FADHLY MUHAJIR
FADHLY MUHAJIR


Free Blog Content

Senin, 31 Oktober 2011

Sinopsis Secret Garden Episode 19

PDVD_287
“Aku akan bertanya begini, apakah kita memiliki hubungan yang cukup dekat untuk berciuman? Seperti ini…” Joo-won maju seperti hendak mencium Ra-im. Ra-im mundur karena terkejut, ia tak tahan melihat wajah Joo-won begitu dekat hingga memalingkan mukanya.
“Mengapa kau tak menjawabku?” tanya Joo-won, “Apa kita pernah berciuman?”
“Menurutmu akan seperti apa rasanya?” Ra-im balik bertanya.
“Aku yang bertanya duluan.”
Ra-im menghela nafas lalu mulai mengucapkan, “Kim suhanmoo…keobugiwa durumi…” ia mengucapkan seluruh “mantra” Joo-won. Joo-won bingung, ia bangkit berdiri dan bertanya apa yang Ra-Im lakukan.
PDVD_006PDVD_007
“Aku melindungimu,” jawab Ra-im. Apa? Tanya Joo-won bingung.
“Sama seperti kau melindungiku selama ini (tidak melangkah lebih jauh), aku juga akan melindungimu. Sampai ingatanmu kembali.”
Joo-won tertawa tak percaya. Mengapa kau tertawa, tanya Ra-im.
“Aku melindungimu? Pada usia 34 tahun dengan tubuh sesehat ini?”
Ra-im mengiyakan. Tidak mungkin, kata Joo-won. Ra-im mendelik kesal.
“Apa mungkin karena kau tidak punya daya tarik?” tanya Joo-won.
“Apa kau mau mati? Karena kau hampir mati dan sadar kembali, kau kehilangan akal sehatmu ya?” sahut Ra-im ketus.
Joo-won terkejut, “Apa kau biasa memperlakukanku seperti ini?” Biasanya orang hormat dan takut sama dia.
PDVD_014
“Karena memang biasanya kau patut mendapat hukuman,” sahut Ra-im enteng.
“Jangan mempergunakan kesempatan atas 13 tahun ingatanku yang hilang!” seru Joo-won kaget sekaligus takut. Ia berpikir Ra-im membohonginya karena ia tidak ingat apapun.
Ra-im tersenyum menang, “Kalau begitu aku pergi. Dan juga, lihat apa yang kan terjadi jika kau hanya menyuruhku untuk datang dan pergi. Jika kau rindu padaku, datanglah. Mengerti?”
“Tunggu sebentar,” kata Joo-won saat Ra-im membalikkan tubuhnya,” Aku akan mengatakannya lagi. Kemasi barangmu. Tinggallah bersamaku. Sebaliknya, jika aku tidak menemukan alasan mengapa aku menyukaimu, saat aku menyuruhmu pergi kau harus pergi.”
Ra-im tertegun. “Kau tidak mau?” tanya Joo-won.
Ra-im menatap Joo-won dan berkata, “Jangan lakukan itu. Hanya apakah sebaiknya aku tinggal di sisimu tanpa terlihat dan suatu hari menghilang begitu saja bagai gelembung? Seperti little mermaid. Katakan saja (jika kau mau). Ingatlah aku pernah mengatakan aku akan melakukan apapun yang kauingin kulakukan.”
“Apa kau mengerti apa yang baru saja kaukatakan?”
PDVD_015 PDVD_017
“Aku tahu. Aku mengetahui semuanya dengan baik. Pikirkanlah mengenai hal itu dan jawab aku.” Lalu Ra-im berjalan pergi. (Ra-im mengulang apa yang pernah dikatakan Joo-won padanya ketika Joo-won pernah berkata pada Ra-im ia yang akan menjadi little mermaidnya dan meminta jawaban dari Ra-im.)
Ra-im menyadari Joo-won memperhatikannya. Ia membalikkan tubuhnya memandang Joo-won. Lalu ia tersenyum dan melambaikan tangan. Joo-won yang terus menatapnya bergumam, “Ada apa dengan wanita ini? Mengapa dia tersenyum begitu cantik?”
PDVD_022 PDVD_026
Ra-im kembali berjalan pergi setelah tersenyum ceria pada Joo-won. Joo-won berlari mengejarnya (yeaaay…).
“Tunggu sebentar! Kau mau ke mana? Aku akan mengantarmu.” Seru Joo-won sambil berlari menghampiri Ra-im. Ra-im secara dramatis membalikkan badannya menghadap Joo-won dan berkata, ”Mengapa kau begitu lama keluar? Apa kau tidak melihat betapa lambatnya aku berjalan? Dengan pemandangan indah punggungku. Kau harusnya secepatnya mengejarku. Apa kau biasanya membutuhkan waktu lama untuk memutuskan sesuatu?”
Joo-won mendesah tak percaya mendengar perkataan Ra-im. Ra-im berkata ia ada rapat penting hari ini. “Aku harus stop syuting karena kecelakaan yang kualami. Tapi kurasa aku bisa melanjutkannya. Aku harus ke sana secepatnya, jadi berikan aku kunci mobilnya. Aku akan mengemudi.” Joo-won bengong, Ra-im tersenyum manis.
Joo-won mengantar Ra-im ke sekolah laga. Tapi Ra-im mendapat kabar buruk, pihak Dark Blood akan mengganti dirinya dengan actor Hong Kong. Jung-hwan mencoba menghiburnya dengan mengatakan pihak Dark blood khawatir akan kondisi kesehatan Ra-im setelah kecelakaan itu. Aku mengerti, jawab Ra-im, tolong katakan pada mereka aku akan lebih berkembang dan pasti akan bertemu mereka kembali. Joo-won melihat semuanya dan ia menyadari Ra-im sebenarnya kecewa. Jong-soo berkata lebih baik Ra-im beristirahat sejenak untuk memulihkan dirinya.
PDVD_037 PDVD_038
Ra-im menutupi perasaaanya dan berkata hanya dengan melewati audisi saja aku sudah mencapai impianku. Jung-hwan tersenyum. Ra-im tersenyum berkata, bukanlah itu artinya aku bisa dibandingkan dengan aksi Hollywood? Lalu ia buru-buru permisi ke kamar kecil. Semua menyadari Ra-im sebenarnya sedih.
Jong-soo menghampiri Joo-won. “Kudengar kau hilang ingatan.”
Joo-won bertanya apakah mereka begitu dekat hingga Jong-soo mengetahui kondisinya, atau Ra-im memang menduakannya. “Apa kau mau dipukul lagi?’ tanya Jong-soo.
“’Lagi? Jangan-jangan kau pernah memukulku sebelumnya? Kau pasti punya keberanian yang sangat tinggi. Aku juga pengacara sekarang (dulu juga punya kok).” kata Joo-won menantang Jong-soo.
“Jangan pernah lupakan Ra-im kami. Karena kau adalah seorang pria yang bahkan membahayakan hidupnya sendiri untuknya.” Jong-soo memperingatkan Joo-won dengan tegas.
PDVD_045
Hidupku? tanya Joo-won bingung. Lalu ia bergumam,” Kau bilang aku membahayakan hidupku sendiri untuk gadis berkaki pendek seperti dia?”
Ra-im termenung di lokernya. Ia ingat masa-masa ia mempersiapkan syuting Dark Blood bersama para kru dari Hollywood, ia sangat menikmatinya. Ia menghela nafas panjang. Joo-won menghampirinya dan mengatakan film itu pasti sangat penting bagi Ra-im.
PDVD_046 PDVD_047
Ra-im menatapnya dan mengatakan film itu adalah keajaiban yang dibuat Joo-won untuknya. Aku? Tanya Joo-won.
“Aku sangat ingin melakukannya dengan baik. Aku minta maaf,” katanya pada Joo-won. Aku mengerti, walau aku tidak tahu kau minta maaf untuk apa tapi kau bisa menebusnya nanti, kata Joo-won, aku sangat pintar dalam perhitungan. Ra-im tersenyum kecil.
PDVD_051
“Mengapa kau menaruh sabun dalam stockingmu?” tanya Joo-won.
“Itu karena kupikir sayang untuk membuang sisa-sisa sabun jadi aku mengumpulkannya…” Ra=im berhenti bicara dan menyadari sesuatu. Ia langsung bangkit berdiri, apa?
Dalam lokermu, ulang Joo-won, tapi ia juga menyadari sesuatu, oh…bagaimana aku bisa mengetahui hal ini? Apa aku pernah melihat isi lokermu?
Ra-im mengiyakan, ketika tubuh kita tertukar. “Ketika apa yang tertukar?“ tanya Joo-won bingung. Aku akan menjelaskannya nanti, kata Ra-im, ingatanmu pasti mulai kembali. Apa kau mengingat hal lainnya lagi?
Joo-won berusaha mengingat, “Kau…” Ra-im menunggu penuh harap. “Mengenakan pakaian dalam seksi untuk menggodaku.” Dukk! Ra-im menendang kaki Joo-won. Haha..
PDVD_061PDVD_064
Seul datang ke rumah Oska dan terkejut melihat Sun ada di sana. “Kau tidak jadi pergi. Kau bilang ingin meninggalkan Korea.”
“Kau bilang tidak mudah menemukan orang yang mengetahui nilaimu,” sahut Sun.
“Itukah sebabnya kau memutuskan untuk tinggal?” tanya Seul.
Oska menangkapku, kata Sun. Seul mengatakan Sun tidak akan bisa tertangkap jika tidak menginginkannya (dengan kata lain memang Sun yang ingin ditangkap Oska). Sun menjawab, tatapan Oska begitu tulus.
PDVD_065
“Wow, sangat romantis,” sindir Seul sambil tersenyum. Sun mengangkat bahu, tidak membantah. Seul jadi kesal (cemburu tepatnya).
“Tapi ahjumma, berapa umurmu sekarang?” olok Sun. Seul melotot dan tertawa tak percaya,“hanya karena kau lebih muda dariku, kau menganggap dirimu lebih menarik daripadaku?” Sun menatapnya penuh arti.
Oska menghampiri mereka dan merasakan ada aroma ketegangan hehe…
“Ada apa ini? Apa kalian berkelahi? Kalian harus berhubungan baik.” kata Oska polos.
Seul bertanya apakah Sun tinggal di sini sekarang. Ini tempat yang luas mengapa tidak, jawab Oska lalu ia berbisik pada Seul, jika kita menyuruhnya tinggal di tempat lain, ia akan kabur lagi. Lalu apa yang akan kaulakukan jika aku yang kabur, tanya Seul kesal, aku pergi.
PDVD_070
Oska akan mengejarnya tapi Sun berkata ia akan mulai rekaman 10 menit lagi. Jika Oska tidak muncul dalam 10 menit, ia akan berkemas. “Ah, mengapa kau bertingkah seperti ini juga? Apa kalian berdua memilih hari yang sama untuk mempersulitku?” gerutu Oska.
Oska menarik Seul ke rumahnya, dan meminta waktu 10 menit untuk bicara. Seul berkata ia ingin bertanya sesuatu, apakah Sun menyukai pria. Oska balik bertanya bagaimana Seul bisa tahu. Seul langsung memarahi Oska karena masih juga mengijinkannya tinggal bersama Oska,ia mengomel sekarang aku bahkan harus bersaing dengan pria.
“Bukan begitu,” kata Oska, “kau tidak tahu betapa ia membenciku.” Kau ini begitu bodoh, itulah sebabnya kau terus menyakiti orang lain, omel Seul. “Wah, kemarahanmu bisa membangun Tembok Besar Cina!” seloroh Oska, “Bahkan satellite pun bisa menangkapnya!”
PDVD_079
Seul kesal Oska masih bisa bercanda. Oska meminta Seul membiarkan saja hal ini, ia sudah pusing dengan masalah Joo-won, Joo-won itu masih 21 tahun.” Masih?” tanya Seul (sepertinya ia tahu keadaan Joo-won), lalu memperlunak kata-katanya, “kalau begitu apa yang mau katakan tadi, cepat katakan.”
Oska berkata ia akan membuat ulang MV-nya, mengadakan konser pembukaan dan mengeluarkan album ke-7nya secara resmi, juga merencanakan tour Asia. Ia meminta bantuan Seul, karena dengan bantuan Seul ia rasa akan dapat melakukan semuanya dengan baik.
“Apa kau sibuk?” tanya seseorang tiba-tiba. Joo-won ini kalau masuk tanpa permisi deh. Oska kesal, dan bertanya kali ini Joo-won mau apa, ia hanya punya waktu 5 menit.
“Siapa dia?” tanya Joo-won, “Kak, wanita yang begitu cantik dan menarik…mengapa berada di tempat yang membosankan seperti ini?”Joo-won menatap Seul lalu mnegulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri. Seul menyalaminya, ah sepertinya kau tidak mengingatku.
“Kita saling mengenal sebelumnya?” tanya Joo-won senang tanpa melepaskan tangan Seul. Oska buru-buru menarik tangan Seul. Mengapa kau begitu menyukainya, tanya Oska kesal. Dia cantik, jawab Joo-won lalu ia bertanya pada Seul seberapa dekat hubungannya dengan Seul.
PDVD_081 PDVD_085
Seul tersenyum. “Hei, dia tidak seperti itu. Dia di pihakku. Di pihakku!” seru Oska. Joo-won bertanya, benarkah? Seul tersenyum senang (bukan karena Joo-won tapi karena Oska cemburu hehe..). Pelayan mengabarkan ibu Joo-won datang hingga Joo-won harus kembali ke rumahnya, tapi sebelumnya ia memberi isyarat pada Seul untuk menunggunya.
Coba saja kalau kau berani kembali, hwakk!! Seru Oska kesal. Seul berkata seharusnya ia bertemu Joo-won saat berusia 21 tahun. Oska terkejut dan memelototinya. Seul senang melihat Oska cemburu (biasanya dia yang cemburu hehe).
PDVD_092
Joo-won menyapa ibunya. Ibunya senang melihat Joo-won yang ceria. “Ibu. Tahukah kau? Aku memiliki seorang kekasih. Seorang stuntwoman.” Raut wajah ibu Joo-won langsung berubah tapi ia berusaha menutupinya dan tersenyum, “Aku tahu.”
“Kau tahu? Tapi gadis itu tidak pemalu dan girly seperti gadis lainnya. Bentuk tubuhnya juga biasa-biasa saja.”
Ibunya senang, benarkah, bagiku ia tidak ada apa-apanya. Joo-won langsung tahu ibunya tidak menyukainya. Jika aku tidak menyukainya, apa kau tidak akan bertemu dengannya lagi, tanya ibunya penuh harap. Ti-dak, aku menyukainya, jawab Joo-won polos.
PDVD_098
Ibu Joo-won kesal tapi ia menahannya. Ketika ibunya akan pulang Joo-won menahannya karena ada sesuatu yang ingin ia tanyakan. Ternyata ia bertanya mengenai keadaan pemadam kebakaran yang menyelamatkannya, apakah ia terluka. Ia ingin berterima kasih padanya walau sudah 13 tahun berlalu. Ibunya terkejut sekali namun bersikap pura-pura tidak tahu dan berkata akan mengurus semuanya. Joo-won bertanya apa ibunya tidak punya nomor teleponnya atau tidak mengetahui namanya. Ibunya dengan gugup berkata ia akan mencari tahu dan mengabari Joo-won.
Ra-im sedang makan siang bersama Ah-young. Ra-im sepertinya menceritakan sesuatu hingga Ah-young terkejut. Ra-im berkata, “Semua mimpimu ternyata benar-benar menjadi kenyataan. Melalui hujan. Salju putih dan meja di sana. Kau harusnya membuka meja dan meramal nasib orang.”
PDVD_099 PDVD_101
Ah-young menjatuhkan sumpitnya saking terkejutnya. Bagaimana ini, katanya. Kenapa? Tanya Ra-im. Sebenarnya kemarin malam aku bermimpi lagi, kata Ah-young pelan. Kali ini Ra-im menanggapinya dengan serius, mimpi apa? Ah-young menggelengkan kepalanya, tidak, aku tidak mau mengatakannya, kau bilang mimpiku akan menjadi kenyataan.
Ra-im malah tambah penasaran, apa itu? Apa itu mimpi yang buruk? Mimpi seperti apa?
Ah-young bercerita di depan sebuah pintu gerbang hitam yang tinggi ada tiga orang anak berpakaian putih menangis, sangat menyedihkan. Di sisi lain, presdir menutup mulutnya dan mengeluarkan air mata. Sementara kau terus berteriak. Setelah itu aku bangun dan merasa tidak enak. Ra-im memikirkan apa maksud mimpi itu.
PDVD_103
Seseorang mengetuk pintu, Sekretaris Kim yang datang. Ah-young langsung berubah ceria dan membukakan pintu. Sekretaris Kim berkata Joo-won menyuruh Ra-im menemuinya di suatu tempat. Ra-im bergumam kesal, dia seharusnya datang sendiri, mengapa menyuruh orang lain bolak-balik kemari, benar-benar brengsek. Di mana kali ini, tanyanya pada Sekretaris Kim sambil tersenyum.
Ra-im melotot marah. Joo-won melihatnya dari dalam kolam sauna. “Apa kau mau mati? Mengapa kau menyuruhku datang ke tempat seperti ini?” tanya Ra-im kesal. “Mengapa? Tentu saja untuk melihat tubuhmu. Tapi pakaianmu sepertinya sedikit memberontak.” Ra-im mengenakan kaus putih tanpa lengan dan celana pendek, mungkin Joo-won mengharapkan yang lebih minim dari itu, pakaian renang mungkin.
PDVD_112 PDVD_115
“Ah, anak ini benar-benar….hanya karena kau meninggalkan dunia ini sebentar saja (koma) semuanya jadi berwarna pink bagimu?” ejek Ra-im.
“Aku tidak tahu diriku yang berusia 34 tahun seperti apa, tapi aku yang berusia 21 tahun ya bersenang-senang seperti ini. Ayo masuk.” Joo-won menarik Ra-im masuk kolam. Ra-im berteriak kaget lalu marah pada Joo-won, “Kau benar-benar akan mati. Apa kau bersenang-senang seperti ini saat kau masih muda?” Joo-won membenarkan. Dengan siapa? Dengan wanita? Tanya Ra-im kesal. Iya, sahut Joo-won. Ra-im menggigit bibirnya. Ternyata kau tidak tahu banyak mengenai diriku, olok Joo-won, apa kita benar-benar berkencan?
PDVD_118 PDVD_125
Lalu bagaimana denganmu, apa kau tahu banyak mengenai diriku? Tanya Ra-im penuh arti. Joo-won menatapnya penuh selidik, apa kau seorang wanita yang memiliki hubungan rumit dengan banyak pria? Kurasa kau tidak tahu, aku memang biasanya hanya berhubungan dengan pria kata Ra-im enteng. Apa, tanya Joo-won kaget. Lokasinya biasanya di hutan, di mobil, oudoor, dan sebagainya, karena pria menyukainya, kata Ra-im (mengulangi percakapan mereka saat pertama kali bertemu).
“Apa? Hutan? Haha…Apa kau pikir itu yang akan kukatakan? Kaupikir aku akan tertipu dua kali?” kata Joo-won. Ra-im kaget mendengarnya, dia pikir Joo-won ingat percakapan mereka waktu itu. “Kau baru mengingatnya kan?” tanya Ra-im senang. “Hah? Sepertinya?” kata Joo-won. Ra-im senang sekali dan langsung memeluknya dengan erat. “Aku tahu kau akan ingat. Aku tahu itu.”
PDVD_127 PDVD_128
Joo-won tersenyum senang, “Dengan kita seperti ini…kurasa aku juga akan mengingat beberapa hal lain.” Ia menurunkan tangannya di punggung Ra-im perlahan-lahan ke bawah. Ra-im berseru kesal, “Kembalikan tanganmu ke posisi semula.” Joo-won tersenyum nakal, “Sudah kukatakan aku mulai ingat.” Ra-im melepaskan pelukannya dan berkata, “Kalau begitu aku akan membantumu mengingat.” Ia memiting tangan Joo-won hingga Joo-won berteriak kesakitan.
“Setiap hari aku pasti memiting tanganmu seperti ini, apa kau ingat?” Joo-won berteriak kesakitan, “Kau tidak lepaskan?!”
“Kembali langsung ke Seoul, angkat tangan kanan. Kau tinggal di sini, tangan kiri.” kata Ra-im. “Bagaimana bisa aku mengangkat tangan kiriku, “seru Joo-won, “Bolehkah aku mengangkat kaki kiriku saja?” Ra-im mengencangkan pegangannya hingga Joo-won kembali berteriak kesakitan.
PDVD_133 PDVD_136
Joo-won terpaksa mengantar Ra-im ke rumahnya. Itu rumahku, tunjuk Ra-im. Di sana? Yang mana? tanya Joo-won. Lantai dua yang pintunya diplester, kata Ra-im. Joo-won bengong. Ra-im tersenyum melihat reaksinya, “Aku tidak tahu ini hal bagus atau hal buruk. Tapi kau benar-benar konsisten. Ketika kau pertama kali melihat di mana aku tinggal, kau bereaksi persis sama seperti sekarang.”
“Kuyakin begitu. Apa kau punya nomor teleponku juga?” tanya Joo-won.
Tentu saja, jawab Ra-im , memangnya kenapa. Hapus, sahut Joo-won lalu langsung pergi meninggalkan Ra-im. Ra-im tertawa tak percaya.
PDVD_141 PDVD_142
Oska mendengar lagu yang dibuat Sun untuknya. Ia senang sekali. “Liriknya bagus sekali, ternyata kau memang punya alasan bersikap arogan,” kata Oska. Ia mengacak-acak rambut Sun gemas. Sun memukul tangannya. “Jangan lakukan itu, aku produsermu.”
Oska tak peduli, “aku melakukannya karena kau begitu lucu.” Ia menarik Sun lalu mengacak-acak rambutnya lagi. Sun mendorongnya dengan kesal lalu membenahi rambutnya. “Aku tidak akan memberikan lagu itu padamu. Kembalikan padaku, “katanya sambil mengambil mp3 playernya.
PDVD_146
“STOP! Taruh itu kembali,” seru Oska., “kau merendahkanku lagi. Setelah kontrak disahkan, sikap seperti ini tidak bisa diterima. Sekarang kita mulai tentukan panggilan kita masing-masing. 1. Oska hyung-nim (kakak-formal, hyung-informal), 2. Choi Woo-young hyung-nim, 3. Kar’d, gabungan Oska dan tuhan, 4. ..”
“Oska,” sahut Sun.
“Benar, Osk…Apa?!” seru Oska.
“Ada apa ini?” tanya Joo-won tiba-tiba nyelonong masuk, “Siapa dia?”
“Sepupuku,” kata Oska pada Sun, “Kau mengenakan jaket itu lagi? Insting manusia benar-benar menakutkan.” Joo-won mengenakan jaket bling-blingnya, Oska berkata walau hilang ingatan tapi seleranya tidak berubah.
“Hei kau, bagaimana pendapatmu mengenai (jaket) ini?” tanya Joo-won pada Sun.
“Kau bukan satu-satunya orang yang hidup di dunia ini. Mengapa kau menimbulkan gangguan pada mata orang lain?” ejek Sun.
“Apa? Sebenarnya siapa dia?” tanya Joo-won pada Oska.
“Dia adalah produser album ke-7ku.”
“Apa yang terjadi pada industri musik Korea? Kau akan membuat album ke-7?” ejek Joo-won pada Oska. Oska terlihat sedikit malu. “Dialah yang membuat industry music Korea seperti sekarang ini,” Sun menambahkan.
“Kau takkan bisa satu selera denganku. Kau kan produsernya,” kata Joo-won.
“Biasanya pekerjaan produser adalah membuat evaluasi yang tepat.” kata Sun, maksudnya pilihannya pada Oska adalah atas penilaian yang tepat.
“Jika jaket ini mengganggumu, berarti seleramu benar-benar payah. Kau tidak bisa membuat penilaian buruk dengan selera sepertimu.” sahut Joo-won. Maksud Joo-won, penilaian Sun pastilah tidak benar, buktinya dia mau jadi produser Oska, jadi penilaiannya pada jaket bling-bling kesayangannya pasti tidak benar juga.
“Kau ingin mendiskusikan fashion dengan pria yang sebelumnya adalah model?” ejek Sun. Oska baru tahu hal itu, dan ia senang melihat Sun dan Joo-won saling mengejek.
PDVD_148 PDVD_150
“Apa aku terlihat seperti seseorang yang akan mendiskusikan sesuatu denganmu? Aku bahkan memiliki departemen store,” kata Joo-won tenang.
“Hooo…Kim Joo-won, mungkin karena kau berusia 21 tahun, tapi kau benar-benar hebat dalam permainan ini. Mengapa kalian berdua tidak sering bertemu dan makan malam bersama saja,” seloroh Oska.
Joo-won mendesis kesal. “Ada sesuatu yang mau kutanyakan, jawablah tanpa sungkan. Aku sedikit bingung. Wanita itu, Gil Ra-im. Gadis seperti apa dia?”
“Ra-im?” tanya Oska, “pertama, dia adalah fansku.”
“Apa?” sahut Joo-won, “Lupakan saja, aku bisa mengira betapa buruk seleranya. Walau ingatanku kembali, dia dan aku tidak akan bisa.” Lalu dia pergi. Hoho…Kim Joo-won, kau pasti menyesal bilang begitu(keluar tanduk).
Ibu Oska bertemu dengan Seul. Ibu Oska terlihat tidak suka dengan Seul. Ibu Oska mengatakan ada hal-hal yang tidak dapat diterima keluarganya. Seul mengadakan kencan perjodohan dengan Joo-won tapi juga menjalin hubungan dengan Oska yang adalah sepupu Joo-won.Seul diam saja dengan tenang. Oska menghampiri mereka dan bertanya apa yang sedang ibunya kerjakan. Ibunya memarahinya, “Ini (menghalau cewe-cewe Oska) adalah sesuatu yang ibu lakukan setiap hari. Mengapa kau terkejut?”
Oska minta ibunya jangan mengejutkan Seul karena Seul mudah sakit hati. Ia takut Seul akan membencinya lagi, padahal ia sedang berusaha membuat Seul menyukainya lagi. Ibu Oska bangkit berdiri dengan kesal lalu memukul kepala Oska dengan tasnya. Ouchh.
PDVD_158 PDVD_160
“Kau bodoh, “makinya. Oska bertanya mengapa ibunya memukulnya, ia menyukai Seul sejak lama. Ibunya bertanya kalau begitu kenapa kalian pura-pura tidak saling mengenal saat pertemuan keluarga. Ia bertanya pada Seul, kalau kau sudah lama berhubungan dengan Oska, mengapa kau berkencan dengan Joo-won. Seul hanya diam saja. Semua karena aku, Oska membela Seul, mengapa kau seperti ini pada Seul.
Tentu saja ibunya kembali kesal, ia kembali hendak memukul kepala Oska namun tangannya ditahan oleh Seul. “Ibu, daripada berbuat begini di tempat ini, bagaimana kalau kita pergi minum?” kata Seul sambil tersenyum.
PDVD_169
Mereka pindah tempat ke sebuah klub eksklusif. Ibu Oska meminum segelas minuman lalu bertanya, “sejujurnya, bukankah anakku lebih baik dari Jang Dong Gun?” Seul tersenyum lalu meminum bagiannya. Ia menjawab, “menurutku tidak sejauh itu, ibu.”
“Mengapa, bagian mana yang tidak (sebaik Jang Dong Gun)? Apakah kau tidak tahu berapa banyak orang yang mati kerena begitu menyukainya?”
“Jang dong Gun lebih banyak.” Maksudnya lebih banyak yang mati karena terlalu menyukai Jang Dong Gun hehe…
PDVD_171 PDVD_172
Ibu Oska kesal karena tidak bisa membalas dan minum segelas lagi. “Kau benar-benar bukan gadis biasa.”
Dengan dramatis Seul meminum segelas juga, “jika hanya biasa-biasa saja, bagaimana bisa berkencan dengan Woo-young?” Oska memperhatikan mereka bingung dan merasa terjepit. Ia menuangkan lagi minuman untuk mereka.
“Bagaimanapun, dengan seorang gadis yang membicarakan pernikahan dengan sepupunya, bagaimana bisa aku menerimamu sebagai menantuku? Sungguh berat merawat dan membesarkan Woo-youngku (karena dia banyak skandal dengan wanita).”
“Bagimu, dia seorang anak. Tapi bagiku, dia orang lain. Sejak aku berusia 21 tahun aku harus menghadapi hal ini (skandal Oska), menurutmu seberat apakah itu untukku, “ sahut Seul tenang.
Ibu Oska meminum segelas lagi dengan kesal, “Apa yang kau mau kuperbuat untuk kesempurnaannya ? (bukan salah Oska kalau banyak yang menyukainya karena Oska sempurna) Ah…aku berhenti minum karena kulitku akan berkerut.” Lalu ibu Oska mengeluarkan semprotan wajah yang selalu dia gunakan.
Melihat itu Seul berubah ceria, “Oh, kau memiliki kesamaan denganku! Aku juga selalu berjuang melawan kulit kering. “ Seul mengeluarkan semprotan wajah yang sama lalu menyemprot wajahnya. Oska bengong melihat keduanya.
PDVD_173 PDVD_176
“Astaga ternyata standar kecantikanmu sama denganku,” puji ibu Oska. Oska tertawa tak percaya, aku benar-benar akan gila. “Apa kalian berdua akan terus minum?” tanyanya.
Ibunya malah bertanya, “Kau masih belum pergi juga?” “Jika kau bosan, pergilah menyanyi,” kata Seul senang.
Oska meninggalkan keduanya dan pergi ke kantornya. Ia mendapat telepon dari asistennya bahwa ibunya dan Seul mabuk bersama. Oska sangat kaget melihat tagihan yang datang dari acara minum ibu Oska dan Seul. Dia protes mengapa asistennya membayar dengan kartu kreditnya dan menyuruh ibunya saja yang membayar.
Manager Choi memberitahu Oska diminta menjadi duta kampanye anti merokok. Oska bertanya, dia diminta menjadi panutan bagi anak muda? Sekali saja kau harus melakukan itu dalam hidupmu, seloroh Manager Choi. Oska senang karena artinya ia sudah bisa menunjukkan wajahnya kembali. Jika aku melarang orang merokok, mereka tidak akan merokok lagi? Manager Choi mengangguk bosan. Woohoo, Oska berteriak girang karena artinya ia sudah dimaafkan.
Oska pun menjadi duta anti merokok.
PDVD_186
Ra-im berlatih keras untuk memulihkan kondisinya. Jung-hwan mengganggunya terus. “Latihan ini berlebihan untukmu.” “Kau tidak bisa melakukannya karena udara sangat dingin.” “Jika kau tidak pulih dengan benar, akan ada efek samping dalam jangka panjang.” “Apa aku harus membuat sup rumput laut?”
Ra-im yang awalnya mengacuhkannya menjawab ketus, “Apa aku baru melahirkan?” (di Korea sup rumput laut (mi-yuk gook) harus diberikan pada ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan, kalo di sini ayam arak kali ya^^) Lalu Ra-im maju seperti hendak menghajar Hung-hwan, “Bisakah kau diam?” Jung-hwan mundur, “Oh Ra-im, kau pulih dengan sangat cepat, bukan?” (Berusaha agar Ra-im tidak menghajarnya)
PDVD_190 PDVD_195
Ra-im terus mendekatinya, “Tetap saja…sup rumput laut, jika aku menangkapmu, tidak akan ada kaldu yang tersisa!” Tapi lalu Ra-im melihat seseorang di belakang Jung-hwan, lalu ia memberi salam dengan ceria, “Oh Halo!”
Jung-hwan terus mundur, “aku tidak akan tertipu…tidak akan …..” Ra-im hanya melihat orang yang baru datang sambil tersenyum. Jung-hwan mundur dan akhirnya menabrak Oska. Oska melambaikan tangan menyapa mereka semua. Para teman Ra-im terkejut melihat kedatangan Oska sang bintang.
PDVD_198 PDVD_199
Oska berbincang-bincang denga Ra-im. Ia bertanya bagaimana keadaan Joo-won yang berusia 21 tahun, apa mereka sering bertemu. Ra-im menjawab, “Anak itu berhasrat tinggi dan penggoda. Dia sangat manis.”
“Manis? Wah tidak kusangka Ra-im seperti itu. Kau menyukai pria penggoda?” Oska menurunkan kausnya hingga pundaknya terlihat (bersikap menggoda), “aku sudah bertemu banyak gadis tapi masih belum tahu apa yang sebenarnya mereka pikirkan.”
“Jika Kim Joo-won melihatnya, ia akan membalas dengan sangat buruk,” sahut Ra-im memperingatkan. Oska cepat-cepat membetulkan kausnya, merasa godaannya tidak berhasil. Biasanya Ra-im akan membalas gurauan Oska, tapi kali ini Ra-im ingat akan Joo-won yang selalu cemburu.
PDVD_202 PDVD_204
“Kadang-kadang dia ingat beberapa hal.“ kata Ra-im. Oska lega mendengarnya, tapi lalu ia ingat, “Apa ia akan mengambil kembali sepatu dan jamnya? Haruskah aku menjualnya dulu sebelum ia memintanya kembali?” Ra-im tersenyum geli.
Oska mengantar Ra-im pulang ke rumahnya. “Sudah lama sekali aku tidak mengantarmu pulang? Apa itu berarti kita kembali melakukan jumpa fan?” Ra-im tersenyum, “Oppa macam apa yang begitu menginginkan fansnya? Kebenaran muncul saat popularitas menurun.” Oska dengan percaya diri mengatakan popularitasnya telah kembali seperti ketika ia muda. Ia bukan hanya seorang bintang hallyu, tapi bintang hallyu yang peduli kesehatan (duta anti rokok). Mereka berdua tertawa bersama.
“Pemandangan yang indah.” Terdengar sebuah suara. Joo-won duduk persis di tempat ketika ia mengatakan hal yang sama beberapa waktu sebelumnya.
PDVD_206 PDVD_207
Ra-im melihat kecemburuan Joo-won, ia berbisik pada Oska, “Kau lihat? Ia secara bawah sadar mengingat beberapa hal.”
“Mengatakan bahwa kau fansnya itu bohong, kan? Bintang apa yang mengantar fans pulang? Bukankah kau bilang kau mencintaiku? Kau bilang kita dalam hubungan cinta. Sebenarnya kau memiliki berapa hubungan?” cecar Joo-won.
Ra-im tersenyum melihat kecemburuan Joo-won lalu sengaja menggandeng Oska, “Oppa, karena kau sudah jauh-jauh kemari, maka kau harus minum teh baru pergi, seperti biasanya.” Oska mengikuti rencana Ra-im, “Tentu saja, ayo!”
PDVD_214 PDVD_219
“Hati-hati dengan tangganya! Ya betul begitu. Oh Ra-im kita berjalan dengan baik, “ seru Oska keras-keras, membuat Joo-won segera mengikuti dari belakang, “Kalian berdua berhenti! Kau tidak melepaskan gandenganmu? Beraninya kalian tidak menanggapi ucapanku!” Lho, bukannya Joo-won ngga suka sama rumah Ra-im ya hehe…
Dari jauh seseorang melihat mereka. Sekretaris Kang melihat dengan khawatir, “Tolong jangan tertangkap basah olehku! Mengapa aku sekretaris…” Ia menghela nafas lalu menelepon ibu Joo-won, melaporkan bahwa Joo-won baru saja masuk ke rumah Ra-im. Sepertinya ibu Joo-won sengaja menunggu untuk melakukan sesuatu. Ia menatap surat kabar yang memuat berita kematian ayah Ra-im lalu berkata, “Kau membuatku jatuh hingga ke dasar, kau jelas bukanlah wanita biasa.”
PDVD_222 PDVD_225
Joo-won melihat-lihat keadaan rumah Raim sementara Oska dan Ra-im menyiapkan kopi untuk mereka. Joo-won melihat poster Oska yang ditempel dekat tempat tidur, ia langsung protes, “Katanya kau menyukaiku tapi mengapa kau punya foto hyung? Apa kalian berdua benar-benar berkencan?”
“Jika benar begitu, apa yang akan kaulakukan?” sahut Oska cuek.
“Begitukah? Kalau begitu aku akan mendapatkan Yoon Seul. 36-24-34. Benar-benar bagus.”
Oska dan Ra-im berteriak “Apa!” “HEI!” Oska pura-pura menendangi Joo-won, sementara Ra-im berteriak senang mendukung Oska. “Wah Oppa benar-benar hebat!” Joo-won melotot, “Oppa?! Kalian berdua jelas berkencan. Mengapa hanya kau yang begini padaku?” (maksudnya harusnya dia yang marah, soalnya dia yang di”selingkuh”i)
PDVD_229 PDVD_232
Joo-won mendapat telepon dari ibunya. Ia mengatakan ia sudah mendapat kabar mengenai pemadam kebakaran itu, tadinya ia tidak mau mengatakannya karena takut Joo-won sedih. Sebenarnya ia sudah meninggal. Joo-won bertanya, apa karena dirinya.
Ibunya meminta Joo-won mendengarkan sampai akhir. Nama pemadam kebakaran itu Gil Ik-sun dan dia memiliki seorang anak perempuan. Namanya Gil Ra-im. Joo-won terkejut dan menatap Ra-im. Oska dan Ra-im heran melihat perubahannada suara Joo-won. Oska bertanya siapa yang menelepon. Joo-won meminta ibunya melanjutkan.
“Dia mungkin duduk di hadapanmu. Kau akan tahu setelah kau ingat, tapi gadis itu menggunakan kematian ayahnya untuk mengambil keuntungan darimu. Untuk mendapatkanmu, ia bahkan menggunakan kematian ayahnya untuk membangkitkan simpatimu. Aku berharap kau sekarang membuat keputusan yang benar, Kim Joo-won. “
PDVD_239 PDVD_237
Joo-won meminta ibunya menutup telepon dan ingin bicara berdua dengan Ra-im. Oska meninggalkan mereka. “Ada apa?” tanya Ra-im.
“Apakah ayahmu….seorang pemadam kebakaran?”
“Apa kau ingat?” tanya Ra-im. Dia sudah meninggal, kata Joo-won. Ra-im membenarkan.
“Apa karena kecelakaan dalam lift?”
“Bagaimana kau bisa tahu? Apakah ibumu yang baru menelepon?” Melihat reaksi Joo-won, Ra-im tahu ibu Joo-won menceritakan sesuatu yang tidak benar.
Joo-won menatap Ra-im dengan tajam dan meninggalkan Ra-im. Ra-im menahannya karena takut Joo-won salah paham.
“Mengapa kau tinggal di tempat seperti ini? Apa kita benar-benar berkencan? Walau aku tidak biasa mengencani gadis yang seperti ini (miskin), tapi kalaupun aku melakukannya kurasa aku tidak akan membiarkan mereka hidup di tempat seperti ini.”
Joo-won mengira apa yang diceritakan ibunya benar. Bahwa Ra-im berusaha mendekatinya untuk mengambil keuntungan darinya atas kematian ayahnya. Dan berusaha menarik simpati Joo-won dengan memperlihatkan kemiskinannya karena tidak berayah.
Ra-im berusaha menjelaskan, tapi Joo-won menolaknya. Ia harus mengingatnya sendiri. “Jika kau berbohong padaku dan mencoba menyembunyikan kebenaran, kurasa…aku ingin mempercayai kebohonganmu.“ Ra-im terluka mendengarnya, itu artinya Joo-won tidak percaya padanya. Joo-won pergi meninggalkan Ra-im sendiri. Ra-im menghela nafas panjang.
Joo-won pulang ke rumah dengan hati resah. Ia bertanya pada pelayannya, mengapa ada uang di samping tempat tidurnya dan tidak dibersihkan. Pelayannya bertanya, uang 45 ribu won? Presidir (Joo-won) yang mengatakan uang itu penting. Joo-won terkejut, aku menghargai uang 45 ribu won? Bukan, kau menghargai lembaran uangnya, bukan nilainya. Juga ada beberapa barang lain yang disimpan seperti uang-uang itu.
PDVD_248 PDVD_252
Joo-won menatap tumpukan pakaian wanita (yang dibelinya untuk Ra-im), vacuum cleaner, sekeranjang jeruk, dan beberapa barang lainnya. Ia menelepon Sekretaris Kim dan bertanya mengapa ia menyimpan barang-barang itu. Sekretaris Kim yang sedang berkencan dengan Ah-young menjawab kesal, “Presdir, bagaimana aku bisa tahu?” “Lihat, lihat, kau pasti diterima karena pengaruh dari atas (nepotisme)kan?” omel Joo-won, buktinya Sekretaris Kim ngga tau apa-apa.
PDVD_253
Sekretaris Kim mengomel, “Mengapa dia selalu menempelku tak peduli dia tua atau muda?” Ah-young bertanya apa ingatan presdir sudah kembali. Belum , jawab Sekretaris Kim, lalu mengingatkan bahwa ini adalah rahasia. Ah-young berharap presdir segera pulih ingatannya agar Ra-im tidak bersedih lagi.
Lalu terjadilah foam-kiss itu, Ah-young meminum cappucinonya yang langsung di “bersih”kan oleh Sekretaris Kim. Bukannya senang, Ah-young mendorong Sekretaris Kim dan berteriak kesal lalu menyiram segelas air pada Sekretaris Kim yang bengong saking kagetnya, poor guy…
PDVD_257 PDVD_260
PDVD_265 PDVD_267
“Aku tidak pernah memberimu ijin!!” teriak Ah-young histeris. “Di drama, mereka tidak pernah meminta ijin dulu,” kata Sekretaris Kim sedih.
Oska meminta Seul keluar kantornya. Ia menunggu cukup lama sebelum Seul keluar. Oska mengajak Seul berjalan-jalan sambil minum kopi di jalanan kota Seoul. Seul tidak mau, nanti orang melihat. Kita melakukannya agar mereka melihat, jawab Oska sambil menarik Seul pergi.
“Saat kita berjalan seperti ini pasti terlihat indah,” celoteh Oska.
“Itu karena aku memancarkan kecantikan Miss Korea,” sahut Seul.
Tak lama kemudain mereka sudah dirubungi banyak orang. Seul melepaskan pengangan tangannya tapi Oska balik menggenggamnya kuat-kuat. Seul menyuruh Oska memakai kaca mata hitam. Ia tidak nyaman menjadi tontonan banyak orang.
PDVD_274
Orang banyak bertanya-tanya apakah itu Oska, dan siapakah yang ada di sebelahnya. Oska menjawab, ya aku Oska, dan ya aku sedang berkencan. Bukankah mereka pernah memiliki skandal? Ya, ini adalah Yoon Seul, dan kami berkencan. Seul menoleh kaget, apa kau sudah gila, mengapa kau melakukan ini.
Oska menjawab ini adalah kencan mereka hanya berjalan-jalan seperti ini (dulu mereka bersembunyi dari orang lain) dan mengajak Seul melakukan hal-hal yang pasangan lain lakukan. Berjalan-jalan bersama dan mengantar pulang. Di setiap awal konser mengatakan “Aku cinta padamu, Seul!” (Oska meneriakkannya keras-keras membuat para fans heboh). Aku akan melakukannya walau kau tak mau.
Mereka dihadang oleh beberapa fans Oska yang masih pelajar. Mereka terlihat kesal. Oska menyapa mereka dan bertanya apa mereka mau tanda tangan. Seorang diantaranya mengatakan ia tidak membeli semua album Oska dalam berbagai warna dan membeli kaus kakinya hanya untuk melihat Oska berkencan, ini adalah pengkhianatan.
Oska tersenyum dan berkata, “Apakah aku seorang idola? Aku berusia 36 tahun. Mengapa kau tidak membiarkan aku agar aku dapat mencintai sesorang? Dan lagi bukankah aku sudah berkencan beberapa kali sebelumnya?”
“Melakukannya diam-diam dan memperlihatkannya secara terbuka itu berbeda, bagaimana bisa kau melakukannya,” jawab pelajar itu. “Apa yang manajermu lakukan? Apa dia sudah gila?” tanya pelajar lain dengan kesal. Manager kan bertugas mengurus artis agar terhindar dari gossip dan semacamnya (atau malah membuat gossip??). “Hei, jadilah fans 2PM, bukan aku, OK? Bagaimana dengan BEAST? Mereka cukup bagus.” Lalu ia mengajak Seul pergi dari sana.
PDVD_285 PDVD_281
Joo-won merenungkan perkataan ibunya. Ia tidak tahu apa harus mempercayai kata-kata ibunya atau hatinya. Ia lalu melihat-lihat buku untuk menjernihkan pikirannya. Matanya tertuju pada sebuah kertas yang terselip dalam buku “Alice in Wonderland” (ayo buka!! Buka!!).
PDVD_288 PDVD_289
Dia membaca kertas itu. Awalnya ia membacanya seperti biasa, mendekati bagian akhir ia melihat ada sebuah kata dicoret.
“Lalu little Mermaid menceburkan diri ke laut dan menjadi gelembung lalu menghilang dan pada saat itu Pangeran menyadari kebenarannya dan berkata pada sang putri (yang akan dinikahinya), “Apakah ini yang terbaik? Apa kau yakin?” dan memutuskan pertunangan mereka. Lalu ia berlari pada little mermaid tapi little mermaid menemukan air yang bergelembung dan menemukan mesin cuci bergelembung udara lalu menjadi chaebol (konglomerat). Sementara itu sang pangeran menjadi bangkrut karena investasi yang buruk dan menjadi little mermaid Sekretaris Kim. Lalu mereka hidup sangat, sangat lama.”
“Apaan ini?” gumamnya. (ya, aku juga bertanya hal yang sama, cerita apaan tuh ^^, Joo-won menuliskan itu karena ia ingin tidak ada seorangpun yang menjadi gelembung dan menghilang. Ia bahkan rela bangkrut asalkan mereka berdua dapat hidup)
”Orang gila bodoh mana yang menulis hal konyol seperti ini? Oh, tapi ini tulisan tanganku…aku yakin ini tulisan tanganku. Lalu ini apa?”
PDVD_292 PDVD_294
Joo-won ingat perkataan Ra-im, “Lalu, apakah sebaiknya aku berada di sisimu tanpa terlihat dan menghlilang bagai gelembung? Seperti little mermaid.”
“Little mermaid?”gumam Joo-won. Tiba-tiba ia ingat perkataannya pada Ra-im saat di Jeju, ia meminta Ra-im menjadi little mermaid dan semua kilas balik peristiwa pun muncul dalam ingatannya. Ketika vas bunga mawar terjatuh, ketika ia menangis sambil menulis surat untuk Ra-im, dan ketika ia membawa Ra-im yang koma masuk dalam hujan. Ia segera berlari keluar. Ia mulai mengingat semuanya, dari awal pertemuannya dengan Ra-im, pertukaran tubuhnya, dan semua hal yang pernah mereka alami bersama.
PDVD_301 PDVD_305
Seiring dengan ingatannya yang kembali, bukan hanya ingatan 13 tahun yang kembali tapi juga peristiwa kematian ayah Ra-im. Ia ingat melihat Ra-im masih berseragam sekolah (usia 17 tahun) menangis sedih menerima penghormatan terakhir dari para teman dan kerabatnya. Joo-won menghentikan mobilnya dan menangis, “itu adalah Ra-im. Gadis waktu itu. Itu adalah Ra-im.” Berarti ia melihat Ra-im bahkan sebelum cerita ini dimulai.
PDVD_311 PDVD_316
PDVD_308PDVD_321
Ia menelepon Ra-im dan pergi ke rumahnya. Ra-im membuka pintu dan bertanya, ada apa. Joo-won memegang tangannya dan menariknya masuk ke dalam rumah. Ra-im menghentikannya, apa ada yang salah, mengapa kau bersikap seperti ini. Joo-won hanya menatapnya. Ra-im mengira Joo-won masih salah paham soal ayahnya dan mengatakan akan menceritakan semuanya.
Joo-won menatapnya penuh kerinduan. “Sebenarnya ayahku padamu…” Ra-im mulai menjelaskan. Joo-won menarik Ra-im dalam pelukannya. Ra-im bertanya, apa bukan tentang ayahku. Joo-won hanya diam. “Jika bukan, mengapa kau datang?” tanya Ra-im pelan.
PDVD_329 PDVD_331
“Aku datang untuk melakukan ini,” sahut Joo-won. Ra-im ingat Joo-won pernah melakukan hal ini sebelumnya dan bertanya, “Apa mungkin kau sudah ingat? Kau ingat semuanya?”
“Tidak,” jawab Joo-won.
“Tidak?” Ra-im melepaskan diri dari pelukan Joo-won, “Kalau begitu yang baru saja…”
“Aku memutuskan mengikuti kencan perjodohan,” kata Joo-won (iiih…dasar jail).
“Apa? Mengapa? Mengapa kau mengikuti kencan perjodohan?” tanya Ra-im sedikit panic, “Sudah kubilang kau hanya menyukaiku.“
“Begini, kau terus mengatakannya berulang-ulang tapi aku tidak percaya padamu. Jika cinta adalah sebuah kekeraskepalaan, maka semua cinta di dunia ini adalah palsu. Bagaimanapun juga aku memikirkannya kau bukan seleraku. Apa masuk akal aku menyukai wanita sepertimu?”
Ra-im menatap Joo-won dengan sedih bercampur kesal, “Kim Joo-won.”
“Apa yang kau lakukan padaku? Latar belakang keluarga, pendidikan, penampilan tidak ada yang menonjol. Mengejutkan aku menempel padamu demi hidupku. Sejak kapan kepalamu begitu jelek? Sejak tahun lalu? Kau harusnya tahu (kalau aku sudah ingat) sekarang. Kaupikir mengapa aku datang pada saat seperti ini? Karena aku ingat semuanya.”
Ra-im terkejut tapi bukannya melompat girang ia malah menangis tersedu-sedu. Joo-won jadi bingung, “Maafkan aku, kupikir kau akan lebih senang jadi aku berrmain-main sedikit.” Ra-im menangis dan mulai memukuli Joo-won, “Kau pasti mati. Aku akan membunuhmu.” Ia melepaskan semua rasa frustasi dan kesedihannya akibat Joo-won tidak mengingatnya sebelum ini, ia juga kesal Joo-won mempermainkannya.
PDVD_344 PDVD_345
Joo-won memegang kedua tangannya, “Sakiit…diam sebentar. Masih ada hal penting yang mau kukatakan.”
“Apa itu? Apa, dasar brengsek, “gerutu Ra-im.
Joo-won mengecup keningnya denagn penuh perasaan dan berkata, “Aku mencintaimu. Ini dariku.”
“Aku tidak memerlukannya, dasar brengsek.”
Joo-won mengecup keningnya lagi lebih lama dari sebelumnya, “Aku benar-benar mencintaimu. Ini mewakili ayahmu.”
“Aku tidak…apa?” Ra-im terkejut menyadari kalimat terakhir yang diucapkan Joo-won.
PDVD_355 PDVD_356
Joo-won menceritakan kejadian 13 tahun lalu. Joo-won terjebak dalam lift seorang diri saat terjadi kebakaran. Karena kakinya terluka (sepertinya ada yang patah), ia tidak bisa berdiri dan tidak bisa bernafas karena banyak asap. Ia berteriak minta tolong dan tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Ia hanya bisa berharap ada orang yang mendengar teriakan minta tolongnya dan datang menolong. Ayah Ra-im saat itu baru menyelamatkan orang lain dan memutuskan untuk memeriksa sekali lagi siapa tahu ada yang tertinggal.
PDVD_361 PDVD_363
Ayah Ra-im: “Tuhan, ketika aku menerima panggilan ini, walau aku dalam situasi berbahaya berikan aku kekuatan untuk menyelamatkan sedikitnya satu nyawa.”
Ra-im menangis memandang Joo-won. Joo-won menggenggam tangan Ra-im, “Di saat aku berpikir aku akan mati, bagai keajaiban, pintu lift terbuka. Dan seorang pemadam kebakaran mengulurkan tangannya padaku.”
Ayah Ra-im mengulurkan tangan pada Joo-won tapi karena kaki Joo-won terluka ia tidak bisa meraih tangan ayah Ra-im dan terjatuh. Ayah Ra-im ikut masuk ke dalam lift dan mengangkat Joo-won agar bisa keluar. Tapi pintu lift tiba-tiba tertutup dan lift bergerak turun dengan cepat. Joo-won dan ayah Ra-im terjatuh. Joo-won berteriak kesakitan akibat lukanya. Lalu ia berteriak panic karena pintu lift tertutup kembali. “Jangan khawatir, aku juga ingin pulang. Anak perempuanku menungguku.” Ayah Ra-im menenangkannya dan berusaha membuka pintu itu dengan kapak yang dibawanya. Mereka mencoba minta bantuan lewat radio tapi hubungan terputus.
PDVD_368 PDVD_375
Ayah Ra-im: Api bergerak dengan cepat hingga terasa seperti di neraka. Tuhan, aku sangat takut dan berdoa agar hujan turun. Tuhan, sesuai kehendakmu, jangan biarkan aku gagal menyelamatkan nyawa ini.
Pintu akhirnya terbuka. Di luar api berkobar sangat hebat. Lift mereka berhenti di antara dua lantai hingga mereka harus naik agar bisa keluar lift. Ayah Ra-im menahan pintu lift dengan kapaknya. Ia mengangkat Joo-won keluar. Ayah Ra-im terus mengoceh untuk menenangkan Joo-won, “Jika kita keluar dari sini, aku akan memperkenalkanmu pada anakku. Kau akan pingsan melihat Ra-imku karena dia sangat cantik.”
Joo-won berhasil keluar. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu ayah Ra-im keluar. Tapi lift tiba-tiba bergoncang, kabel yang menopang lift itu akan putus. Ayah Ra-im sadar, jika ia bergerak sedikit saja akan menyebabkan tali itu putus dan lift itu akan jatuh ke bawah. Ia terpana memikirkan apa yang harus dilakukannya.
PDVD_385 PDVD_381
Ia mencoba melangkah namun lift bergoncang semakin keras. Ia menyadari ia tidak akan sempat keluar dan jika Joo-won terus memegangnya maka Joo-won akan ikut tertarik kebawah dan mereka bisa mati berdua. Ayah Ra-im memandang Joo-won dan melepaskan pegangannya. Joo-won tidak membiarkannya. “Tidak!! Jangan lakukan ini. Tidak!!” serunya ketakutan.
PDVD_387 PDVD_390
“Lepaskan aku. Kita tidak bisa keluar bersama karena berat badanku (Joo-won sulit mengangkat ayah Ra-im yang lebih berat). Kita berdua bisa mati. Larilah ke kanan, di sana ada pintu keluar.”
“Tidak, aku tidak mau. Cepat pegang tanganku.” Joo-won mulai menangis.
“Cepat keluar dari sini. Keluar dan pada anak perempuanku…katakan aku minta maaf tidak bisa pulang lebih cepat dan katakan aku mencintainya. Ayah sangat-sangat mencintainya,” pinta ayah Ra-im.
Joo-won menangis.
“Tolong sampaikan pesanku.”
PDVD_400 PDVD_401
“Pegang tanganku. Tolong pegang tanganku!!” seru Joo-won. Lift berguncang kembali. Ayah Ra-im menyalami Joo-won, “Aku bergantung padamu (untuk menyampaikan pesanku).”
“Jangan lakukan itu. Tolong jangan lakukan itu. Kumohon…kumohon…” isak Joo-won ketakutan. Ayah Ra-im mendorong Joo-won kuat-kuat hingga pegangan tangan mereka terlepas. Lift langsung bergerak turun.
“TIDAAAAAKKK!!!” teriak Joo-won.
Lift jatuh terhempas ke bawah dan terbakar.
Joo-won melihatnya dan meratap, “Tidak!! Tidak!!”
PDVD_414
Ra-im menangis mendengar cerita Joo-won. “Itu adalah harapan terakhirnya,” kata Joo-won dengan mata berkaca-kaca. Ra-im mengangguk.
“Aku minta maaf….menyampaikan pesan ini setelah begitu lama. Aku benar-benar minta maaf.”
PDVD_421 PDVD_418
Ra-im menggelengkan kepalanya. Joo-won memeluknya dan terus meminta maaf pada Ra-im.
“Tidak. Terima kasih. Mengetahui betapa aku sangat dicintainya, aku sangat bersyukur.”
Mereka berdua menangis. Joo-won memeluk Ra-im erat-erat.  Walaupun sedih namu ada rekonsiliasi (kedamaian, Ra-im tidak menyalahkan Joo-won) dan kelegaan setelah semua terungkap,.
PDVD_432 PDVD_431
Mereka mendatangi makam ayah Ra-im. “Menyampaikan kata-kata terakhir dan pesanmu begitu terlambat, aku minta maaf. Setelah begitu lama, aku minta maaf. Aku sudah pernah menemuinya namun aku tidak bisa mengatakannya. Tolong maafkan aku. Dan terima kasih telah menyelamatkanku. Anak perempuanmu tumbuh dengan sangat baik. Aku tahu kau tidak akan suka memberikannya padaku. Jika kau memberikannya padaku, seluruh hidupku sebagai pasangannya, pasangan Gil Ra-im, kami akan hidup bahagia bersama. “
Ra-im tersentuh dan memandang Joo-won. Joo-won memandangnya dan menggenggam tangannya. Ini adalah pernyataan janji di depan ayah Ra-im, mereka akan terus bersama.
PDVD_442 PDVD_446
Joo-won mengantar Ra-im pulang. Joo-won bertanya apakah ayah Ra-im akan meyukainya. “Bagaimana bisa ia menyukaimu, kau selalu merendahkan anaknya. Pria yang selalu membuatku menangis. Ayah mana yang akan menyukai pria seperti itu?”
“Hei! Lalu apa yang harus kulakukan?” tanya Joo-won bingung.
“Apa maksudmu dengan ‘apa yang harus kaulakukan’? Hanya ada satu solusi. Yaitu kau mencintaiku sampai mati dan aku akan gila-gilaan mencintaimu.” Joo-won tersenyum mendengarnya.
PDVD_450 PDVD_451
“Tapi sebelumnya, apa yang kau maksud dengan kau pernah menemuiku tapi kau tidak bisa mengatakannya?” tanya Ra-im. “Itu adalah antara ayahmu dan aku,“ jawab Joo-won. Ra-im mendesaknya. Tanya saja pada ayahmu jika kau penasaran, kata Joo-won. “Kita akan pergi ke suatu tempat besok. Kenakanlah pakaian yang bagus dan aku akan menjemputmu.” Joo-won lalu pergi…
Ke rumah ibunya. Joo-won menatap ibunya. “Ji-hyeon meneleponku. Setelah mendengar ingatanmu telah kembali, aku sangat senang.”
PDVD_453 PDVD_457
“Apa kau sungguh senang? Kau tidak takut?” tanya Joo-won.
Ibu Joo-won berusaha tetap tenang, “itu karena aku percaya pada anakku.”
“Aku juga percaya pada ibu. Tapi sampai akhir kau tetap salah. Kau jahat pada gadis itu dan juga padaku. Dan terlebih lagi, kau jahat pada dirimu sendiri. Bagaimana bisa kau membohongiku (tentang Ra-im memanfaatkan kematian ayahnya) seperti itu?”
Ibu Joo-won tak tahan lagi, ia berteriak “Memang kenapa dengan kebohongan itu? Dia akan merebut anakku dariku, jadi kenapa jika aku bohong?!”
“Tidak,” sahut Joo-won tenang, “Walau kau tidak selalu benar, dalam keadaan di mana kau tidak selalu bertindak benar, kau selalu penuh harga diri dan tenang. Aku menyukai ibuku yang seperti itu. Tapi kali ini, kau kehilangan harga dirimu. Kau juga kehilanganku.”
“Kim Joo-won,” Ibu Joo-won menatap Joo-won kaget.
“Jadi mulai sekarang aku tidak berencana hidup sebagai anakmu.“
“KIM JOO WON!!”
“Aku minta maaf tapi aku hidup sebagai anakmu selama 34 tahun, dan selama sisa hidupku aku akan hidup sebagai suami wanita itu.” Joo-won berkata dengan tegas.
Ibu Joo-won terperangah.
PDVD_462 PDVD_464
Komentar:
Salah satu kelebihan drama (di antara puluhan lainnya) ini adalah tidak membiarkan satu masalah berlarut-larut hingga membuat kita gemas. Hilangnya ingatan Joo-won tidak terlalu lama, namun jadi lebih realistis ketika akhirnya ia ingat peristiwa kecelakaan itu bersamaan dengan kembalinya seluruh ingatan Joo-won.
Peristiwa di lift ketika ayah Ra-im memutuskan mengorbankan nyawanya bener-bener mengharukan, bahkan adegan Joo-won menangis saat itu dianggap salah satu scene terbaik drama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar