FADHLY MUHAJIR
FADHLY MUHAJIR


Free Blog Content

Senin, 31 Oktober 2011

Sinopsis Secret Garden Episode 18


 
PDVD_789
Joo-won mengatakan ia akan sangat merindukan Ra-im dan ia mencintainya, lalu memacu mobilnya menuju awan gelap dan petir yang menyambar.
Oska mondar mandir gelisah di rumahnya. Ia melihat kotak pemberian Joo-won semalam lalu mengingat permintaan Joo-won yang aneh. Joo-won meminta foto bersama dan mengatakan Oska akan menyesalinya nanti. Ia menelepon Joo-won namun tidak diangkat.
PDVD_477
“Ada apa ini? Mengapa aku begitu gelisah? Ada yang terasa aneh….apa yang salah?” Oska berpikir dan teringat, “Apa mungkin…..” Ia segera mengambil jaketnya dan berlari keluar.
Di rumah sakit Jong-soo memarahi perawat karena Ra-im menghilang. Oska berlari menghampiri dan melihat tempat tidur Ra-im yang kosong. Ia bertanya di mana Ra-im. Dia menghilang, jawab Jong-soo bingung, dia ada menjelang subuh, tapi…
Oska menyuruh perawat segera mengecek kamera keamanan rumah sakit. Setelah mereka tinggal berdua Oska mengungkapkan kekhawatirannya. “Kupikir aku tahu apa yang terjadi, Joo-won juga menghilang.” Jong-soo kaget. “Joo-won menghilang, aku tidak bisa menghubunginya. Dia juga tidak di rumah. Mobilnya juga hilang,” kata Oska.
“Apa maksudmu….?” Jong-soo terhenyak, “apa mungkin….”
“Dia pergi untuk menukar tubuh mereka,” jawab Oska cepat, “Dia membuat keputusan itu, si gila itu. Aku sudah mengeceknya tadi pagi…hujan terjadi di Hwaseong, Chungju, dan Jechon. Dia pasti menuju salah satunya. “
PDVD_483 PDVD_482
“Berapa nomor plat mobil Joo-won? Jika kita melaporkannya pada polisi….” Jong-soo mengeluarkan ponselnya.
“Aku sudah menelepon mereka tadi, “kata Oska, “Kita tidak bisa diam saja di sini. Jadi, Sutradara, pergilah ke Hwaseong. Aku akan ke Chungju.”
Tepat saat itu ponsel Oska berbunyi. Dari kantor polisi. Polisi telah menemukan Ra-im dan Joo-won. Oska tiba di rumah sakit local tempat Ra-im dan Joo-won ditemukan. Ra-im baru saja diturunkan dari ambulan.
Oska berlari menghampiri, “Tunggu sebentar! Ra-im, Ra-im!” Namun Ra-im tetap tak sadar. Dokter akan membawa masuk Ra-im, Oska menjelaskan dia adalah kerabat mereka dan bertanya di mana Joo-won. Joo-won baru dikeluarkan dari ambulan satu lagi.
Oska mendekati Joo-won. Joo-won juga dalam keadaan tak sadar. Oska memanggilnya namun Joo-won tidak merespon. Dokter mengatakan mereka ditemukan terbaring di jalan dan keduanya dalam keadaan tak sadarkan diri.
PDVD_487 PDVD_488
Oska meminta Ra-im dan Joo-won dibawa ke rumah sakit tempat Ji-hyeon bekerja. Oska menelepon Ji-hyeon dan meminta bantuannya. Jong-soo yang baru tiba juga ikut kembali lagi ke Seoul. (kok mereka ngga pergi barengan aja ya dari rumah sakit…kan kasian Jong-soo baru nyampe udah harus pergi lagi :p)
Oska gelisah menunggu hasil pemeriksaan Joo-won dan Ra-im. “Apa kau pikir mereka bertukar tubuh?” tanya Oska pada Jong-soo yang baru tiba (kok dia selalu telat sih, padahal dia kan stuntman, harusnya jago ngebut hehe…).
“Aku tidak tahu, mereka harus dalam keadaan sadar baru kita bisa mengetahuinya,” kata Jong-soo. Ji-hyeon menghampiri mereka dan memberitahu bahwa keduanya belum sadar dan masih dilakukan pemeriksaan. Ji-hyeon bertanya mengapa Joo-won membawa Ra-im yang dalam keadaan koma. Oska tak dapat menjawabnya.
PDVD_494
Jong-soo bertanya mengenai keadaan Ra-im. Ji-hyeon menjawab mereka harus tunggu hasil pemeriksaan keluar. Oska bertanya dengan tak sabar, kapan hasilnya keluar, dan meminta Ji-hyeon menggunakan semua kemampuan dan koneksinya. Ji-hyeon menghela nafas dan berkata aku mencoba sebaik mungkin, aku keluar karena berpikir kau akan frustasi, membuat dirimu kelaparan tidak akan membantu, pergilah makan sesuatu.
Ibu Joo-won terkejut mendengar Joo-won tak sadar. “Apa? Joo-wonku? Apa yang terjadi padanya? Tak sadarkan diri? Mengapa harus Joo-wonku? Anakku yang hebat…kenapa? Putraku yang tampan….kenapa? Mengapa Joo-wonku?” Ibu Joo-won menangis histeris.
PDVD_498 
Jong-soo yang menunggui Ra-im bersama Ah-young dan Jung-hwan, mengirim sms pada Oska menanyakan keadaan Joo-won. Oska melihat bibinya yang menangis, dan membalas, “Di sini juga, aku belum tahu ini Ra-im atau Joo-won.”
PDVD_502 PDVD_504
Ibu Joo-won memohon pada Ji-hyeon. “Ji-hyeon, tolong selamatkan Joo-won. Mengapa dia seperti itu? Mengapa orang yang sehat menjadi seperti itu? “ Ji-hyeon mencoba menenangkannya dan berkata mereka masih menunggu hasil pemeriksaan. Ibu Joo-won meradang, “Kau sudah melakukannya selama berjam-jam! Kau adalah dokter! Psikiater Joo-won! Dokter apa yang tidak bisa mengatakan sedang melakukan pemeriksaan? Mengapa Joo-wonku seperti itu? Mengapa dia dalam keadaan seperti itu?”
Ji-hyeo meminta ibu Joo-won mengecilkan suaranya karena Joo-won bukanlah satu-satunya pasien di rumah sakit. Ibu Joo-won kehabisan kata-kata. Selama ini semua orang mengikuti kata-katanya tapi dia tidak bisa memaksa Ji-hyeon dan malah ditegur olehnya. Seorang perawat meminta Ji-hyeon segera ke kamar Joo-won karena ia mulai sadar.
Joo-won membuka matanya pelan-pelan dan melihat Oska. “Apa kau melihatku? Kau dengar suaraku? Joo-won, apa kau mengenaliku? Joo-won…Joo-won…”
PDVD_510
Joo-won hanya diam, namun terlihat kaget mendengar Oska memanggil namanya. Ia menyentuh wajahnya, dan bertanya, “Apakah turun hujan? Apakah di Seoul turun hujan?”
Oska terpukul mendengarnya, “Apa yang harus kulakukan? Bagaimana dengan adikku?” Oska menyadari Ra-im yang berada di dalam tubuh Joo-won. Ra-imwon bertanya tentang hujan artinya ia menyadari jiwanya telah tertukar dengan Joo-won.
“Apa yang terjadi? Mengapa aku…? Mengapa aku dalam tubuhnya?” Ra-imwon bertanya pada Oska.
PDVD_511 PDVD_513
Oska dengan sedih menjawab, “Di sini tidak turun hujan. Joo-wonlah….yang membawamu ke dalam hujan bersamanya.”
Ra-imwon menggeleng tak percaya dan mulai menangis, “Tidak…tidak….tidak boleh….Tidak!” Oska menangis menyadari saat ini sepupunya yang dalam keadaan koma dalam tubuh Ra-im.
PDVD_516 PDVD_517
Ibu Joo-won menghampiri Ra-imwon, “Joo-won! Ini ibu.” Ra-imwon menangis terisak-isak. “Joo-won, ini ibu!” kata ibu Joo-won khawatir. “Aku minta maaf. Aku minta maaf, eomeoni!”tangis Ra-imwon.
Ibu Joo-won terkejut, demikian juga dengan Ji-hyeon. (biasanya Joo-won memanggil ibunya: omma, Ra-im terakhir kali bertemu dengan ibu Joo-won memanggil: eomeoni)
Ra-imwon bertanya di mana Kim Joo-won pada Oska. Oska bingung bagaimana menjawabnya di hadapan bibinya dan Ji-hyeon. “Di mana dia? Di mana Kim Joo-won sekarang!” seru Ra-imwon. “Dasar gila!” gumam Oska kesal sambil menangis, ia kesal Joo-won membuat keadaan menjadi seperti ini, ia tidak berdaya melakukan apapun.
PDVD_519 PDVD_525
“Kau ada di sini, Joo-won, “sahut ibu Joo-won, “ Mengapa kau seperti ini? Joo-won mengapa kau seperti ini?” ia panik melihat [Joo-won] terus menangis dan seperti tidak mengenali dirinya sendiri.
Jong-soo sedang menjaga [Ra-im] ketika Ra-imwon masuk. Jong-soo menatapnya. Ra-imwon menatap Joo-wonim yang koma.
“Kau sadar? Siapa kau? Siapa di antara kalian yang sadar?” tanya Jong-soo.
“Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kulakukan, sutradara?” tanya Ra-imwon sambil menangis melihat keadaan Joo-wonim. Jong-soo bertanya, apakah kau Ra-im. Ra-imwon terus menangis dan bertanya apa yang harus kulakukan, dia menukar tubuhnya denganku, untuk menyelamatkanku dia akan mati. Jong-soo mendesah lega dan langsung memeluk Ra-imwon (padahal biasanya melihat pun tak mau) lalu menangis. Ra-imwon meminta maaf (sudah membuat khawatir) dan bertanya apa yang harus ia lakukan sekarang.
PDVD_533 PDVD_534
Ibu Joo-won yang menyusul Ra-imwon terkejut melihat [anak]nya dipeluk erat seorang pria. Ia segera berlari masuk diikuti para pengawalnya. Ia memisahkan Jong-soo dari Ra-imwon dan bertanya marah, “Kau…siapa kau?” lalu pada Joo-won ia bertanya,” Kau…mengapa kau seperti ini?” Ra-imwon hanya diam saja menangis melihat Joo-wonim. Ibu Joo-won bertanya marah kenapa [Joo-won] pergi ke kamar [Ra-im], lalu menyuruh pengawalnya untuk membawa Ra-imwon keluar dan memerintahkan Ji-hyeon untuk mengeluarkan [Joo-won] dari rumah sakit sekarang juga.
PDVD_536
Jong-soo segera menarik Ra-imwon, “Lepaskan, ini bukan Kim Joo-won.” Ji-hyeon bingung mendengarnya. Ibu Joo-won marah, “Berani sekali kau menyentuhnya?!” Para pengawal hendak membawa Ra-imwon pergi tapi Jong-soo memiting lengan pengawal itu.
“Aku tidak tahu siapa kau tapi jika kau menyentuhnya sekali lagi….” maki ibu Joo-won.
PDVD_540 PDVD_541
“Aku pergi.” kata Ra-imwon. Ibu Joo-won terdiam. “Aku pergi, ibu (kali ini ia memanggil: omma).” Jong-soo menoleh pada Ra-imwon. “Tidak apa-apa, aku akan mengurusnya. Aku bisa melakukannya,” Ra-imwon menenangkan.
“Ayo pergi, ibu. Aku ingin pulang ke rumah. “ lalu Ra-imwon berjalan keluar kamar.
Dasar ibu suri, masih sempet-sempetnya menghina dengan mengatakan memang Ra-im pasti berteman dengan orang-orang seperti Jong-soo. Tidak ada rasa kasihan sedikitpun melihat [Ra-im] yang terbaring koma.
Ra-imwon diperiksa oleh dokter keluarga Joo-won di rumahnya. Dokter mengatakan tubuh bagian luar dan dalam baik-baik saja, Ra-imwon diminta beristirahat beberapa hari dan dilihat keadaannya. Ibu Joo-won lega [Jo-won] tidak apa-apa.
PDVD_545
“Nenekmu pasti membantumu, melegakan sekali. Benar-benar melegakan.” kata ibu Joo-won.
“ya, aku baik-baik saja. Kau dengar apa kata dokter. Aku ingin beristirahat.” Kata Ra-imwon. Ibu Joo-won senang dan ingin menemaninya, tapi Ra-imwon berkata ia akan merasa kurang nyaman dan meminta ibunya pergi.
“Ini kau, benar-benar Joo-wonku. Tadi kau terlihat seperti orang lain. Jika kau merasa tidak baik segera beritahu aku. Aku akan segera membawa dokter ke sini.” Kata ibu Joo-won dengan penuh kaih sayang. Ra-imwon mengiyakan. Ibu Joo-won meminta Oska untuk menjaga Joo-won.
“I-ibu…aku minta maaf. “kata Ra-imwon saat ibu Joo-won hendak pergi.
“Mengapa kau minta maaf? Kau akan segera sembuh. Ibu selalu bangga padamu jadi aku adalah ibu yang paling bahagia. Itu sebelum kau bertemu gadis itu….Kudengar semua ini terjadi setelah kau membawa gadis itu keluar. Itu adalah hal paling terakhir yang akan kutoleransi. Ibu ingin bahagia kembali. Kau pasti lelah. Istirahatlah,” kata ibu Joo-won menahan kesedihannya.
PDVD_546 PDVD_548
Oska dan Ra-imwon tersentuh mendengar perkataan ibu Joo-won. Ibu Joo-won menyuruh para pengawalnya menjaga jangan sampai Joo-won pergi ke rumah sakit lagi. Tapi ia mengingatkan mereka tidak boleh menyakiti Joo-won.
PDVD_551
Oska menghalangi Ra-imwon yang ingin ke rumah sakit menemui Joo-wonim.
“Aku harus pergi.”
“Duduk.”
“Aku benar-benar harus pergi.”
“Kubilang duduk.” Sikap Oska agak kurang ramah.
“Tolong biarkan aku pergi. Aku harus pergi menemuinya.”
“Jika kubilang duduk maka duduklah. Jika kau harus pergi, pergilah nanti. “ Oska mulai marah.
“Mengapa kau menghalangiku. Dia sedang menungguku. Dia pasti takut sendirian.”
“Jika kubilang pergi nanti, pergilah nanti. Aku tahu betapa besar cinta di antar kalian berdua. Tapi pikirkanlah keluarga yang akan kehilangan seorang anak dan adik. Aku minta maaf. Seharusnya aku tidak marah padamu, Ra-im. Tapi jika Joo-won tidak sadar kembali, bibiku akan…. jika dia menemukan kalian menghilang lagi, dia akan sangat terpukul.” Oska kesal sekaligus sedih Joo-won melakukan ini tanpa mengingat keluarganya.
PDVD_560 PDVD_561
Ra-imwon menunduk, “Aku minta maaf. Aku tidak berpikir sejauh itu. aku sungguh-sungguh minta maaf.”
“Ra-im, kupikir dia melakukan ini untuk membuat kita merasa bersalah. Bibi menaruh penjaga di luar pintu. Jangan pergi sekarang. Tinggallah satu hari lagi. Agar bibi tidak khawatir…” Oska melunak.
Ra-imwon mengangguk. “Aku akan pergi ke sana besok, kau bisa sendiri di sini, bukan?” tanya Oska. Ra-imwon mengangguk.
Oska menjenguk Joo-wonim. Ia menangis melihat Joo-wonim yang masih koma, “Kau gila…Bagaimana bisa kau melakukan hal ini…teganya kau…bagaimana bisa kau melakukan hal seperti ini, dasar bodoh? Apa hanya dia satu-satunya yang penting bagimu? Apa kau tidak perlu keluargamu? Sepatu itu….kaupikir kau bisa melemparkannya padaku lalu pergi?”
“Kau bilang kau bertukar saat hari hujan. Tapi, pasti nanti akan turun hujan lagi. Lalu, pilihan apa yang harus kuambil? Untuk menghormati keputusanmu, apa aku harus mengurung Ra-im pada hari-hari hujan?! Apa itu yang kauinginkan untuk kulakukan?!”
PDVD_571  
“Tapi bagaimana bisa? Aku tidak bisa melakukannya. Walau kau akan membenciku. Aku tidak akan sanggup melindungi cintamu. Walau kau menangis, mengamuk, dan menjadi gila, aku memilih hidup melihat adikku yang seperti itu. “ Oska menangis, ia menyatakan ia akan memilih Joo-won dibanding Ra-im.
Keesokan harinya Ra-imwon memutuskan untuk ke rumah sakit. Tentu saja ia segera dihadang pengawal ibu Joo-won. Ra-imwon mencoba bicara baik-baik pada mereka dan meminta merahasiakan kepergiannya pada ibu Joo-won. Tapi pengawal itu meminta Ra-imwon kembali beristirahat. Karena pengawal tidak membiarkan Ra-imwon pergi, terpaksa ia melawan dan merobohkan mereka. (Hyun Bin keren juga kalo main film action ^^)
Ia bertemu dengan pelayan yang ketakutan melihat Ra-imwon melumpuhkan para penjaga. Ra-imwon menenangkannya, mereka semua tidak apa-apa. Pelayan itu dengan takut-takut mengatakan ia hanya ingin mengantar surat untuk [Joo-won], dengan gugup ia membacakan nama-nama pengirimya, ada surat cinta (dariku kayanya hehe.. ), golf resort, Kim Ddol Chu, dan…
PDVD_578 PDVD_579
“Berikan nanti saja.” Potong Ra-imwon, tapi sesuatu menghentikannya. Ia bertanya,” Tunggu, tadi kaubilang dari siapa?”
Di dalam mobil Ra-imwon memegang surat dari Kim Ddol-chu (orang berjaket aneh) untuk Kim Joo-won. Ra-imwon cepat-cepat membuka suratnya
PDVD_582 PDVD_583
Kilas ajaib (dalam tubuh sebenarnya: Ra-im membaca surat Joo-won)
PDVD_583
“Baru saja aku menyadari keajaiban yang kita alami mungkin merupakan hadiah dari Tuhan. Jadi, tersenyumlah bahagia sebagai penerima hadiah yang indah ini. Jika kau tertawa dengan sepenuh hatimu, aku akan dapat mendengar tawa itu.Karena aku memiliki lebih banyak kemampuan daripada yang kaupikirkan. Cukurlah wajahku dengan rapi. Dan kenakan pakaian yang kusukai. Kurasa kita bisa menganggap kita sedang bersama. Kurasa itu cukup, kita bisa menganggap kita bahagia seperti pasangan kekasih yang lain.. “
PDVD_587 PDVD_588
Ra-im menangis mendekap surat itu di dadanya.
(That Man-Hyun Bin)
Berapa lama ….berapa lama lagi… aku harus menatapmu seorang diri
Cinta ini yang datang bagaikan angin
Cinta yang memohon bagai pengemis…
Jika aku meneruskannya seperti ini, akankah kau mencintaiku?
PDVD_593
Ra-im menjalankan mobilnya..
Kilas ajaib berakhir (mereka kembali tertukar)
Ra-imwon berlari menyusuri lorong rumah sakit dan melihat Jong-soo sedang berjaga di luar kamar Joo-wonim.
“Sutradara,” panggilnya. “Apa kau baik-baik saja?” tanya Jong-soo khawatir. “Mengapa kau di sini?” tanya Ra-imwon.
PDVD_603 PDVD_604
“Karena kupikir ia mungkin akan ketakutan seorang diri. Ia mungkin akan kembali jika dia tahu ada seseorang yang menunggunya di luar pintu.”
Ra-imwon terharu mendengarnya. Jong-soo menyuruhnya masuk. Ra-imwon membungkuk sebagai tanda terima kasih lalu masuk ke kamar Joo-wonim.
Kilas ajaib (mereka dalam tubuh masing-masing)
PDVD_605 PDVD_609
Ra-im mendekati tempat tidur Joo-won, “Kita ini seperti pengemis. Di antara kita berdua, salah satu harus menjadi gelembung. Jika memang demikian, akulah orangnya. Akulah yang akan menjadi gelembung. Jangan merasa sedih. Saat little mermaid jatuh cinta pada sang pangeran, adalah takdir little mermaid untuk menjadi gelembung. Kau seharusnya mematahkan tangan dan kakiku saja. Bagaimana bisa kau membuat hatiku demikian sakit setiap kali aku bernafas? Aku akan mengembalikan semua pada keadaan semula. Bila turun hujan, kembalilah ke tempatmu. Kumohon.”
PDVD_616 PDVD_620
Ra-im menangis di dada Joo-won.
Kilas ajaib berakhir (mereka kembali tertukar)
Oska sedang bersedih di rumahnya ditemani Seul. Seul bertanya apakah Joo-won baik-baik saja., kudengar ia telah sadar. Belum, kata Oska, itu bukan Joo-wonku. Seul bingung, apa maksudmu.
“Dia begitu ceria berbeda dari biasanya. Walau cerita itu tidaklah lucu dia tertawa keras sekali, bagai orang gila. Itu adalah caranya mengucapkan selamat tinggal.” Seul bertanya dapatkah kau menjelaskan agar aku mengerti.
PDVD_622 PDVD_623
“Aku selalu berpikir aku membiarkannya menang karena aku lebih tua dan lebih dewasa. Tapi seberapa tua dan seberapa dewasakah seseorang untuk mati bagi orang lain?” Oska tak bisa menahan tangisnya. Seul melihatnya khawatir, sebenarnya ada apa. Oska tidak bisa menjawabnya.
Ra-imwon tertidur memegangi tangan Joo-wonim.
PDVD_627
Di suatu tempat, berderet botol-botol berisi arak bunga berwarna-warni . Botol-botol itu terletak di atas sebuah meja yang indah. Sekeliling tempat itu berwarna putih, dihiasi oleh bunga-bunga. Ayah Ra-im berdiri dekat meja itu dan memandangi permukaan sebuah botol. Tampak Ra-imwon dan Joo-wonim di rumah sakit sedang tidur. Wajah ayah Ra-im tampak sedih.
PDVD_628PDVD_630
PDVD_633 PDVD_634
Joo-won: Lagi, lagi…mengapa dalam mimpimu kau selalu terganggu?
Ra-im: Itu karena kau hadir dalam mimpi-mimpiku. Di atas hamparan salju putih, ada sebuah meja yang tertata cantik. Kau dan aku diundang.
Joo-won: Bodoh, itu adalah mimpiku. Kau ada dalam mimpiku. Kau dan aku mengenakan pakain yang indah. Seperti gentleman aku menarikkan kursi untukmu. Kau berterima kasih padaku dengan senyumanmu.
Ra-im: Kita tersenyum saling memandang satu sama lain. Dan kita menunggu seseorang. Orang yang mengundang kita adalah …..ayah?! Ayah, benarkah itu kau?
PDVD_642 PDVD_640
Ayah Ra-im tersenyum memandang putrinya.
Joo-won: Kau terlihat tidak asing. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?  
Ayah Ra-im tersenyum pada Joo-won, lalu ia mengambil sebuah botol arak bunga berwarna merah.
Ayah Ra-im: Minuman ini adalah awal dan akhir dari keajaiban ini.
Ia membuka botolnya dan menuangkannya untuk Joo-won dan Ra-im.
Ayah Ra-im berkata pada Joo-won, “Tidak apa-apa jika kau melupakanku. Juga tidak apa-apa jika kau melupakan janjimu padaku. Kau telah melakukan lebih dari apa yang kaujanjikan…
PDVD_655 PDVD_654
Ayah Ra-im berkata pada Ra-im, “Hiduplah, terimalah banyak cinta. Sebanyak kau merendahkan dirimu, sebanyak air mata yang kaukeluarkan, mulai sekarang hiduplah dan menerima cinta, Ra-im.
PDVD_661 PDVD_662
Air mata Ra-im mengalir.
Ayah Ra-im: Ini adalah akhir dari keajaiban itu. Keajaiban yang kubuat adalah seperti jabat tangan antara dua orang yang baru pertama bertemu. Jadi sekarang…..kalian berdua buatlah keajaiban kalian sendiri.
Joo-won dan Ra-im tersenyum memandang ayah Ra-im. Ayah Ra-im menghilang. Mereka kemudian meminum arak bunga berwarna merah tersebut. Saat mereka minum, kelopak-kelopak bunga warna merah jatuh dari langit bagaikan hujan. Mereka saling berpandangan.
PDVD_669 PDVD_678
Mimpi Ah-young yang kedua….
Ayah Ra-im mengakhiri keajaiban yang ia buat, jadi Ra-im dan Joo-won tidak akan bertukar kembali. Ia juga meminta Ra-im untuk terus hidup dan menerima cinta, Ra-im akan sadar dari komanya. Ayah Ra-im mengatakan keajaiban yang ia buat bagai jabat tangan dua orang yang baru bertemu (berkenalan), inilah saatnya bagi Ra-im dan Joo-won untuk membuat keajaiban bagi diri mereka sendiri untuk mencapai kebahagian.
Saat pagi hari tiba, Joo-won dan Ra-im membuka mata mereka. Mereka terlihat bingung dengan keadaan di sekitar mereka.
PDVD_691
Joo-won turun dari tempat tidurnya dan berjalan ke luar kamar. Di bawah tempat tidur bertebaran kelopak bunga warna merah.
PDVD_693
Ra-im berteriak dan duduk di tempat tidur rumah sakit. Ia melihat tubuhnya dan berkata, “Aku kembali….” Ia mengambil cermin untuk memastikan siapa dirinya. “Aku telah kembali.” Jadi mereka telah kembali ke tubuh masing-masing. Ra-im teringat pada Joo-won dan belari keluar kamar. Ia tidak menyadari di atas lantai kamar rumah sakit bertebaran kelopak bunga mawar merah.
PDVD_696 PDVD_699
Joo-won memandang wajahnya di cermin. Ia terlihat bingung dan meraba wajahnya. “Apa kau cukup tidur?” sapa Oska berjalan masuk ke kamar mandi (untung Joo-won ngga lagi mandi ^^).
“Hyung?” Joo-won kaget melihat kedatangan Oska. “Hyung?” ia sepertinya aneh melihat Oska.
“Kau tidak perlu berpura-pura bila hanya ada kita berdua.” Kata Oska, mengira Ra-imlah yang berada dalam tubuh Joo-won.
“Hyung, ada apa denganmu? Dan mengapa aku seperti ini?” tanya Joo-won kebingungan.
PDVD_701 PDVD_704
Oska ikut bingung, “Apanya? Apa yang sedang kaubicarakan?”
Joo-won bertanya ia berada di mana, dan bertanya mengapa ia di sini, bukankah ia ada di rumah sakit sebelumnya.
Oska menatap Joo-won, “Apa mungkin….kau Joo-won? Kim Joo-won, benarkah itu kau? Kau telah kembali? Padahal tidak turun hujan.”
“Mengapa kau berbicara tentang hujan? Apa yang terjadi padaku?” sahut Joo-won.
“Joo-won…ini benar kau, Joo-won,” Oska senang sekali dan memeluknya, “Benar, tadi kau di rumah sakit. Tapi kau kembali. Bibi membawamu pulang.”
PDVD_709
Joo-won mendorong Oska dengan kasar, “Ah…lepaskan aku. Teman-temanku, apa mereka baik-baik saja? Apa mereka selamat?”
Oska bingung, “Teman-teman? Teman-teman yang mana?”
“Mengapa kau seperti ini? Beberapa hari yang lalu aku pergi bertemu teman-temanku lalu terjadi kebakaran dan aku terjebak dalam lift. Kau juga datang ke rumah sakit menjengukku.”
Oska terkejut, “Joo-won…”
Joo-won terus bertanya mengenai teman-temannya. Oska terhenyak menyadari ada yang tak beres dengan Joo-won.
PDVD_713 PDVD_714
Oska menemui Ji-hyeon yang baru saja memeriksa Joo-won. Oska bertanya apakah Joo-won mengatakan sesuatu, mengapa Joo-won bersikap seperti itu, apakah dia amnesia. Ji-hyeon mengatakan Joo-won tidak amnesia, ia mengalami shock mental. Dia mendapatkan ingatannya kembali sampai usia 21 tahun tapi dia kehilangan ingatannya sejak kecelakaan itu sampai sekarang.
Oska bertanya apa yang akan terjadi sekarang, apakah Joo-won dapat hidup normal. Ji-hyeon berkata, “Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. Dia menerima hidupnya saat ini dengan sangat baik. Dan yang mengejutkan ia menganggapnya hebat. “
“Apanya yang hebat?”
“Ia ingin cepat dewasa, dan ketika bangun tiba-tiba ia sudah dewasa. Joo-won merasa itu bagaikan di film. Saat dia mengetahui dirinya adalah presdir departemen store, dia senang sekali bahwa dia yang mendapatkan departemen store, bukan kau.”  Oska be-te mendengarnya.
PDVD_716 PDVD_717
Ji-hyeon berkata Joo-won mengingat kejadian di lift itu dan bahwa seseorang menyelamatkannya, tapi ia lupa pemadam kebakaran yang menyelamatkannya . Ji-hyeon mengajak Oska bersama ke rumah Joo-won, Joo-won meminta ditemani sepanjang hari ini.
Ra-im berlari keluar rumah sakit dan menghentikan taksi. Ia meminta supir taksi mengemudi dengan cepat. Ra-im masih mengenakan pakaian rumah sakit (tanpa jaket, padahal Korea lagi dingin banget lho).
Oska dan Ji-hyeon menghampiri Joo-won yang sedang mengamati rumahnya. Joo-won bertanya siapa yang mendesain rumahnya. “Kau menahan arsitek dari New York siang dan malam, memasang bata demi bata.” ujar Oska. Joo-won tersenyum, ah aku memang lebih tua sekarang tapi kulihat standarku tetap sama, ini rumahku bukan? Oska menjawab ini rumah ibu Joo-won dan tersenyum mengatakan ia lega Joo-won telah kembali (walau kehilangan ingatan tapi sadar).
PDVD_722 PDVD_724
“Dia berkata ada masalah dengan ingatanku,” sahut Joo-won menunjuk Ji-hyeon, “Dia bilang aku berusia 34 tahun.”
Oska membenarkan, kau 34 dan aku 36. Kau memang terlihat sesuai usiamu, tapi aku tidak terlihat 34 sama sekali, bagaimana aku merawat diriku dengan begitu baik? Joo-won terlihat bangga sekali. Oska menggerutu, dia bahkan lebih brengsek, tapi saat berusia 21 tahun dia memang seperti itu. Ji-hyeon tersenyum. Oska berseloroh apa Joo-won perlu dikurung. Ji-hyeon berbisik, sebenarnya itu mekanisme pertahanan diri orang-orang seperti dia, orang dengan kesadaran diri yang tinggi.
“Jadi sekarang tahun 2011, dan aku adalah presdir LOEL, dan kau bintang top, dan kau bukan murid kedokteran tapi spesialis. Dan 3 bulan yang lalu kau mencampakkanku, benarkan?” Joo-won memastikan. Baru ketahuan Ji-hyeon sebenarnya mantan kekasih Joo-won.
“Tepatnya 13 tahun 3 bulan yang lalu.” sahut Ji-hyeon.
“Kita masih berteman baik setelah 13 tahun?”
“Itu karena aku berkepribadian baik.”
“Mana mungkin….tapi apa kau benar-benar bintang top?” tanyanya pada Oska.
“Aku adalah model utama department storemu.” jawab Oska bangga.
“Hoho..kau bertumbuh dengan baik, tadinya aku khawatir kau akan menjadi apa bila kau dewasa. Tapi kau pasti berhasil di dunia lain.”
PDVD_727
Oska kesal, “Aku menguasai Jepang. Apa kau tahu aku berada lama aku berada dalam peringkat Oricon (peringkat music utama Jepang)?” Ji-hyeon tertawa melihat mereka berdua. Ia terkejut saat melihat Ra-im datang masih dengan pakaian rumah sakitnya.
Ra-im membuka pintu rumah Joo-won dan lega saat melihatnya baik-baik saja. Joo-won menoleh tapi tidak mengenali Ra-im.
PDVD_735 PDVD_736
Ra-im berlari dan memeluk Joo-won, “Hei kau, pria jahat!” Ra-im memeluknya erat-erat. Joo-won memandang Oska dan Ji-hyeon kebingungan. Ji-hyeon dan Oska berpandangan tidak tahu apa yang harus mereka perbuat.
PDVD_738 PDVD_740
Ra-im melepaskan pelukannya dan memarahi Joo-won, “Siapa yang menyuruhmu melakukan hal itu? Siapa? Kupikir aku tidak akan melihatmu. Kupikir aku tidak akan bisa melihatmu lagi.”
Oska meminta Ra-im tenang dulu. Joo-won seperti teringat sesuatu dan berkata, oh…aku pernah melihat wajah ini sebelumnya di rumah sakit. Oska dan Ji-hyeon kaget, berharap Joo-won sudah ingat kembali. “Ingatanmu pasti sudah kembali. Kalian berdua memang berada di rumah sakit selama beberapa waktu.” kata Oska bersemangat. Ra-im terkesiap mendengarnya. Oska menenangkannya, aku akan jelaskan nanti.
PDVD_747 PDVD_749
“Tapi wajahmu sepertinya…ah, minggir.” Ia mendorong kening Ra-im dengan telunjuknya lalu bertanya pada Oska dan Ji-hyeon, “Aku ingin bertanya pada kalian. Siapa itu Gil Ra-im?”
Ra-im yang menangis menoleh memandang Joo-won kaget. Ji-hyeon juga. “Apa kau ingat Ra-im?” tanya Oska, “Kau ingat. Ingatanmu pasti segera kembali.”
PDVD_752 PDVD_757
“Siapa dia?” tanya Joo-won, “begitu aku bangun, hal pertama yang kuingat adalah nama itu. Apa dia seseorang yang kukenal?”
Ra-im memandang Joo-won bingung dan sedih. Oska menjelaskan, ini Joo-won berusia 21 tahun, ia tidak ingat apapun melewati usia itu. Ra-im terkejut dan mulai menangis kembali. Ji-hyeon mencoba menenangkannya, ini hanyalah akibat shock, tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Luar biasa bukan, dari 13 tahun ingatan yang hilang dia cuma inget nama Ra-im.
Ra-im menangis menatap Joo-won. Joo-won bingung melihatnya, “Mengapa kau menangis? Apa mungkin…apa kau Gil Ra-im?” Ra-im mengangguk. “Kau?” Ra-im mengangguk.
PDVD_762 PDVD_764
Oska mengajak Ji-hyeon pergi, mungkin Ra-im dapat lebih menolong Joo-won mengingat semuanya. Ji-hyeon menganguk. Mereka meninggalkan Joo-won dan Ra-im berdua.
Joo-won memandang Ra-im dari atas ke bawah. “Kau bilang kau adalah Gil Ra-im?” Ra-im menganggukkan kepalanya lagi.
“Apa kau mengenalku? Dan aku mengenalmu?” Ra-im hanya mengangguk.
“Berapa usiamu?” “30,” jawab Ra-im.
Tidak mungkin aku mengenal orang yang lebih tua dari 24 tahun, gumam Joo-won. Joo-won bertanya apa pekerjaan Ra-im. Ra-im menjawab, stuntwoman. Apa? Tanya Joo-won tak percaya. Stuntwoman, jawab Ra-im lagi.
Joo-won kaget ia bisa mengenal seorang stuntwoman (biasanya artis kali ya). Ia bertanya apa hubungan mereka sebenarnya, apa ada alasan nama Ra-im yang pertama kali muncul di pikirannya ketika ia bangun.
“Ada, kau… mencintaiku. Dan aku juga mencintaimu,” jawab Ra-im sendu.
“Kau bilang aku bukan hanya mengenal seorang stuntwoman tapi juga mencintainya?” tanya Joo-won.
Ra-im mengangguk, “Iya, dengan sangat.”
“Tunggu, tunggu, apa mungkin namamu tertukar dengan orang lain? Apa ada Gil Ra-im yang lain?”
“Mungkin saja ada. Tapi Gil Ra-im yang dicintai Kim Joo-won adalah aku.” kata Ra-im, masih menangis.
Joo-won berkata ia akan memahami situasinya dulu dan meminta nomor telepon Ra-im. Ra-im tertawa kecil di tengah tangisnya, “Kukira kau sudah brengsek sejak kau masih muda.”
PDVD_772 PDVD_773
Joo-won kaget mendengar perkataan Ra-im. Ra-im menyuruh Joo-won mencari nomor teleponnya diponselnya, pasti ada di sana, juga fotonya yang pernah diambil Joo-won.
“Sekarang…apapun yang kaulakukan, semuanya indah bagiku. Sekarang… apapun yang kaulakukan, aku dapat memaafkan semuanya. Itu semua hanya karena kau hidup,” Ra-im tersenyum. Joo-won tersentuh mendengarnya.
PDVD_778
Joo-won berjalan-jalan di area rumahnya….yeaaaay jaket bling-bling is back. Ia berjalan sendiri, namun seperti episode-episode awal ketika ia memikirkan Ra-im, Ra-im imajinasi (mengenakan baju rumah sakit) muncul berjalan di sebelahnya. Ia bertanya pada dirinya sendiri mengapa ia selalu memikirkan Ra-im.
PDVD_785 PDVD_788
Ra-im kembali ke rumah sakit. Ia ditemani oleh Ah-young. Ah-young mempersiapkan makan malam untuk Ra-im. Ra-im bercanda ada keuntungannya juga jadi orang sakit. Ah-young cemberut, jangan bercanda dengan hal seperti itu, karena kau setiap aku menyiapkan makan malam…airmataku tak dapat kutahan. Ra-im mengoloknya, karena tidak ada yang mencuci piring? Ah-young berteriak kesal, kau gadis nakal! Ah-young lalu menangis.
PDVD_795 PDVD_794
Ra-im masih mengoloknya juga (sepertinya dia sedang senang hehe..), “Bagaimana bisa kau ke kamar mandi ketika kau ketakutan? Waktu kau bertanya ‘bau tidak?’, tidak ada yang menjawabmu.” Ah-young mengancamnya, jika kau terluka lagi, aku akan membakar poster Oska milikmu. Hei, jangan lampiaskan pada oppa-ku, seru Ra-im sambil mengacungkan sendoknya.
PDVD_800
“Berhenti.” Terdengar sebuah suara. Joo-won tiba-tiba ada di kamar Ra-im. “Taruh sendok itu.” Joo-won berjalan mendekat. Ra-im tersenyum dan menurut, ia menurunkan sendoknya. Ah-young mempersilakan mereka bicara berdua. “Bisakah kau memanggil orang diluar agar masuk ke dalam?” kata Joo-won pada Ah-young. Ah-young membuka pintu kamar dan terkejut melihat Sekretaris Kim membawakan satu set makan malam untuk Ra-im lengkap dengan lilin dan bunga.
PDVD_802PDVD_803
Ra-im melihat itu dan tersenyum geli.
PDVD_809
“Hal-hal yang ia lakukan tidak berbeda dari sebelumnya bukan? Jika kau pikirkan, ia benar-benar tidak kreatif dengan idenya,” kata Sekretaris Kim, Ah-young tersenyum. Ra-im tak dapat menahan tawanya. Joo-won heran melihat mereka. “Apa kalian dekat?” tanyanya. “Kalian berdua lebih dekat,” kata Sekretaris Kim. Ia mengajak Ah-young keluar.
PDVD_812 PDVD_810
Joo-won berkata kelihatannya aku yang memilih Sekretaris Kim, aku pasti menerimanya pada akhir tahun (artinya, ia menerima Sekretaris Kim karena hanya dia yang tersisa). Ra-im memandangnya.
“Ini mungkin pertama kalinya kau memakan makanan rumah sakit seperti ini. Tidak apa-apa jika kau terkesan. Aku sengaja melakukannya agar kau terkesan,” Ra-im tersenyum mengangguk. Joo-won menyingkirkan makanan Ra-im (dari rumah sakit).
“Jika kau tidak akan berdoa, lilinnya boleh kupadamkan bukan?” Ra-im menggunakan sendoknya untuk memadamkan lilin, persis yang ia lakukan pada episode awal. Joo-won melotot tak menyangka Ra-im akan bertindak demikian, “Saat makan malam, lilin adalah sebuah keharusan. Aku mengatakannya agar kau tidak salah paham. Aku melakukan ini bukan karena aku peduli padamu. Ini hanyalah perbuatan baik. Begitulah cara aku dibesarkan.” Joo-won menyalakan kembali semua lilinnya.
PDVD_824 PDVD_827
Ra-im memandangnya penuh pengertian, “aku tahu.”
“Kau tahu?”
“Apa kau sudah memahami kondisimu?” tanya Ra-im sambil memakan buah pemberian Joo-won, “aku meninggalkan nomorku tapi kau tidak menelepon.”
“Itulah sebabnya aku kemari untuk mencari tahu. Aku ingin tahu tepatnya bagaimana aku bisa bertemu denganmu. Tidak peduli seberapa banyak aku memikirkannya, tidak mungkin aku bisa menyukaimu. Jadi bolehkah aku tahu siapa ayahmu? Aku hanya berpikir siapa tahu aku mengenalnya.”
Ra-im terdiam sejenak, “Kau mengenalnya.”
“Aku mengenalnya? Benarkah? Dari keluarga mana?” tanya Joo-won bersemangat. Ra-im tak menjawab. “Baiklah, “sahut Joo-won, “aku tidak perlu mengetahuinya dengan segera. Tapi mengapa kau menjadi stuntwoman?”
PDVD_833 PDVD_834
Ra-im menatapnya, “Karena aksiku mengeluarkan aroma lavender.” (mengutip perkataan Joo-won padanya)
Joo-won kaget, apa?
“Kau tidak ingat tapi kau pernah mengatakan ‘bagaimana bisa aku tidak tergila-gila padamu?’.”
“Baiklah, kita anggap saja seperti itu. Menurutmu apa daya tarik utamamu? Tunjukkan padaku apa yang membuatku tertarik. Cobalah untuk mengingat. Jangan hanya mengakui ada sesuatu di antara kita.” sahut Joo-won.
“Apa kau mau dipukul? Agar tulang belakang ke-5mu berubah menjadi yang ke-6? Karena aku memukulimu, kau mengatakan tidak pernah bertemu gadis seperti aku dan kau terus mengikutiku ke mana-mana.”
“A-aku melakukan itu?” tanya Joo-won kaget.
PDVD_841
“Hari ini juga, kau datang untuk melihatku bukan? Kau terus memikirkanku sepanjang hari bukan? Dan kau tidak mengerti mengapa kau bersikap seperti ini, benar kan?” goda Ra-im.
Joo-won bingung, tak bisa membantah.
“Perlukah aku memberitahumu mengapa kau bersikap seperti ini?” tanya Ra-im.
Mengapa, tanya Joo-won penasaran.
“Karena kau mencintaiku. Percayalah pada penilaianmu. Aku adalah seseorang yang pantas dicintai oleh Kim Joo-won.” Ra-im berkata penuh percaya diri. Joo-won terpana mendengarnya.
“Aku akan keluar rumah sakit besok,” ujar Ra-im.
“Apa kau mencoba memintaku menjemputmu atau semacamnya?” tanya Joo-won.
“Kau akan merindukanku lagi besok, jadi aku memberimu alasan untuk datang. Lalu suatu hari nanti kau akan berkata ‘kau mengesankan dan mempesonaku’,” sahut Ra-im tersenyum.
“Itu tidak masuk akal.” Joo-won menutup telinganya dan keluar dari kamar Ra-im. Ra-im tertawa melihat tingkahnya.
PDVD_844 PDVD_848
Ra-im keluar dari rumah sakit dan pergi ke sekolah laga. Semua menyambutnya dengan gembira. Ra-im menyapa rekan-rekannya dan meminta maaf karena telah membuat semuanya khawatir. Jong-soo berkata jika Ra-im terluka lagi, ia tidak akan mempedulikan impian Ra-im dan langsung menyuruhnya berhenti. Iya, jawab Ra-im.
Jong-soo maju dan memeluknya, “Baiklah, kau sudah melalui banyak hal.” Ra-im berterima kasih atas semua yang dilakukan Jong-soo.
“Lepaskan dia.” Suara Joo-won. Mereka menoleh.
PDVD_854 PDVD_857
“Apa kau mendua?” tanya Joo-won pada Ra-im, “Apakah aku salah satu dari orang-orang yang kauduakan?” Hehe….cemburunya sih ngga ilang ^^
Ra-im bertanya bagaimana Joo-won mengetahui tempat ini, apa kau sudah ingat. Jong-soo melihat Ra-im.
PDVD_860 PDVD_861
Joo-won tidak menjawab pertanyaan Ra-im malah berkata,“Aku tahu aku tak sopan, tapi ada sesuatu yang harus kukatakan padanya. Bisakah yang lain keluar?”
Ra-im berkata pada Jong-soo ia akan menjelaskan semuanya nanti lalu ia menyuruh Joo-won mengikutinya. Joo-won melihat Jong-soo dan yang lainnya dengan bingung, “Ada apa ini? Apa kalian mengenalku juga?” Sudah kubilang ikuti aku, seru Ra-im. Joo-won mencibirkan bibirnya dan mengikuti Ra-im. Jong-soo dan yang lain heran melihat sikap Joo-won.
PDVD_864
Ra-im bertanya bagaimana Joo-won bisa ke sini, kau belum mengingat sutradara berarti ingatanmu belum kembali. Aku memilih cara yang lebih cepat, sahut Joo-won, aku tahu tidak baik tapi aku minta seseorang mengikutimu.
Ra-im kesal dan mengangkat kakinya hendak menendang Joo-won tapi Joo-won reflex menarik kakinya. Oh, Ra-im terkejut melihat reaksi Joo-won. Joo-won bertanya panic, mengapa kakiku otomatis bergerak? Apa kau pernah menendangku sebelumnya?
PDVD_866 PDVD_867
PDVD_869 PDVD_870
Ra-im bilang ia sudah mengatakan itu di rumah sakit. “Sepertinya tubuhmu mengenalku, Kim Ddol Chu,” olok Ra-im.
“Apa? Ddol Chu? Apa kau baru mengatakan itu padaku? Artinya bukan orang berjaket aneh kan?”
“Mengapa tidak?” tanya Ra-im.
Joo-won berdecak tak percaya lalu tersenyum, “Ah..ini bukanlah jaket biasa seperti yang kaupikirkan. Lihat baik-baik, apa kau melihatnya? Kau melihatnya bukan?” Joo-won membuka kerah jaketnya dan menunjukkan labelnya pada Ra-im.
Ra-im tersenyum melihat tingkah Joo-won, lalu memeluknya. Joo-won kaget, “Mengapa kau lakukan itu?”
PDVD_876 PDVD_877
“Karena aku berterima kasih…karena kau datang ke sini, aku berterima kasih.”
Joo-won terlihat bingung.
“Aku rasa aku juga akan mencintai dirimu yang berusia 21 tahun,” kata Ra-im memeluk Joo-won lebih erat. Joo-won mulai tersenyum, lalu pelan-pelan balas memeluk Ra-im, “Ehm…benarkah?” Ra-im terseyum senang. Joo-won terlihat kikuk ingin menyandarkan kepalanya pada kepala Ra-im.
PDVD_882 PDVD_884
Ra-im pergi menemui ibu Joo-won.
“Kau belum sadar juga. Kau masih juga menempel pada Joo-won. Apa kau dungu atau kepalamu rusak? Apa kau tidak bisa berpikir jernih setelah kau mati dan hidup kembali?” maki ibu Joo-won.
PDVD_888
“Aku benar-benar minta maaf. Tapi apapun yang terjadi, aku tidak akan melepaskan Kim Joo-won.”
Ibu Joo-won terkejut.
“Seperti yang ibu katakan, aku dan anakmu mati dan hidup kembali. Jadi setiap hari berharga bagi kami berdua. Aku tidak takut padamu lagi.”
“Apa, mengapa kau lakukan ini? Anakku bahkan tidak mengingatmu,” tanya ibu Joo-won frustasi.
“Aku tahu. Tapi ia akan mengingatku.”
“Jika ia akan mengingatmu, maka ia tidak akan melupakanmu. Aku berharap ingatannya tidak akan kembali. Aku bisa mengisi 13 tahun ingatannya dengan menyuruhnya belajar.”
“Tapi, kau takut bukan? Kau takut suatu hari ia akan mengingat orang sepertiku. Aku tidak melakukan ini untuk menghancurkan Kim Joo-won. Apa yang akan menghancurkan kami adalah jika kami berpisah. Kumohon, cobalah untuk mengerti kami. “
Ibu Joo-won berteriak “Apa kau ini tembok? Apa kau sapi? Apa kau orang asing? Apa ini menyenangkan? Bagaimana bisa kau terus menerus mengabaikan keinginan orang tua?”
Dengan sabar Ra-im menjawab, “Aku minta maaf. Aku hanya akan mengatakan hal yang terakhir.” Ia menegakkan punggungnya dan berkata dengan tegas, “Tolong berikan putramu. Aku akan bertanggungjawab dan membuatnya bahagia.” Persis seperti seorang pria yang akan melamar seorang wanita pada orang tuanya.
PDVD_896 PDVD_897
“Ada apa denganmu?” seru ibu Joo-won kesal. Ra-im hanya menatapnya dengan tegas, menunjukkan kegigihannya. Haha…bener-bener suka Ra-im yang seperti ini^^
Ra-im baru pulang ke rumahnya ketika pintu rumahnya ada yang mengetuk. Ternyata Sekretaris Kim. Ra-im menyapanya dan berkata Ah-young belum pulang. Aku ke sini bukan mencari Ah-young, kata Sekretaris Kim, presdir menyuruhku membawamu, ketika kutanya apa perlu kubilang “menjemputmu”, tapi dia menyuruhku mengatakan seperti itu (menjemput dan membawa itu berbeda bukan?). Ra-im tersenyum, aku juga ingin melihatnya, ke mana ia menyuruhku pergi?
PDVD_907 PDVD_908
Rumah Joo-won. Joo-won menyuruh Ra-im duduk lalu ia menatapnya sangat lama. “Tinggallah di sini mulai sekarang,” kata Joo-won akhirnya, “Tinggallah di sisiku sampai aku menyuruhmu pergi. Aku harus tahu mengapa aku menyukaimu.”
Ra-im tersenyum mendengarnya. “Mengapa kau tertawa?” tanya Joo-won.
PDVD_916 PDVD_917
“Karena ini bukan pertama kalinya aku mendengar hal seperti itu.” sahut Ra-im.
“Maksudmu aku pernah mengatakan ini sebelumnya?” tanya Joo-won kaget.
“Kau merengek ingin menggunakan tempat tidur bersama, dan kau merengek ingin shower bersama.” jawab Ra-im.
“Sepertinya hubungan kita lebih dekat dari yang kupikirkan. Jadi, apa kau menyerah?” tanya Joo-won santai.
“Apa?” tanya Ra-im kaget. Joo-won bangkit berdiri dan duduk di hadapan Ra-im. “Aku akan bertanya padamu, apa kita pernah berciuman sebelumnya?”
Ra-im menatap Joo-won, ragu-ragu menjawab. “Seperti ini…” Joo-won mendekatkan wajahnya pada Ra-im.
PDVD_925 PDVD_928

Tidak ada komentar:

Posting Komentar