“Aku
akan bertanya begini, apakah kita memiliki hubungan yang cukup dekat
untuk berciuman? Seperti ini…” Joo-won maju seperti hendak mencium
Ra-im. Ra-im mundur karena terkejut, ia tak tahan melihat wajah Joo-won
begitu dekat hingga memalingkan mukanya.
“Mengapa kau tak menjawabku?” tanya Joo-won, “Apa kita pernah berciuman?”
“Menurutmu akan seperti apa rasanya?” Ra-im balik bertanya.
“Aku yang bertanya duluan.”
Ra-im
menghela nafas lalu mulai mengucapkan, “Kim suhanmoo…keobugiwa durumi…”
ia mengucapkan seluruh “mantra” Joo-won. Joo-won bingung, ia bangkit
berdiri dan bertanya apa yang Ra-Im lakukan.
“Aku melindungimu,” jawab Ra-im. Apa? Tanya Joo-won bingung.
“Sama seperti kau melindungiku selama ini (tidak melangkah lebih jauh), aku juga akan melindungimu. Sampai ingatanmu kembali.”
Joo-won tertawa tak percaya. Mengapa kau tertawa, tanya Ra-im.
“Aku melindungimu? Pada usia 34 tahun dengan tubuh sesehat ini?”
Ra-im mengiyakan. Tidak mungkin, kata Joo-won. Ra-im mendelik kesal.
“Apa mungkin karena kau tidak punya daya tarik?” tanya Joo-won.
“Apa kau mau mati? Karena kau hampir mati dan sadar kembali, kau kehilangan akal sehatmu ya?” sahut Ra-im ketus.
Joo-won terkejut, “Apa kau biasa memperlakukanku seperti ini?” Biasanya orang hormat dan takut sama dia.
“Karena memang biasanya kau patut mendapat hukuman,” sahut Ra-im enteng.
“Jangan
mempergunakan kesempatan atas 13 tahun ingatanku yang hilang!” seru
Joo-won kaget sekaligus takut. Ia berpikir Ra-im membohonginya karena ia
tidak ingat apapun.
Ra-im tersenyum menang,
“Kalau begitu aku pergi. Dan juga, lihat apa yang kan terjadi jika kau
hanya menyuruhku untuk datang dan pergi. Jika kau rindu padaku,
datanglah. Mengerti?”
“Tunggu sebentar,” kata
Joo-won saat Ra-im membalikkan tubuhnya,” Aku akan mengatakannya lagi.
Kemasi barangmu. Tinggallah bersamaku. Sebaliknya, jika aku tidak
menemukan alasan mengapa aku menyukaimu, saat aku menyuruhmu pergi kau
harus pergi.”
Ra-im tertegun. “Kau tidak mau?” tanya Joo-won.
Ra-im
menatap Joo-won dan berkata, “Jangan lakukan itu. Hanya apakah
sebaiknya aku tinggal di sisimu tanpa terlihat dan suatu hari menghilang
begitu saja bagai gelembung? Seperti little mermaid. Katakan saja (jika
kau mau). Ingatlah aku pernah mengatakan aku akan melakukan apapun yang
kauingin kulakukan.”
“Apa kau mengerti apa yang baru saja kaukatakan?”
“Aku
tahu. Aku mengetahui semuanya dengan baik. Pikirkanlah mengenai hal itu
dan jawab aku.” Lalu Ra-im berjalan pergi. (Ra-im mengulang apa yang
pernah dikatakan Joo-won padanya ketika Joo-won pernah berkata pada
Ra-im ia yang akan menjadi little mermaidnya dan meminta jawaban dari
Ra-im.)
Ra-im menyadari Joo-won
memperhatikannya. Ia membalikkan tubuhnya memandang Joo-won. Lalu ia
tersenyum dan melambaikan tangan. Joo-won yang terus menatapnya
bergumam, “Ada apa dengan wanita ini? Mengapa dia tersenyum begitu
cantik?”
Ra-im kembali berjalan pergi setelah tersenyum ceria pada Joo-won. Joo-won berlari mengejarnya (yeaaay…).
“Tunggu
sebentar! Kau mau ke mana? Aku akan mengantarmu.” Seru Joo-won sambil
berlari menghampiri Ra-im. Ra-im secara dramatis membalikkan badannya
menghadap Joo-won dan berkata, ”Mengapa kau begitu lama keluar? Apa kau
tidak melihat betapa lambatnya aku berjalan? Dengan pemandangan indah
punggungku. Kau harusnya secepatnya mengejarku. Apa kau biasanya
membutuhkan waktu lama untuk memutuskan sesuatu?”
Joo-won
mendesah tak percaya mendengar perkataan Ra-im. Ra-im berkata ia ada
rapat penting hari ini. “Aku harus stop syuting karena kecelakaan yang
kualami. Tapi kurasa aku bisa melanjutkannya. Aku harus ke sana
secepatnya, jadi berikan aku kunci mobilnya. Aku akan mengemudi.”
Joo-won bengong, Ra-im tersenyum manis.
Joo-won
mengantar Ra-im ke sekolah laga. Tapi Ra-im mendapat kabar buruk, pihak
Dark Blood akan mengganti dirinya dengan actor Hong Kong. Jung-hwan
mencoba menghiburnya dengan mengatakan pihak Dark blood khawatir akan
kondisi kesehatan Ra-im setelah kecelakaan itu. Aku mengerti, jawab
Ra-im, tolong katakan pada mereka aku akan lebih berkembang dan pasti
akan bertemu mereka kembali. Joo-won melihat semuanya dan ia menyadari
Ra-im sebenarnya kecewa. Jong-soo berkata lebih baik Ra-im beristirahat
sejenak untuk memulihkan dirinya.
Ra-im
menutupi perasaaanya dan berkata hanya dengan melewati audisi saja aku
sudah mencapai impianku. Jung-hwan tersenyum. Ra-im tersenyum berkata,
bukanlah itu artinya aku bisa dibandingkan dengan aksi Hollywood? Lalu
ia buru-buru permisi ke kamar kecil. Semua menyadari Ra-im sebenarnya
sedih.
Jong-soo menghampiri Joo-won. “Kudengar kau hilang ingatan.”
Joo-won
bertanya apakah mereka begitu dekat hingga Jong-soo mengetahui
kondisinya, atau Ra-im memang menduakannya. “Apa kau mau dipukul lagi?’
tanya Jong-soo.
“’Lagi? Jangan-jangan kau pernah
memukulku sebelumnya? Kau pasti punya keberanian yang sangat tinggi.
Aku juga pengacara sekarang (dulu juga punya kok).” kata Joo-won
menantang Jong-soo.
“Jangan pernah lupakan Ra-im
kami. Karena kau adalah seorang pria yang bahkan membahayakan hidupnya
sendiri untuknya.” Jong-soo memperingatkan Joo-won dengan tegas.
Hidupku?
tanya Joo-won bingung. Lalu ia bergumam,” Kau bilang aku membahayakan
hidupku sendiri untuk gadis berkaki pendek seperti dia?”
Ra-im
termenung di lokernya. Ia ingat masa-masa ia mempersiapkan syuting Dark
Blood bersama para kru dari Hollywood, ia sangat menikmatinya. Ia
menghela nafas panjang. Joo-won menghampirinya dan mengatakan film itu
pasti sangat penting bagi Ra-im.
Ra-im menatapnya dan mengatakan film itu adalah keajaiban yang dibuat Joo-won untuknya. Aku? Tanya Joo-won.
“Aku
sangat ingin melakukannya dengan baik. Aku minta maaf,” katanya pada
Joo-won. Aku mengerti, walau aku tidak tahu kau minta maaf untuk apa
tapi kau bisa menebusnya nanti, kata Joo-won, aku sangat pintar dalam
perhitungan. Ra-im tersenyum kecil.
“Mengapa kau menaruh sabun dalam stockingmu?” tanya Joo-won.
“Itu
karena kupikir sayang untuk membuang sisa-sisa sabun jadi aku
mengumpulkannya…” Ra=im berhenti bicara dan menyadari sesuatu. Ia
langsung bangkit berdiri, apa?
Dalam lokermu,
ulang Joo-won, tapi ia juga menyadari sesuatu, oh…bagaimana aku bisa
mengetahui hal ini? Apa aku pernah melihat isi lokermu?
Ra-im
mengiyakan, ketika tubuh kita tertukar. “Ketika apa yang tertukar?“
tanya Joo-won bingung. Aku akan menjelaskannya nanti, kata Ra-im,
ingatanmu pasti mulai kembali. Apa kau mengingat hal lainnya lagi?
Joo-won
berusaha mengingat, “Kau…” Ra-im menunggu penuh harap. “Mengenakan
pakaian dalam seksi untuk menggodaku.” Dukk! Ra-im menendang kaki
Joo-won. Haha..
Seul datang ke rumah Oska dan terkejut melihat Sun ada di sana. “Kau tidak jadi pergi. Kau bilang ingin meninggalkan Korea.”
“Kau bilang tidak mudah menemukan orang yang mengetahui nilaimu,” sahut Sun.
“Itukah sebabnya kau memutuskan untuk tinggal?” tanya Seul.
Oska
menangkapku, kata Sun. Seul mengatakan Sun tidak akan bisa tertangkap
jika tidak menginginkannya (dengan kata lain memang Sun yang ingin
ditangkap Oska). Sun menjawab, tatapan Oska begitu tulus.
“Wow,
sangat romantis,” sindir Seul sambil tersenyum. Sun mengangkat bahu,
tidak membantah. Seul jadi kesal (cemburu tepatnya).
“Tapi
ahjumma, berapa umurmu sekarang?” olok Sun. Seul melotot dan tertawa
tak percaya,“hanya karena kau lebih muda dariku, kau menganggap dirimu
lebih menarik daripadaku?” Sun menatapnya penuh arti.
Oska menghampiri mereka dan merasakan ada aroma ketegangan hehe…
“Ada apa ini? Apa kalian berkelahi? Kalian harus berhubungan baik.” kata Oska polos.
Seul
bertanya apakah Sun tinggal di sini sekarang. Ini tempat yang luas
mengapa tidak, jawab Oska lalu ia berbisik pada Seul, jika kita
menyuruhnya tinggal di tempat lain, ia akan kabur lagi. Lalu apa yang
akan kaulakukan jika aku yang kabur, tanya Seul kesal, aku pergi.
Oska
akan mengejarnya tapi Sun berkata ia akan mulai rekaman 10 menit lagi.
Jika Oska tidak muncul dalam 10 menit, ia akan berkemas. “Ah, mengapa
kau bertingkah seperti ini juga? Apa kalian berdua memilih hari yang
sama untuk mempersulitku?” gerutu Oska.
Oska
menarik Seul ke rumahnya, dan meminta waktu 10 menit untuk bicara. Seul
berkata ia ingin bertanya sesuatu, apakah Sun menyukai pria. Oska balik
bertanya bagaimana Seul bisa tahu. Seul langsung memarahi Oska karena
masih juga mengijinkannya tinggal bersama Oska,ia mengomel sekarang aku
bahkan harus bersaing dengan pria.
“Bukan
begitu,” kata Oska, “kau tidak tahu betapa ia membenciku.” Kau ini
begitu bodoh, itulah sebabnya kau terus menyakiti orang lain, omel Seul.
“Wah, kemarahanmu bisa membangun Tembok Besar Cina!” seloroh Oska,
“Bahkan satellite pun bisa menangkapnya!”
Seul
kesal Oska masih bisa bercanda. Oska meminta Seul membiarkan saja hal
ini, ia sudah pusing dengan masalah Joo-won, Joo-won itu masih 21
tahun.” Masih?” tanya Seul (sepertinya ia tahu keadaan Joo-won), lalu
memperlunak kata-katanya, “kalau begitu apa yang mau katakan tadi, cepat
katakan.”
Oska berkata ia akan membuat ulang
MV-nya, mengadakan konser pembukaan dan mengeluarkan album ke-7nya
secara resmi, juga merencanakan tour Asia. Ia meminta bantuan Seul,
karena dengan bantuan Seul ia rasa akan dapat melakukan semuanya dengan
baik.
“Apa kau sibuk?” tanya seseorang
tiba-tiba. Joo-won ini kalau masuk tanpa permisi deh. Oska kesal, dan
bertanya kali ini Joo-won mau apa, ia hanya punya waktu 5 menit.
“Siapa
dia?” tanya Joo-won, “Kak, wanita yang begitu cantik dan
menarik…mengapa berada di tempat yang membosankan seperti ini?”Joo-won
menatap Seul lalu mnegulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri. Seul
menyalaminya, ah sepertinya kau tidak mengingatku.
“Kita
saling mengenal sebelumnya?” tanya Joo-won senang tanpa melepaskan
tangan Seul. Oska buru-buru menarik tangan Seul. Mengapa kau begitu
menyukainya, tanya Oska kesal. Dia cantik, jawab Joo-won lalu ia
bertanya pada Seul seberapa dekat hubungannya dengan Seul.
Seul
tersenyum. “Hei, dia tidak seperti itu. Dia di pihakku. Di pihakku!”
seru Oska. Joo-won bertanya, benarkah? Seul tersenyum senang (bukan
karena Joo-won tapi karena Oska cemburu hehe..). Pelayan mengabarkan ibu
Joo-won datang hingga Joo-won harus kembali ke rumahnya, tapi
sebelumnya ia memberi isyarat pada Seul untuk menunggunya.
Coba
saja kalau kau berani kembali, hwakk!! Seru Oska kesal. Seul berkata
seharusnya ia bertemu Joo-won saat berusia 21 tahun. Oska terkejut dan
memelototinya. Seul senang melihat Oska cemburu (biasanya dia yang
cemburu hehe).
Joo-won
menyapa ibunya. Ibunya senang melihat Joo-won yang ceria. “Ibu. Tahukah
kau? Aku memiliki seorang kekasih. Seorang stuntwoman.” Raut wajah ibu
Joo-won langsung berubah tapi ia berusaha menutupinya dan tersenyum,
“Aku tahu.”
“Kau tahu? Tapi gadis itu tidak pemalu dan girly seperti gadis lainnya. Bentuk tubuhnya juga biasa-biasa saja.”
Ibunya
senang, benarkah, bagiku ia tidak ada apa-apanya. Joo-won langsung tahu
ibunya tidak menyukainya. Jika aku tidak menyukainya, apa kau tidak
akan bertemu dengannya lagi, tanya ibunya penuh harap. Ti-dak, aku
menyukainya, jawab Joo-won polos.
Ibu
Joo-won kesal tapi ia menahannya. Ketika ibunya akan pulang Joo-won
menahannya karena ada sesuatu yang ingin ia tanyakan. Ternyata ia
bertanya mengenai keadaan pemadam kebakaran yang menyelamatkannya,
apakah ia terluka. Ia ingin berterima kasih padanya walau sudah 13 tahun
berlalu. Ibunya terkejut sekali namun bersikap pura-pura tidak tahu dan
berkata akan mengurus semuanya. Joo-won bertanya apa ibunya tidak punya
nomor teleponnya atau tidak mengetahui namanya. Ibunya dengan gugup
berkata ia akan mencari tahu dan mengabari Joo-won.
Ra-im
sedang makan siang bersama Ah-young. Ra-im sepertinya menceritakan
sesuatu hingga Ah-young terkejut. Ra-im berkata, “Semua mimpimu ternyata
benar-benar menjadi kenyataan. Melalui hujan. Salju putih dan meja di
sana. Kau harusnya membuka meja dan meramal nasib orang.”
Ah-young
menjatuhkan sumpitnya saking terkejutnya. Bagaimana ini, katanya.
Kenapa? Tanya Ra-im. Sebenarnya kemarin malam aku bermimpi lagi, kata
Ah-young pelan. Kali ini Ra-im menanggapinya dengan serius, mimpi apa?
Ah-young menggelengkan kepalanya, tidak, aku tidak mau mengatakannya,
kau bilang mimpiku akan menjadi kenyataan.
Ra-im malah tambah penasaran, apa itu? Apa itu mimpi yang buruk? Mimpi seperti apa?
Ah-young
bercerita di depan sebuah pintu gerbang hitam yang tinggi ada tiga
orang anak berpakaian putih menangis, sangat menyedihkan. Di sisi lain,
presdir menutup mulutnya dan mengeluarkan air mata. Sementara kau terus
berteriak. Setelah itu aku bangun dan merasa tidak enak. Ra-im
memikirkan apa maksud mimpi itu.
Seseorang
mengetuk pintu, Sekretaris Kim yang datang. Ah-young langsung berubah
ceria dan membukakan pintu. Sekretaris Kim berkata Joo-won menyuruh
Ra-im menemuinya di suatu tempat. Ra-im bergumam kesal, dia seharusnya
datang sendiri, mengapa menyuruh orang lain bolak-balik kemari,
benar-benar brengsek. Di mana kali ini, tanyanya pada Sekretaris Kim
sambil tersenyum.
Ra-im melotot marah. Joo-won
melihatnya dari dalam kolam sauna. “Apa kau mau mati? Mengapa kau
menyuruhku datang ke tempat seperti ini?” tanya Ra-im kesal. “Mengapa?
Tentu saja untuk melihat tubuhmu. Tapi pakaianmu sepertinya sedikit
memberontak.” Ra-im mengenakan kaus putih tanpa lengan dan celana
pendek, mungkin Joo-won mengharapkan yang lebih minim dari itu, pakaian
renang mungkin.
“Ah,
anak ini benar-benar….hanya karena kau meninggalkan dunia ini sebentar
saja (koma) semuanya jadi berwarna pink bagimu?” ejek Ra-im.
“Aku
tidak tahu diriku yang berusia 34 tahun seperti apa, tapi aku yang
berusia 21 tahun ya bersenang-senang seperti ini. Ayo masuk.” Joo-won
menarik Ra-im masuk kolam. Ra-im berteriak kaget lalu marah pada
Joo-won, “Kau benar-benar akan mati. Apa kau bersenang-senang seperti
ini saat kau masih muda?” Joo-won membenarkan. Dengan siapa? Dengan
wanita? Tanya Ra-im kesal. Iya, sahut Joo-won. Ra-im menggigit bibirnya.
Ternyata kau tidak tahu banyak mengenai diriku, olok Joo-won, apa kita
benar-benar berkencan?
Lalu
bagaimana denganmu, apa kau tahu banyak mengenai diriku? Tanya Ra-im
penuh arti. Joo-won menatapnya penuh selidik, apa kau seorang wanita
yang memiliki hubungan rumit dengan banyak pria? Kurasa kau tidak tahu,
aku memang biasanya hanya berhubungan dengan pria kata Ra-im enteng.
Apa, tanya Joo-won kaget. Lokasinya biasanya di hutan, di mobil, oudoor,
dan sebagainya, karena pria menyukainya, kata Ra-im (mengulangi
percakapan mereka saat pertama kali bertemu).
“Apa?
Hutan? Haha…Apa kau pikir itu yang akan kukatakan? Kaupikir aku akan
tertipu dua kali?” kata Joo-won. Ra-im kaget mendengarnya, dia pikir
Joo-won ingat percakapan mereka waktu itu. “Kau baru mengingatnya kan?”
tanya Ra-im senang. “Hah? Sepertinya?” kata Joo-won. Ra-im senang sekali
dan langsung memeluknya dengan erat. “Aku tahu kau akan ingat. Aku tahu
itu.”
Joo-won
tersenyum senang, “Dengan kita seperti ini…kurasa aku juga akan
mengingat beberapa hal lain.” Ia menurunkan tangannya di punggung Ra-im
perlahan-lahan ke bawah. Ra-im berseru kesal, “Kembalikan tanganmu ke
posisi semula.” Joo-won tersenyum nakal, “Sudah kukatakan aku mulai
ingat.” Ra-im melepaskan pelukannya dan berkata, “Kalau begitu aku akan
membantumu mengingat.” Ia memiting tangan Joo-won hingga Joo-won
berteriak kesakitan.
“Setiap hari aku pasti memiting tanganmu seperti ini, apa kau ingat?” Joo-won berteriak kesakitan, “Kau tidak lepaskan?!”
“Kembali
langsung ke Seoul, angkat tangan kanan. Kau tinggal di sini, tangan
kiri.” kata Ra-im. “Bagaimana bisa aku mengangkat tangan kiriku, “seru
Joo-won, “Bolehkah aku mengangkat kaki kiriku saja?” Ra-im mengencangkan
pegangannya hingga Joo-won kembali berteriak kesakitan.
Joo-won
terpaksa mengantar Ra-im ke rumahnya. Itu rumahku, tunjuk Ra-im. Di
sana? Yang mana? tanya Joo-won. Lantai dua yang pintunya diplester, kata
Ra-im. Joo-won bengong. Ra-im tersenyum melihat reaksinya, “Aku tidak
tahu ini hal bagus atau hal buruk. Tapi kau benar-benar konsisten.
Ketika kau pertama kali melihat di mana aku tinggal, kau bereaksi persis
sama seperti sekarang.”
“Kuyakin begitu. Apa kau punya nomor teleponku juga?” tanya Joo-won.
Tentu
saja, jawab Ra-im , memangnya kenapa. Hapus, sahut Joo-won lalu
langsung pergi meninggalkan Ra-im. Ra-im tertawa tak percaya.
Oska
mendengar lagu yang dibuat Sun untuknya. Ia senang sekali. “Liriknya
bagus sekali, ternyata kau memang punya alasan bersikap arogan,” kata
Oska. Ia mengacak-acak rambut Sun gemas. Sun memukul tangannya. “Jangan
lakukan itu, aku produsermu.”
Oska tak peduli,
“aku melakukannya karena kau begitu lucu.” Ia menarik Sun lalu
mengacak-acak rambutnya lagi. Sun mendorongnya dengan kesal lalu
membenahi rambutnya. “Aku tidak akan memberikan lagu itu padamu.
Kembalikan padaku, “katanya sambil mengambil mp3 playernya.
“STOP!
Taruh itu kembali,” seru Oska., “kau merendahkanku lagi. Setelah
kontrak disahkan, sikap seperti ini tidak bisa diterima. Sekarang kita
mulai tentukan panggilan kita masing-masing. 1. Oska hyung-nim
(kakak-formal, hyung-informal), 2. Choi Woo-young hyung-nim, 3. Kar’d,
gabungan Oska dan tuhan, 4. ..”
“Oska,” sahut Sun.
“Benar, Osk…Apa?!” seru Oska.
“Ada apa ini?” tanya Joo-won tiba-tiba nyelonong masuk, “Siapa dia?”
“Sepupuku,”
kata Oska pada Sun, “Kau mengenakan jaket itu lagi? Insting manusia
benar-benar menakutkan.” Joo-won mengenakan jaket bling-blingnya, Oska
berkata walau hilang ingatan tapi seleranya tidak berubah.
“Hei kau, bagaimana pendapatmu mengenai (jaket) ini?” tanya Joo-won pada Sun.
“Kau bukan satu-satunya orang yang hidup di dunia ini. Mengapa kau menimbulkan gangguan pada mata orang lain?” ejek Sun.
“Apa? Sebenarnya siapa dia?” tanya Joo-won pada Oska.
“Dia adalah produser album ke-7ku.”
“Apa
yang terjadi pada industri musik Korea? Kau akan membuat album ke-7?”
ejek Joo-won pada Oska. Oska terlihat sedikit malu. “Dialah yang membuat
industry music Korea seperti sekarang ini,” Sun menambahkan.
“Kau takkan bisa satu selera denganku. Kau kan produsernya,” kata Joo-won.
“Biasanya
pekerjaan produser adalah membuat evaluasi yang tepat.” kata Sun,
maksudnya pilihannya pada Oska adalah atas penilaian yang tepat.
“Jika
jaket ini mengganggumu, berarti seleramu benar-benar payah. Kau tidak
bisa membuat penilaian buruk dengan selera sepertimu.” sahut Joo-won.
Maksud Joo-won, penilaian Sun pastilah tidak benar, buktinya dia mau
jadi produser Oska, jadi penilaiannya pada jaket bling-bling
kesayangannya pasti tidak benar juga.
“Kau ingin
mendiskusikan fashion dengan pria yang sebelumnya adalah model?” ejek
Sun. Oska baru tahu hal itu, dan ia senang melihat Sun dan Joo-won
saling mengejek.
“Apa
aku terlihat seperti seseorang yang akan mendiskusikan sesuatu
denganmu? Aku bahkan memiliki departemen store,” kata Joo-won tenang.
“Hooo…Kim
Joo-won, mungkin karena kau berusia 21 tahun, tapi kau benar-benar
hebat dalam permainan ini. Mengapa kalian berdua tidak sering bertemu
dan makan malam bersama saja,” seloroh Oska.
Joo-won
mendesis kesal. “Ada sesuatu yang mau kutanyakan, jawablah tanpa
sungkan. Aku sedikit bingung. Wanita itu, Gil Ra-im. Gadis seperti apa
dia?”
“Ra-im?” tanya Oska, “pertama, dia adalah fansku.”
“Apa?”
sahut Joo-won, “Lupakan saja, aku bisa mengira betapa buruk seleranya.
Walau ingatanku kembali, dia dan aku tidak akan bisa.” Lalu dia pergi.
Hoho…Kim Joo-won, kau pasti menyesal bilang begitu(keluar tanduk).
Ibu
Oska bertemu dengan Seul. Ibu Oska terlihat tidak suka dengan Seul. Ibu
Oska mengatakan ada hal-hal yang tidak dapat diterima keluarganya. Seul
mengadakan kencan perjodohan dengan Joo-won tapi juga menjalin hubungan
dengan Oska yang adalah sepupu Joo-won.Seul diam saja dengan tenang.
Oska menghampiri mereka dan bertanya apa yang sedang ibunya kerjakan.
Ibunya memarahinya, “Ini (menghalau cewe-cewe Oska) adalah sesuatu yang
ibu lakukan setiap hari. Mengapa kau terkejut?”
Oska
minta ibunya jangan mengejutkan Seul karena Seul mudah sakit hati. Ia
takut Seul akan membencinya lagi, padahal ia sedang berusaha membuat
Seul menyukainya lagi. Ibu Oska bangkit berdiri dengan kesal lalu
memukul kepala Oska dengan tasnya. Ouchh.
“Kau
bodoh, “makinya. Oska bertanya mengapa ibunya memukulnya, ia menyukai
Seul sejak lama. Ibunya bertanya kalau begitu kenapa kalian pura-pura
tidak saling mengenal saat pertemuan keluarga. Ia bertanya pada Seul,
kalau kau sudah lama berhubungan dengan Oska, mengapa kau berkencan
dengan Joo-won. Seul hanya diam saja. Semua karena aku, Oska membela
Seul, mengapa kau seperti ini pada Seul.
Tentu
saja ibunya kembali kesal, ia kembali hendak memukul kepala Oska namun
tangannya ditahan oleh Seul. “Ibu, daripada berbuat begini di tempat
ini, bagaimana kalau kita pergi minum?” kata Seul sambil tersenyum.
Mereka
pindah tempat ke sebuah klub eksklusif. Ibu Oska meminum segelas
minuman lalu bertanya, “sejujurnya, bukankah anakku lebih baik dari Jang
Dong Gun?” Seul tersenyum lalu meminum bagiannya. Ia menjawab,
“menurutku tidak sejauh itu, ibu.”
“Mengapa,
bagian mana yang tidak (sebaik Jang Dong Gun)? Apakah kau tidak tahu
berapa banyak orang yang mati kerena begitu menyukainya?”
“Jang dong Gun lebih banyak.” Maksudnya lebih banyak yang mati karena terlalu menyukai Jang Dong Gun hehe…
Ibu Oska kesal karena tidak bisa membalas dan minum segelas lagi. “Kau benar-benar bukan gadis biasa.”
Dengan
dramatis Seul meminum segelas juga, “jika hanya biasa-biasa saja,
bagaimana bisa berkencan dengan Woo-young?” Oska memperhatikan mereka
bingung dan merasa terjepit. Ia menuangkan lagi minuman untuk mereka.
“Bagaimanapun,
dengan seorang gadis yang membicarakan pernikahan dengan sepupunya,
bagaimana bisa aku menerimamu sebagai menantuku? Sungguh berat merawat
dan membesarkan Woo-youngku (karena dia banyak skandal dengan wanita).”
“Bagimu, dia seorang anak. Tapi bagiku, dia
orang lain. Sejak aku berusia 21 tahun aku harus menghadapi hal ini
(skandal Oska), menurutmu seberat apakah itu untukku, “ sahut Seul
tenang.
Ibu Oska meminum segelas lagi dengan
kesal, “Apa yang kau mau kuperbuat untuk kesempurnaannya ? (bukan salah
Oska kalau banyak yang menyukainya karena Oska sempurna) Ah…aku berhenti
minum karena kulitku akan berkerut.” Lalu ibu Oska mengeluarkan
semprotan wajah yang selalu dia gunakan.
Melihat
itu Seul berubah ceria, “Oh, kau memiliki kesamaan denganku! Aku juga
selalu berjuang melawan kulit kering. “ Seul mengeluarkan semprotan
wajah yang sama lalu menyemprot wajahnya. Oska bengong melihat keduanya.
“Astaga
ternyata standar kecantikanmu sama denganku,” puji ibu Oska. Oska
tertawa tak percaya, aku benar-benar akan gila. “Apa kalian berdua akan
terus minum?” tanyanya.
Ibunya malah bertanya, “Kau masih belum pergi juga?” “Jika kau bosan, pergilah menyanyi,” kata Seul senang.
Oska
meninggalkan keduanya dan pergi ke kantornya. Ia mendapat telepon dari
asistennya bahwa ibunya dan Seul mabuk bersama. Oska sangat kaget
melihat tagihan yang datang dari acara minum ibu Oska dan Seul. Dia
protes mengapa asistennya membayar dengan kartu kreditnya dan menyuruh
ibunya saja yang membayar.
Manager Choi
memberitahu Oska diminta menjadi duta kampanye anti merokok. Oska
bertanya, dia diminta menjadi panutan bagi anak muda? Sekali saja kau
harus melakukan itu dalam hidupmu, seloroh Manager Choi. Oska senang
karena artinya ia sudah bisa menunjukkan wajahnya kembali. Jika aku
melarang orang merokok, mereka tidak akan merokok lagi? Manager Choi
mengangguk bosan. Woohoo, Oska berteriak girang karena artinya ia sudah
dimaafkan.
Oska pun menjadi duta anti merokok.
Ra-im
berlatih keras untuk memulihkan kondisinya. Jung-hwan mengganggunya
terus. “Latihan ini berlebihan untukmu.” “Kau tidak bisa melakukannya
karena udara sangat dingin.” “Jika kau tidak pulih dengan benar, akan
ada efek samping dalam jangka panjang.” “Apa aku harus membuat sup
rumput laut?”
Ra-im yang awalnya mengacuhkannya
menjawab ketus, “Apa aku baru melahirkan?” (di Korea sup rumput laut
(mi-yuk gook) harus diberikan pada ibu hamil dan ibu yang baru
melahirkan, kalo di sini ayam arak kali ya^^) Lalu Ra-im maju seperti
hendak menghajar Hung-hwan, “Bisakah kau diam?” Jung-hwan mundur, “Oh
Ra-im, kau pulih dengan sangat cepat, bukan?” (Berusaha agar Ra-im tidak
menghajarnya)
Ra-im
terus mendekatinya, “Tetap saja…sup rumput laut, jika aku menangkapmu,
tidak akan ada kaldu yang tersisa!” Tapi lalu Ra-im melihat seseorang di
belakang Jung-hwan, lalu ia memberi salam dengan ceria, “Oh Halo!”
Jung-hwan
terus mundur, “aku tidak akan tertipu…tidak akan …..” Ra-im hanya
melihat orang yang baru datang sambil tersenyum. Jung-hwan mundur dan
akhirnya menabrak Oska. Oska melambaikan tangan menyapa mereka semua.
Para teman Ra-im terkejut melihat kedatangan Oska sang bintang.
Oska
berbincang-bincang denga Ra-im. Ia bertanya bagaimana keadaan Joo-won
yang berusia 21 tahun, apa mereka sering bertemu. Ra-im menjawab, “Anak
itu berhasrat tinggi dan penggoda. Dia sangat manis.”
“Manis?
Wah tidak kusangka Ra-im seperti itu. Kau menyukai pria penggoda?” Oska
menurunkan kausnya hingga pundaknya terlihat (bersikap menggoda), “aku
sudah bertemu banyak gadis tapi masih belum tahu apa yang sebenarnya
mereka pikirkan.”
“Jika Kim Joo-won melihatnya,
ia akan membalas dengan sangat buruk,” sahut Ra-im memperingatkan. Oska
cepat-cepat membetulkan kausnya, merasa godaannya tidak berhasil.
Biasanya Ra-im akan membalas gurauan Oska, tapi kali ini Ra-im ingat
akan Joo-won yang selalu cemburu.
“Kadang-kadang
dia ingat beberapa hal.“ kata Ra-im. Oska lega mendengarnya, tapi lalu
ia ingat, “Apa ia akan mengambil kembali sepatu dan jamnya? Haruskah aku
menjualnya dulu sebelum ia memintanya kembali?” Ra-im tersenyum geli.
Oska
mengantar Ra-im pulang ke rumahnya. “Sudah lama sekali aku tidak
mengantarmu pulang? Apa itu berarti kita kembali melakukan jumpa fan?”
Ra-im tersenyum, “Oppa macam apa yang begitu menginginkan fansnya?
Kebenaran muncul saat popularitas menurun.” Oska dengan percaya diri
mengatakan popularitasnya telah kembali seperti ketika ia muda. Ia bukan
hanya seorang bintang hallyu, tapi bintang hallyu yang peduli kesehatan
(duta anti rokok). Mereka berdua tertawa bersama.
“Pemandangan
yang indah.” Terdengar sebuah suara. Joo-won duduk persis di tempat
ketika ia mengatakan hal yang sama beberapa waktu sebelumnya.
Ra-im melihat kecemburuan Joo-won, ia berbisik pada Oska, “Kau lihat? Ia secara bawah sadar mengingat beberapa hal.”
“Mengatakan
bahwa kau fansnya itu bohong, kan? Bintang apa yang mengantar fans
pulang? Bukankah kau bilang kau mencintaiku? Kau bilang kita dalam
hubungan cinta. Sebenarnya kau memiliki berapa hubungan?” cecar Joo-won.
Ra-im tersenyum melihat kecemburuan Joo-won
lalu sengaja menggandeng Oska, “Oppa, karena kau sudah jauh-jauh kemari,
maka kau harus minum teh baru pergi, seperti biasanya.” Oska mengikuti
rencana Ra-im, “Tentu saja, ayo!”
“Hati-hati
dengan tangganya! Ya betul begitu. Oh Ra-im kita berjalan dengan baik, “
seru Oska keras-keras, membuat Joo-won segera mengikuti dari belakang,
“Kalian berdua berhenti! Kau tidak melepaskan gandenganmu? Beraninya
kalian tidak menanggapi ucapanku!” Lho, bukannya Joo-won ngga suka sama
rumah Ra-im ya hehe…
Dari jauh seseorang melihat
mereka. Sekretaris Kang melihat dengan khawatir, “Tolong jangan
tertangkap basah olehku! Mengapa aku sekretaris…” Ia menghela nafas lalu
menelepon ibu Joo-won, melaporkan bahwa Joo-won baru saja masuk ke
rumah Ra-im. Sepertinya ibu Joo-won sengaja menunggu untuk melakukan
sesuatu. Ia menatap surat kabar yang memuat berita kematian ayah Ra-im
lalu berkata, “Kau membuatku jatuh hingga ke dasar, kau jelas bukanlah
wanita biasa.”
Joo-won
melihat-lihat keadaan rumah Raim sementara Oska dan Ra-im menyiapkan
kopi untuk mereka. Joo-won melihat poster Oska yang ditempel dekat
tempat tidur, ia langsung protes, “Katanya kau menyukaiku tapi mengapa
kau punya foto hyung? Apa kalian berdua benar-benar berkencan?”
“Jika benar begitu, apa yang akan kaulakukan?” sahut Oska cuek.
“Begitukah? Kalau begitu aku akan mendapatkan Yoon Seul. 36-24-34. Benar-benar bagus.”
Oska
dan Ra-im berteriak “Apa!” “HEI!” Oska pura-pura menendangi Joo-won,
sementara Ra-im berteriak senang mendukung Oska. “Wah Oppa benar-benar
hebat!” Joo-won melotot, “Oppa?! Kalian berdua jelas berkencan. Mengapa
hanya kau yang begini padaku?” (maksudnya harusnya dia yang marah,
soalnya dia yang di”selingkuh”i)
Joo-won
mendapat telepon dari ibunya. Ia mengatakan ia sudah mendapat kabar
mengenai pemadam kebakaran itu, tadinya ia tidak mau mengatakannya
karena takut Joo-won sedih. Sebenarnya ia sudah meninggal. Joo-won
bertanya, apa karena dirinya.
Ibunya meminta
Joo-won mendengarkan sampai akhir. Nama pemadam kebakaran itu Gil Ik-sun
dan dia memiliki seorang anak perempuan. Namanya Gil Ra-im. Joo-won
terkejut dan menatap Ra-im. Oska dan Ra-im heran melihat perubahannada
suara Joo-won. Oska bertanya siapa yang menelepon. Joo-won meminta
ibunya melanjutkan.
“Dia mungkin duduk di
hadapanmu. Kau akan tahu setelah kau ingat, tapi gadis itu menggunakan
kematian ayahnya untuk mengambil keuntungan darimu. Untuk mendapatkanmu,
ia bahkan menggunakan kematian ayahnya untuk membangkitkan simpatimu.
Aku berharap kau sekarang membuat keputusan yang benar, Kim Joo-won. “
Joo-won meminta ibunya menutup telepon dan ingin bicara berdua dengan Ra-im. Oska meninggalkan mereka. “Ada apa?” tanya Ra-im.
“Apakah ayahmu….seorang pemadam kebakaran?”
“Apa kau ingat?” tanya Ra-im. Dia sudah meninggal, kata Joo-won. Ra-im membenarkan.
“Apa karena kecelakaan dalam lift?”
“Bagaimana
kau bisa tahu? Apakah ibumu yang baru menelepon?” Melihat reaksi
Joo-won, Ra-im tahu ibu Joo-won menceritakan sesuatu yang tidak benar.
Joo-won menatap Ra-im dengan tajam dan meninggalkan Ra-im. Ra-im menahannya karena takut Joo-won salah paham.
“Mengapa
kau tinggal di tempat seperti ini? Apa kita benar-benar berkencan?
Walau aku tidak biasa mengencani gadis yang seperti ini (miskin), tapi
kalaupun aku melakukannya kurasa aku tidak akan membiarkan mereka hidup
di tempat seperti ini.”
Joo-won mengira apa yang
diceritakan ibunya benar. Bahwa Ra-im berusaha mendekatinya untuk
mengambil keuntungan darinya atas kematian ayahnya. Dan berusaha menarik
simpati Joo-won dengan memperlihatkan kemiskinannya karena tidak
berayah.
Ra-im berusaha menjelaskan, tapi
Joo-won menolaknya. Ia harus mengingatnya sendiri. “Jika kau berbohong
padaku dan mencoba menyembunyikan kebenaran, kurasa…aku ingin
mempercayai kebohonganmu.“ Ra-im terluka mendengarnya, itu artinya
Joo-won tidak percaya padanya. Joo-won pergi meninggalkan Ra-im sendiri.
Ra-im menghela nafas panjang.
Joo-won pulang ke
rumah dengan hati resah. Ia bertanya pada pelayannya, mengapa ada uang
di samping tempat tidurnya dan tidak dibersihkan. Pelayannya bertanya,
uang 45 ribu won? Presidir (Joo-won) yang mengatakan uang itu penting.
Joo-won terkejut, aku menghargai uang 45 ribu won? Bukan, kau menghargai
lembaran uangnya, bukan nilainya. Juga ada beberapa barang lain yang
disimpan seperti uang-uang itu.
Joo-won
menatap tumpukan pakaian wanita (yang dibelinya untuk Ra-im), vacuum
cleaner, sekeranjang jeruk, dan beberapa barang lainnya. Ia menelepon
Sekretaris Kim dan bertanya mengapa ia menyimpan barang-barang itu.
Sekretaris Kim yang sedang berkencan dengan Ah-young menjawab kesal,
“Presdir, bagaimana aku bisa tahu?” “Lihat, lihat, kau pasti diterima
karena pengaruh dari atas (nepotisme)kan?” omel Joo-won, buktinya
Sekretaris Kim ngga tau apa-apa.
Sekretaris
Kim mengomel, “Mengapa dia selalu menempelku tak peduli dia tua atau
muda?” Ah-young bertanya apa ingatan presdir sudah kembali. Belum ,
jawab Sekretaris Kim, lalu mengingatkan bahwa ini adalah rahasia.
Ah-young berharap presdir segera pulih ingatannya agar Ra-im tidak
bersedih lagi.
Lalu terjadilah foam-kiss itu,
Ah-young meminum cappucinonya yang langsung di “bersih”kan oleh
Sekretaris Kim. Bukannya senang, Ah-young mendorong Sekretaris Kim dan
berteriak kesal lalu menyiram segelas air pada Sekretaris Kim yang
bengong saking kagetnya, poor guy…
“Aku
tidak pernah memberimu ijin!!” teriak Ah-young histeris. “Di drama,
mereka tidak pernah meminta ijin dulu,” kata Sekretaris Kim sedih.
Oska
meminta Seul keluar kantornya. Ia menunggu cukup lama sebelum Seul
keluar. Oska mengajak Seul berjalan-jalan sambil minum kopi di jalanan
kota Seoul. Seul tidak mau, nanti orang melihat. Kita melakukannya agar
mereka melihat, jawab Oska sambil menarik Seul pergi.
“Saat kita berjalan seperti ini pasti terlihat indah,” celoteh Oska.
“Itu karena aku memancarkan kecantikan Miss Korea,” sahut Seul.
Tak
lama kemudain mereka sudah dirubungi banyak orang. Seul melepaskan
pengangan tangannya tapi Oska balik menggenggamnya kuat-kuat. Seul
menyuruh Oska memakai kaca mata hitam. Ia tidak nyaman menjadi tontonan
banyak orang.
Orang
banyak bertanya-tanya apakah itu Oska, dan siapakah yang ada di
sebelahnya. Oska menjawab, ya aku Oska, dan ya aku sedang berkencan.
Bukankah mereka pernah memiliki skandal? Ya, ini adalah Yoon Seul, dan
kami berkencan. Seul menoleh kaget, apa kau sudah gila, mengapa kau
melakukan ini.
Oska menjawab ini adalah kencan
mereka hanya berjalan-jalan seperti ini (dulu mereka bersembunyi dari
orang lain) dan mengajak Seul melakukan hal-hal yang pasangan lain
lakukan. Berjalan-jalan bersama dan mengantar pulang. Di setiap awal
konser mengatakan “Aku cinta padamu, Seul!” (Oska meneriakkannya
keras-keras membuat para fans heboh). Aku akan melakukannya walau kau
tak mau.
Mereka dihadang oleh beberapa fans Oska
yang masih pelajar. Mereka terlihat kesal. Oska menyapa mereka dan
bertanya apa mereka mau tanda tangan. Seorang diantaranya mengatakan ia
tidak membeli semua album Oska dalam berbagai warna dan membeli kaus
kakinya hanya untuk melihat Oska berkencan, ini adalah pengkhianatan.
Oska
tersenyum dan berkata, “Apakah aku seorang idola? Aku berusia 36 tahun.
Mengapa kau tidak membiarkan aku agar aku dapat mencintai sesorang? Dan
lagi bukankah aku sudah berkencan beberapa kali sebelumnya?”
“Melakukannya
diam-diam dan memperlihatkannya secara terbuka itu berbeda, bagaimana
bisa kau melakukannya,” jawab pelajar itu. “Apa yang manajermu lakukan?
Apa dia sudah gila?” tanya pelajar lain dengan kesal. Manager kan
bertugas mengurus artis agar terhindar dari gossip dan semacamnya (atau
malah membuat gossip??). “Hei, jadilah fans 2PM, bukan aku, OK?
Bagaimana dengan BEAST? Mereka cukup bagus.” Lalu ia mengajak Seul pergi
dari sana.
Joo-won
merenungkan perkataan ibunya. Ia tidak tahu apa harus mempercayai
kata-kata ibunya atau hatinya. Ia lalu melihat-lihat buku untuk
menjernihkan pikirannya. Matanya tertuju pada sebuah kertas yang
terselip dalam buku “Alice in Wonderland” (ayo buka!! Buka!!).
Dia membaca kertas itu. Awalnya ia membacanya seperti biasa, mendekati bagian akhir ia melihat ada sebuah kata dicoret.
“Lalu little Mermaid menceburkan diri ke laut dan menjadi gelembung lalu menghilang
dan pada saat itu Pangeran menyadari kebenarannya dan berkata pada sang
putri (yang akan dinikahinya), “Apakah ini yang terbaik? Apa kau
yakin?” dan memutuskan pertunangan mereka. Lalu ia berlari pada little
mermaid tapi little mermaid menemukan air yang bergelembung dan
menemukan mesin cuci bergelembung udara lalu menjadi chaebol
(konglomerat). Sementara itu sang pangeran menjadi bangkrut karena
investasi yang buruk dan menjadi little mermaid Sekretaris Kim. Lalu
mereka hidup sangat, sangat lama.”
“Apaan ini?”
gumamnya. (ya, aku juga bertanya hal yang sama, cerita apaan tuh ^^,
Joo-won menuliskan itu karena ia ingin tidak ada seorangpun yang menjadi
gelembung dan menghilang. Ia bahkan rela bangkrut asalkan mereka berdua
dapat hidup)
”Orang gila bodoh mana yang
menulis hal konyol seperti ini? Oh, tapi ini tulisan tanganku…aku yakin
ini tulisan tanganku. Lalu ini apa?”
Joo-won
ingat perkataan Ra-im, “Lalu, apakah sebaiknya aku berada di sisimu
tanpa terlihat dan menghlilang bagai gelembung? Seperti little mermaid.”
“Little mermaid?”gumam Joo-won. Tiba-tiba ia
ingat perkataannya pada Ra-im saat di Jeju, ia meminta Ra-im menjadi
little mermaid dan semua kilas balik peristiwa pun muncul dalam
ingatannya. Ketika vas bunga mawar terjatuh, ketika ia menangis sambil
menulis surat untuk Ra-im, dan ketika ia membawa Ra-im yang koma masuk
dalam hujan. Ia segera berlari keluar. Ia mulai mengingat semuanya, dari
awal pertemuannya dengan Ra-im, pertukaran tubuhnya, dan semua hal yang
pernah mereka alami bersama.
Seiring
dengan ingatannya yang kembali, bukan hanya ingatan 13 tahun yang
kembali tapi juga peristiwa kematian ayah Ra-im. Ia ingat melihat Ra-im
masih berseragam sekolah (usia 17 tahun) menangis sedih menerima
penghormatan terakhir dari para teman dan kerabatnya. Joo-won
menghentikan mobilnya dan menangis, “itu adalah Ra-im. Gadis waktu itu.
Itu adalah Ra-im.” Berarti ia melihat Ra-im bahkan sebelum cerita ini
dimulai.
Ia
menelepon Ra-im dan pergi ke rumahnya. Ra-im membuka pintu dan
bertanya, ada apa. Joo-won memegang tangannya dan menariknya masuk ke
dalam rumah. Ra-im menghentikannya, apa ada yang salah, mengapa kau
bersikap seperti ini. Joo-won hanya menatapnya. Ra-im mengira Joo-won
masih salah paham soal ayahnya dan mengatakan akan menceritakan
semuanya.
Joo-won menatapnya penuh kerinduan.
“Sebenarnya ayahku padamu…” Ra-im mulai menjelaskan. Joo-won menarik
Ra-im dalam pelukannya. Ra-im bertanya, apa bukan tentang ayahku.
Joo-won hanya diam. “Jika bukan, mengapa kau datang?” tanya Ra-im pelan.
“Aku
datang untuk melakukan ini,” sahut Joo-won. Ra-im ingat Joo-won pernah
melakukan hal ini sebelumnya dan bertanya, “Apa mungkin kau sudah ingat?
Kau ingat semuanya?”
“Tidak,” jawab Joo-won.
“Tidak?” Ra-im melepaskan diri dari pelukan Joo-won, “Kalau begitu yang baru saja…”
“Aku memutuskan mengikuti kencan perjodohan,” kata Joo-won (iiih…dasar jail).
“Apa? Mengapa? Mengapa kau mengikuti kencan perjodohan?” tanya Ra-im sedikit panic, “Sudah kubilang kau hanya menyukaiku.“
“Begini,
kau terus mengatakannya berulang-ulang tapi aku tidak percaya padamu.
Jika cinta adalah sebuah kekeraskepalaan, maka semua cinta di dunia ini
adalah palsu. Bagaimanapun juga aku memikirkannya kau bukan seleraku.
Apa masuk akal aku menyukai wanita sepertimu?”
Ra-im menatap Joo-won dengan sedih bercampur kesal, “Kim Joo-won.”
“Apa
yang kau lakukan padaku? Latar belakang keluarga, pendidikan,
penampilan tidak ada yang menonjol. Mengejutkan aku menempel padamu demi
hidupku. Sejak kapan kepalamu begitu jelek? Sejak tahun lalu? Kau
harusnya tahu (kalau aku sudah ingat) sekarang. Kaupikir mengapa aku
datang pada saat seperti ini? Karena aku ingat semuanya.”
Ra-im
terkejut tapi bukannya melompat girang ia malah menangis tersedu-sedu.
Joo-won jadi bingung, “Maafkan aku, kupikir kau akan lebih senang jadi
aku berrmain-main sedikit.” Ra-im menangis dan mulai memukuli Joo-won,
“Kau pasti mati. Aku akan membunuhmu.” Ia melepaskan semua rasa frustasi
dan kesedihannya akibat Joo-won tidak mengingatnya sebelum ini, ia juga
kesal Joo-won mempermainkannya.
Joo-won memegang kedua tangannya, “Sakiit…diam sebentar. Masih ada hal penting yang mau kukatakan.”
“Apa itu? Apa, dasar brengsek, “gerutu Ra-im.
Joo-won mengecup keningnya denagn penuh perasaan dan berkata, “Aku mencintaimu. Ini dariku.”
“Aku tidak memerlukannya, dasar brengsek.”
Joo-won mengecup keningnya lagi lebih lama dari sebelumnya, “Aku benar-benar mencintaimu. Ini mewakili ayahmu.”
“Aku tidak…apa?” Ra-im terkejut menyadari kalimat terakhir yang diucapkan Joo-won.
Joo-won
menceritakan kejadian 13 tahun lalu. Joo-won terjebak dalam lift
seorang diri saat terjadi kebakaran. Karena kakinya terluka (sepertinya
ada yang patah), ia tidak bisa berdiri dan tidak bisa bernafas karena
banyak asap. Ia berteriak minta tolong dan tidak bisa melakukan apa-apa
lagi. Ia hanya bisa berharap ada orang yang mendengar teriakan minta
tolongnya dan datang menolong. Ayah Ra-im saat itu baru menyelamatkan
orang lain dan memutuskan untuk memeriksa sekali lagi siapa tahu ada
yang tertinggal.
Ayah
Ra-im: “Tuhan, ketika aku menerima panggilan ini, walau aku dalam
situasi berbahaya berikan aku kekuatan untuk menyelamatkan sedikitnya
satu nyawa.”
Ra-im menangis memandang
Joo-won. Joo-won menggenggam tangan Ra-im, “Di saat aku berpikir aku
akan mati, bagai keajaiban, pintu lift terbuka. Dan seorang pemadam
kebakaran mengulurkan tangannya padaku.”
Ayah
Ra-im mengulurkan tangan pada Joo-won tapi karena kaki Joo-won terluka
ia tidak bisa meraih tangan ayah Ra-im dan terjatuh. Ayah Ra-im ikut
masuk ke dalam lift dan mengangkat Joo-won agar bisa keluar. Tapi pintu
lift tiba-tiba tertutup dan lift bergerak turun dengan cepat. Joo-won
dan ayah Ra-im terjatuh. Joo-won berteriak kesakitan akibat lukanya.
Lalu ia berteriak panic karena pintu lift tertutup kembali. “Jangan
khawatir, aku juga ingin pulang. Anak perempuanku menungguku.” Ayah
Ra-im menenangkannya dan berusaha membuka pintu itu dengan kapak yang
dibawanya. Mereka mencoba minta bantuan lewat radio tapi hubungan
terputus.
Ayah
Ra-im: Api bergerak dengan cepat hingga terasa seperti di neraka.
Tuhan, aku sangat takut dan berdoa agar hujan turun. Tuhan, sesuai
kehendakmu, jangan biarkan aku gagal menyelamatkan nyawa ini.
Pintu
akhirnya terbuka. Di luar api berkobar sangat hebat. Lift mereka
berhenti di antara dua lantai hingga mereka harus naik agar bisa keluar
lift. Ayah Ra-im menahan pintu lift dengan kapaknya. Ia mengangkat
Joo-won keluar. Ayah Ra-im terus mengoceh untuk menenangkan Joo-won,
“Jika kita keluar dari sini, aku akan memperkenalkanmu pada anakku. Kau
akan pingsan melihat Ra-imku karena dia sangat cantik.”
Joo-won
berhasil keluar. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu ayah Ra-im
keluar. Tapi lift tiba-tiba bergoncang, kabel yang menopang lift itu
akan putus. Ayah Ra-im sadar, jika ia bergerak sedikit saja akan
menyebabkan tali itu putus dan lift itu akan jatuh ke bawah. Ia terpana
memikirkan apa yang harus dilakukannya.
Ia
mencoba melangkah namun lift bergoncang semakin keras. Ia menyadari ia
tidak akan sempat keluar dan jika Joo-won terus memegangnya maka Joo-won
akan ikut tertarik kebawah dan mereka bisa mati berdua. Ayah Ra-im
memandang Joo-won dan melepaskan pegangannya. Joo-won tidak
membiarkannya. “Tidak!! Jangan lakukan ini. Tidak!!” serunya ketakutan.
“Lepaskan
aku. Kita tidak bisa keluar bersama karena berat badanku (Joo-won sulit
mengangkat ayah Ra-im yang lebih berat). Kita berdua bisa mati. Larilah
ke kanan, di sana ada pintu keluar.”
“Tidak, aku tidak mau. Cepat pegang tanganku.” Joo-won mulai menangis.
“Cepat
keluar dari sini. Keluar dan pada anak perempuanku…katakan aku minta
maaf tidak bisa pulang lebih cepat dan katakan aku mencintainya. Ayah
sangat-sangat mencintainya,” pinta ayah Ra-im.
Joo-won menangis.
“Tolong sampaikan pesanku.”
“Pegang
tanganku. Tolong pegang tanganku!!” seru Joo-won. Lift berguncang
kembali. Ayah Ra-im menyalami Joo-won, “Aku bergantung padamu (untuk
menyampaikan pesanku).”
“Jangan lakukan itu.
Tolong jangan lakukan itu. Kumohon…kumohon…” isak Joo-won ketakutan.
Ayah Ra-im mendorong Joo-won kuat-kuat hingga pegangan tangan mereka
terlepas. Lift langsung bergerak turun.
“TIDAAAAAKKK!!!” teriak Joo-won.
Lift jatuh terhempas ke bawah dan terbakar.
Joo-won melihatnya dan meratap, “Tidak!! Tidak!!”
Ra-im
menangis mendengar cerita Joo-won. “Itu adalah harapan terakhirnya,”
kata Joo-won dengan mata berkaca-kaca. Ra-im mengangguk.
“Aku minta maaf….menyampaikan pesan ini setelah begitu lama. Aku benar-benar minta maaf.”
Ra-im menggelengkan kepalanya. Joo-won memeluknya dan terus meminta maaf pada Ra-im.
“Tidak. Terima kasih. Mengetahui betapa aku sangat dicintainya, aku sangat bersyukur.”
Mereka
berdua menangis. Joo-won memeluk Ra-im erat-erat. Walaupun sedih namu
ada rekonsiliasi (kedamaian, Ra-im tidak menyalahkan Joo-won) dan
kelegaan setelah semua terungkap,.
Mereka
mendatangi makam ayah Ra-im. “Menyampaikan kata-kata terakhir dan
pesanmu begitu terlambat, aku minta maaf. Setelah begitu lama, aku minta
maaf. Aku sudah pernah menemuinya namun aku tidak bisa mengatakannya.
Tolong maafkan aku. Dan terima kasih telah menyelamatkanku. Anak
perempuanmu tumbuh dengan sangat baik. Aku tahu kau tidak akan suka
memberikannya padaku. Jika kau memberikannya padaku, seluruh hidupku
sebagai pasangannya, pasangan Gil Ra-im, kami akan hidup bahagia
bersama. “
Ra-im tersentuh dan memandang
Joo-won. Joo-won memandangnya dan menggenggam tangannya. Ini adalah
pernyataan janji di depan ayah Ra-im, mereka akan terus bersama.
Joo-won
mengantar Ra-im pulang. Joo-won bertanya apakah ayah Ra-im akan
meyukainya. “Bagaimana bisa ia menyukaimu, kau selalu merendahkan
anaknya. Pria yang selalu membuatku menangis. Ayah mana yang akan
menyukai pria seperti itu?”
“Hei! Lalu apa yang harus kulakukan?” tanya Joo-won bingung.
“Apa
maksudmu dengan ‘apa yang harus kaulakukan’? Hanya ada satu solusi.
Yaitu kau mencintaiku sampai mati dan aku akan gila-gilaan mencintaimu.”
Joo-won tersenyum mendengarnya.
“Tapi
sebelumnya, apa yang kau maksud dengan kau pernah menemuiku tapi kau
tidak bisa mengatakannya?” tanya Ra-im. “Itu adalah antara ayahmu dan
aku,“ jawab Joo-won. Ra-im mendesaknya. Tanya saja pada ayahmu jika kau
penasaran, kata Joo-won. “Kita akan pergi ke suatu tempat besok.
Kenakanlah pakaian yang bagus dan aku akan menjemputmu.” Joo-won lalu
pergi…
Ke rumah ibunya. Joo-won menatap ibunya. “Ji-hyeon meneleponku. Setelah mendengar ingatanmu telah kembali, aku sangat senang.”
“Apa kau sungguh senang? Kau tidak takut?” tanya Joo-won.
Ibu Joo-won berusaha tetap tenang, “itu karena aku percaya pada anakku.”
“Aku
juga percaya pada ibu. Tapi sampai akhir kau tetap salah. Kau jahat
pada gadis itu dan juga padaku. Dan terlebih lagi, kau jahat pada dirimu
sendiri. Bagaimana bisa kau membohongiku (tentang Ra-im memanfaatkan
kematian ayahnya) seperti itu?”
Ibu Joo-won tak
tahan lagi, ia berteriak “Memang kenapa dengan kebohongan itu? Dia akan
merebut anakku dariku, jadi kenapa jika aku bohong?!”
“Tidak,”
sahut Joo-won tenang, “Walau kau tidak selalu benar, dalam keadaan di
mana kau tidak selalu bertindak benar, kau selalu penuh harga diri dan
tenang. Aku menyukai ibuku yang seperti itu. Tapi kali ini, kau
kehilangan harga dirimu. Kau juga kehilanganku.”
“Kim Joo-won,” Ibu Joo-won menatap Joo-won kaget.
“Jadi mulai sekarang aku tidak berencana hidup sebagai anakmu.“
“KIM JOO WON!!”
“Aku
minta maaf tapi aku hidup sebagai anakmu selama 34 tahun, dan selama
sisa hidupku aku akan hidup sebagai suami wanita itu.” Joo-won berkata
dengan tegas.
Ibu Joo-won terperangah.
Komentar:
Salah
satu kelebihan drama (di antara puluhan lainnya) ini adalah tidak
membiarkan satu masalah berlarut-larut hingga membuat kita gemas.
Hilangnya ingatan Joo-won tidak terlalu lama, namun jadi lebih realistis
ketika akhirnya ia ingat peristiwa kecelakaan itu bersamaan dengan
kembalinya seluruh ingatan Joo-won.
Peristiwa di
lift ketika ayah Ra-im memutuskan mengorbankan nyawanya bener-bener
mengharukan, bahkan adegan Joo-won menangis saat itu dianggap salah satu
scene terbaik drama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar