam.” kata Joo-won. (yaaa…kok baru nyadar..)
“Yang segera kau makan habis, “gerutu Ra-im, “tapi sekarang kau membicarakannya, memang aneh. Kalau begitu botol minuman itu, yang kusuruh kauberikan pada Oska.”
“Hah?” Joo-won ngga enak hati.
“Malam itu….kau berikan pada Oska bukan?” tanya Ra-im.
“A-a-aku memberikannya…kenapa?” Joo-won berbohong, takut dimarahi Ra-im hehe…
“Apa Oska meminumnya?”
“ku…kurasa begitu, lalu?”
“Benarkah? Kalau begitu bukan itu. Aku sempat berpikir kita menjadi seperti ini karena minuman itu. Jika benar begitu, seharusnya hal ini terjadi pada Oska bukan pada kita berdua. Karena aku meminumnya malam itu.”
Mendengar itu Joo-won terkejut dan akhirnya mengakui dialah yang meminumnya.
“Apa!!” seru Ra-im,” bukankah tadi kaubilang sudah kauberikan pada Oska?”
Kilas ajaib berakhir (mereka kembali tertukar).
Joo-wonim membela dirinya, “Apa itu masalahnya sekarang? Kurasa minuman itulah kuncinya. Ayo berkemas, kita kembali ke sana.”
Mereka berdua kembali ke rumah makan “Mistery Garden”. Hanya saja kali ini suasananya jauh berbeda dengan saat mereka pertama kali ke sana. Semua tampak biasa, tidak ada botol-botol minuman berderet, bahkan nyonya pemilik rumahnya pun berbeda.
Ra-imwon bertanya apakah rumah makan ini berganti pemilik. Ahjumma pemilik rumah makan bingung, ia mengatakan ia telah membuka rumah makan ini bersama mertuanya selama 30 tahun. Mendengar itu Ra-imwon dan Joo-wonim bingung. Mereka masuk ke rumah makan itu. Kali ini semuanya normal, bahkan ada orang lain yang makan di sana.
Ra-imwon bertanya pada pemilik rumah apakah interior rumah makan baru diubah, waktu itu ada arak-arak buatan rumah dipajang di rak itu. Kami tidak menjual arak buatan seperti itu, kata ahjumma, kami punya soju dan makguli, kalian mau yang mana? Bukan itu, kata Joo-wonim, dulu di dinding itu penuh dengan botol-botol minuman arak yang berisi bunga. Tidak ada yang seperti itu, kata ahjumma. Berapa orang wanita yang bekerja di sini, tanya Ra-imwon. Hanya aku dan ibuku, kenapa? Selain kalian apa tidak ada wanita lain yang tomboy dan membawa pisau besar, tanya Joo-wonim. Ahjumma menjadi kesal karena mereka bertanya hal-hal yang aneh dan mengatakan rumah makan itu tidak pernah berganti pemilik dan tidak ada ahjumma aneh, juga tidak membuat alcohol, jadi kalian mau pesan tidak.
Joo-wonim dan Ra-imwon pulang ke Seoul dengan tangan kosong. Joo-wonim berkata di mana mereka mencari minuman itu, ia memarahi Ra-imwon karena menerima minuman itu. Ra-imwon berkata ia mengira minuman itu baik untuk kesehatan jadi ia menerimanya. Joo-wonim berkata keadaan ini diawali dengan alcohol, sepertinya harus diakhiri dengan alcohol juga, ke mana mencari minuman seperti itu. Sepertinya kita akan bolak balik bertukar sepanjang hidup kita, katanya kesal.
Ra-imwon mengatakan, sabarlah kita akan bertukar lagi saat hujan. Sudah seminggu lebih tapi belum turun hujan, gerutu Joo-wonim. Tadi berita mengatakan ada awan tebal melintas, kata Ra-imwon. Itulah sebabnya kubilang kita harus ke New York, Joo-wonim terus menyalahkan Ra-imwon. Ra-imwon jadi kesal, kalau begitu mengapa kau meminumnya? Bila kauberikan pada Oska tentulah akan lebih baik… (dan kita akan melihat Joo-won dan Oska-nim bersama??? Hohoho…^^)
Sayangnya masalah mereka tidak berhenti sampai di situ. Sekembalinya mereka ke rumah Joo-won, barang-barang mereka telah dibereskan dan ibu Joo-won telah menunggu mereka di sana. Joo-wonim berkata, mereka sudah bilang sebelumnya bahwa mereka akan tinggal bersama. Dengan tenang ibu Joo-won menjawab , silakan, aku tidak akan menghentikan kalian, tapi keluarlah dari sini. Joo-wonim dan Ra-imwon tertegun.
Oska masih meminta maaf pada orang-orang di daftar itu. Ia berusaha menyakinkan mereka bahwa ia telah berubah. Tapi ia dikejutkan oleh kedatangan Ra-imwon dan Joo-wonim membawa koper-koper mereka. Ia bertanya ada apa ini. Joo-wonim mengatakan mereka sudah diusir ibunya. Oska kaget “Apa?!”
Ia melihat keduanya dan menjadi bingung, “ahh…aku belum terbiasa…kenakan nametag atau semacamnya!”
Joo-wonim meminta Oska membiarkan mereka tinggal di situ, hanya tempat untuk tidur sisanya mereka tanggung sendiri. “Kenapa aku? Keluar!” seru Oska. “Kalau begitu setidaknya biarkan Ra-im tinggal di sini (karena tidak mungkin Ra-im pulang ke rumahnya dalam bentuk Joo-won).”
Osaka melihat Ra-imwon dan bergidik geli saat Ra-imwon tersenyum padanya.
“Apa yang kau minta untuk kuterima, tubuh dan jiwanya terpisah,” seru Oska kesal. “
Kuminta terimalah keduanya, ”kata Joo-wonim. “Ra-im, gunakanlah kamar tidur. Lagipula dia selalu tidur di sofa.” Joo-wonim menyuruh Ra-imwon tidur di kamar Oska.
“HE!! Atas izin siapa? Jika kau mengeluarkan barang-barangmu, kau akan mati.” Tapi kita tahu Oska tidak serius, pada dasarnya ia baik hati, dan terlebih lagi sebenarnya ia menyayangi Joo-won.
Oska menemui seorang yang meneleponnya. Ia adalah seseorang yang telah ia telepon untuk meminta maaf. Orang itu (seorang produser) berkata bahwa ia terkejut Oska meminta maaf dan ia terkesan karena belum pernah ada artis yang meminta maaf secara langsung, biasanya melalui manager mereka. Jadi ia sangat tersentuh dengan sikap Oska. Alasannya memanggil Oska adalah karena ia memiliki informasi yang bisa menjadi bantuan besar untuk Oska. Sebenarnya ia sudah lama tahu tapi merasa tidak ada alasan untuk menyampaikannya pada Oska. Telepon minta maaf itu memberinya sebuah alasan. (rendah hati pasti membawa kebaikan ^^)
Produser itu mengatakan orang yang telah memfitnah Oska dan mencoba mengambil uang darinya, juga memberikan lagu yang sama pada beberapa artis lain dan sebelum lagu Oska bocor ia pernah mendengar seorang artis lain menyanyikannya, sebaiknya kau menemuinya. Oska bertanya, siapa? Chae Ri, jawab produser itu. Chae –ri termasuk dalam daftar Oska juga, meeka memiliki skandal di masa lalu.
Oska segera menemui Chae-ri tapi ia sangat terkejut melihat Sun dan Seul juga di sana. Demikian juga sebaliknya. Rupanya Sun dan Seul juga sudah mengetahui Chae-ri pernah bekerja dengan Kwon. Sun bergumam, “Sia-sia kita melakukan ini, jika kau mau melakukannya sendiri.”
Chae Ri berkata dialah yang akan membantu Oska tapi Oska tidak memberi salam padanya. Oska dengan kikuk memberi salam dan ikut duduk bersama mereka. Chae Ri sudah tahu Oska membutuhkan bantuannya dari Sun dan Seul. Tapi, apa yang harus kulakukan, aku tidak menyukai Oska. Oss—kaaa. Oska membalas aku juga tidak suka Chae Ri. Chae ri chae rin. Bukankah kau mau minta bantuanku, tegur Chae Ri. Oska segera minta maaf.
Seul melihat keakraban mereka. Oska buru-buru menjelaskan agar Seul jangan salah paham, mereka punya skandal di masa lalu tapi…. Chae ri memotong, benar aku mengakuinya tapi di media ia membantahnya dan membuatku malu. Seul berkata jadi kau benar berhubungan…. I-itu, Oska berusaha menjelaskan. Chae Ri kembali memotong, biar kuselesaikan, ia tetap tidak menganggapku setelah begitu sering aku menemaninya minum akibat dia patah hati karena lamarannya ditolak. Tapi karena kalian (Sun dan Seul) aku memutuskan untuk membantu, kata Chae Ri. Seul berterima kasih.
Oska bertanya apakah Chae Ri mendapat lagu dari Kwon. Iya, jawab Chae Ri polos, aku ingin menjadi penyanyi jadi aku minta lagu dan ia memberikan lagu itu padaku. Aku suka lagu itu. Tapi setelah lagu Oska bocor, aku baru tahu lagu itu hasil jiplakan. Jika bukan karena masalah Oska, pasti dirikulah yang kena karena lagu itu akan menjadi laguku.
Sun bertanya Kwon memberikan lagu itu pada berapa orang. Chae Ri tidak tahu dan mulai menanyai Sun. “Hei ! Hei! Dia itu….”seru Oska. “Aku menyukai seseorang.” jawab Sun cepat. Oska terkejut. Chae Ri berkata managementnya akan memberitakan hal ini besok, ia harap bisa membuktikan Oska tidak bersalah. Lalu Chae Ri pergi.
“Terima kasih! Oppa akan mengajakmu makan! Bukan, aku akan membelikanmu tas!” teriak Oska pada Chae Ri. Seul mendengar dengan kesal. Tampaknya semua berjalan baik untukmu, kata Seul dingin lalu ia bangkit berdiri. Oska memegang tangan Seul, membuat Sun kaget (atau marah?). Oska minta Sun meninggalkan mereka berdua karena ada yang mau ia bicarakan dengan Seul. Sun meninggalkan mereka dengan kesal.
Oska meminta Seul duduk kembali. Seul berkata Oska tidak perlu berterima kasih, ia melakukannya untuk menebus kebocoran lagu Oska. Apa setelah menebusnya, kau tidak akan menemuiku lagi, tanya Oska.
“Aku mengingatnya. Mengapa kau terluka karena aku. Mengapa kau menolak lamaranku….mengapa kau muncul kembali untuk menyulitkan hidupku. Aku sekarang mengetahuinya.”
Seul terkejut tapi tidak berkata apa-apa.
“Aku begitu malu hingga tidak bisa tidur. Aku begitu marah pada diriku sendiri hingga mau mati rasanya. Situasinya seperti ini tapi aku tidak bisa melakukan apapun. Itu bahkan bukanlah kata-kata yang sebenarnya (hal yang ia katakan pada Jun-hyuk), aku tidak tahu kau terluka. Saat itu aku terlalu muda, dan yang terpenting bagiku adalah harga diri. Saat itu aku tidak tahu akan mengakibatkan semua ini padamu.”
Mata Seul berkaca-kaca dan menatap Oska.
“Maafkan aku. Aku sangat menyesal. Aku minta maaf. Aku sungguh minta maaf.”
Seul mulai menangis.
“Tadinya kurasa aku kuat dan pintar. Kurasa aku salah. Melihat penyesalanmu, aku membencinya. Membuatku tertekan. Aku pergi sekarang, “ kata Seul.
Seul berdiri dan meninggalkan Oska sendiri. Setibanya di kantor, Sun sudah menunggunya. Sun berkata ia mengetahui Seul menggunakan dirinya untuk melawan Oska, bahwa Seul tidak betul-betul menyukai musiknya. Seul menjawab, kita tidak sedekat itu untuk bertengkar bagaikan sepasang kekasih. Sun bertanya apa hubungan Seul dan Oska sebenarnya. Seul berkata bukankah Sun tidak ada hubungannya.
“Apa kau tahu Oska datang ke Jeju agar ia bisa mengikutiku, bahkan membatalkan syuting MVnya” kata Sun.
“Apakah aku akan mnyuruhmu menandatangani kontrak jika aku tidak mengetahuinya. “tanya Seul sinis.
Sun mengangguk, “Walau begitu, kau pasti tahu bahwa Oska menginginkanku, bukan?”
Seul bertanya apa maksud Sun.
“Kau pasti cemburu. Aku tidak tahu tepatnya berapa kali dia mencariku tiap aku berganti pekerjaan.” jawab Sun tenang.
Seul tersenyum tak percaya, “tunggu dulu…kau bersikap seperti seorang wanita yang cemburu padaku karena seorang pria. Apa kau menyadarinya?”
Sun berkata, kau sangat pengertian, ahjumma…lalu ia pergi. Seul kaget menyadari Sun menyukai Oska.
Ra-imwon mencari Jong-soo ke sekolah laga. Jung-hwan berkata Jong-soo sedang berada di lokasi syuting, mengapa mencarinya. Saat ini aku sedang gugup, kata Ra-imwon. Jung-hwan heran melihat sikap [Joo-won] yang sopan. Ra-imwon berkata, “Sepertinya kau melakukan kesalahan pada kekasihku (boyfriend). Jung-hwan bingung, teman laki-laki? Ra-imwon tesenyum, tidak ada apa-apa, aku pergi dulu.
Jung-hwan bertanya apa [Joo-won] tahu besok adalah hari audisi Ra-im. Aku tahu, kata Ra-imwon, hari ini tim Hollywood akan tiba di Korea. Aku terus berharap dan berharap tapi tidak turun hujan, aku bisa gila. Jung-hwan heran mendengarnya.
Tim Hollywood telah tiba di Korea. Ra-imwon dan Joo-wonim menunggu di depan gedung audisi. Joo-wonim melompat-lompat untuk menghilangkan rasa gugupnya. Apa kau begitu gugup, tanya Ra-imwon.”Kau ini wanita aneh, jika ada yang membuat gugup, itu adalah aku. Apa aku terlihat seperti seseorang yang mudah gugup?” Ra-imwon tersenyum, tolong lakukan yang terbaik untukku. Ketika mereka akan masuk Joo-wonim mendapat sms dari Sekretaris Kim yang panic mencarinya karena kakek Joo-won saat ini berada di kantor mencari Joo-won.
Joo-wonim bingung, ia berkata pada Ra-imwon bila kakeknya tidak bertemu dengannya ia akan marah besar. Kalau begitu aku akan kerja, kata Ra-imwon, masih ada waktu satu jam lagi, aku akan kembali nanti. Joo-wonim panic, apa kau ingin aku ikut audisi sendirian. Aku akan segera kembali, Ra-imwon meyakinkan, apakah baik jika aku mengatakan pada kakekmu aku menghadiri pertemuan Federasi Industri di Korea? Sepertinya baru-baru ini kau menghadirinya.
Dengan enggan Joo-wonim memberikan kunci mobilnya, apa kau bisa melakukannya tanpa bersikap aneh. Aku bisa, kata Ra-imwon, aku sudah terbiasa, masuklah ke dalam, dingin sekali di sini. Hehe…Ra-im perhatian juga ya sama Joo-won.
Di kantor Joo-won kakek sedang marah-marah karena mengira Joo-won tidak masuk kerja. Dia bekerja tiap hari, kata Sekretaris Kim, tapi hari ini ia sedang keluar.
“Kadang-kadang kursi kosong itu berlebihan bagiku. Tiap kali presdir membolos kerja akulah yang harus mengambil alih pekerjaannya. “ tutur Direktur Park, “Jika terus seperti ini, kupikir lebih baik aku mengamankan kursi itu untuknya.” Direktur Park tertawa, mengira kakek Joo-won akan menyetujuinya.
“Apa yang kau katakan!” tegur Ny. Park, “Bagaimana bisa hal seperti itu keluar dari mulutmu? Apa kau ingin melihatku dan presiden bercerai? Posisimu saat ini saja sudah berlebihan bagimu.”
Kakek Joo-won membela adik iparnya. “Mengapa kau terus menyalahkan adik ipar? Melihat sikap Joo-won, aku memahaminya.” Direktur Park menahan tangisnya…heh…
“Karena kau terus membelanya dia terus mengejar impian kosong, “kata Ny. Park pada suaminya. Ia berkata adiknya itu bodoh, posisi itu bukan untuknya. Untunglah saat itu Ra-imwon masuk. Ia buru-buru memberi hormat dan meminta maaf pada Kakek Joo-won dan istrinya. Direktur Park sedih, impiannya hancur berantakan. Sekretaris Kim senang Ny. Park membela Joo-won.
Kakek Joo-won mulai memarahi Ra-imwon tapi istrinya buru-buru menenangkan dan bahkan meminta maaf karena mengganggu pekerjaan [Joo-won]. Ia segera mengajak kakek belanja. Untunglah kakek mengikuti kemauan istrinya walau ia berkata akan datang sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Ra-imwon dan Sekretaris Kim bingung melihat Direktur Park terpekur sendirian. “Apa sesuatu terjadi padamu? Kau terlihat kurang sehat.” tanya Ra-imwon. “Presdir….kau pasti sangat bahagia.” sahut Direktur Park lalu dengan lesu ia meninggalkan ruangan.
Ra-imwon bertanya apa yang terjadi, mengapa direktur Park seperti itu. Sekretaris Kim dengan lucu menirukan gaya bicara Direktur Park dan Ny. Park…haha, miriiip, lucu banget ^^
Ra-imwon buru-buru memotong penjelasan Sekretaris Kim, ia berkata ia harus segera pergi .
Joo-wonim tidak sabar menunggu Ra-imwon, ia meneleponnya dan berkata ia gugup sekali sendirian (ngaku juga) dan mengatakan tidak mau masuk sendiri, ia akan menunggu di luar walau tangan dan kakinya membeku.
Ra-imwon berkata ia baru keluar dari kantor, dan akan segera tiba. Ra-imwon berdiri menunggu lift. Direktur Park yang juga sedang menunggu lift heran melihatnya, “Kau mau naik lift?” Ra-imwon mengiyakan.
Direktur Park terus memandangnya. Ra-imwon menyadari itu, ia berkata, “Selama ini aku naik escalator untuk menghemat energi tapi hari ini ada yang urusan sangat penting.” Oooo…Direktur Park mengangguk, tapi ia mendadak mendapat ide. Ia berlari ke ruang control dan mengusir semua yang kerja di sana. Ia melihat layar control dan melihat [Joo-won] masuk ke dalam lift. Direktur Park terkejut [Joo-won] benar-benar naik lift.
Tiba-tiba lift yang dinaiki Ra-imwon macet. Ra-imwon mencoba meminta bantuan pada ruang control. Direktur Park yang sendirian di ruang control tidak mau menjawab.
“Ada orang? Ada orang?” Ra-imwon melihat ke arah kamera pengawas, “Direktur Park? Kau di sana bukan? Kau sedang melihatku. Aku sudah mengetahuinya.” Direktur Park ketakutan dan buru-buru pergi, tidak menjalankan kembali liftnya. Suara Ra-imwon bergema di ruangan control yang kosong.
Joo-wonim hendak menelepon Ra-imwon ketika tiba-tiba turun hujan. “Hujan! Hujan!” teriak Joo-wonim. Benar saja, sebuah cahaya aneh menerpa mereka. “Oh, aku benar-benar kembali? Berarti benar bila turun hujan , kami bertukar.” Joo-won tersenyum. Tapi senyumnya langsung memudar begitu ia menyadari dirinya berada di mana.
Ia terpaku. Melihat keadaan sekelilingnya dan merasa takut. Nafasnya mulai tersengal.
Sementara itu Ra-im juga kembali ke tubuhnya. Ia berteriak senang lalu buru-buru berteduh.
Di lift, Joo-won sangat menderita. Keringat dingin memenuhi wajahnya, ia tidak bisa bernafas, Tangannya menggapai-gapai mencoba menekan tombol panic. Ia berusaha meminta tolong tapi sulit untuk berbicara.
Ra-im melihat jamnya dan senang sekali karena masih cukup waktu untuk audisi. Untungnya ia ingat pada Joo-won dan akan meng-smsnya ketika menyadari ia meninggalkan tubuh Joo-won di lift. Ketakutan mulai menghiasi wajahnya.
Joo-won memegang dadanya, berusaha bernafas. “To….long aku!!! To…long ak…u!!“ ia berusaha berteriak. Akhirnya ia terjatuh di lantai lift, tak sanggup unutk berdiri kembali. Ia mengangkat telepon dari Ra-im.
“Hallo! Hallo! Kim Joo-won!!” panggil Ra-im panic.
“Aku….lift…sudah kukatakan….aku tidak bisa….” Joo-won melepaskan ponselnya dan tak sadarkan diri.
“Hallo!!! Kim joo-won!! Kim Joo-won! Jawab aku!!! Berbicaralah padaku!!!” teriak Ra-im sambil menangis.
Joo-won diam tak bergerak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar